Tiga hari telah berlangsung semenjak para rombongan pendaki kembali. Aktivitas tetap berlangsung seperti biasa, tak terkecuali Linda yang terpaksa merelakan waktu kuliahnya karena sakit. Tak hanya demam, perempuan itu juga sakit seluruh badan, apalagi luka kecelakaan. Benar-benar sial bertubi-tubi. Padahal waktu tiba di indekos, ia merasa baik-baik saja. Namun esok hari ketika bangun, badannya terasa seperti mau retak ditambah demam. Ia akui pengalaman mendakinya memang tak begitu menyenangkan, dan ia janji tidak akan mau mendaki lagi.
Linda teramat bosan berada di indekos selama tiga hari tanpa melakukan apapun. Urusan makan sudah ditangani oleh Putri dan Sri. Sementara itu, untuk urusan tugas kuliah dan lain sebagainya, ia selalu meminta info dari teman kelas. Beruntungnya pada hari ketiga ini, kondisinya sudah jauh lebih baik dan lukanya juga sudah kering, hanya saja ia masih mengenakan celana kain atau rok. Badannya tak lagi pegal, tetapi sial, indra pengecapnya belum berfungsi dengan baik akibat mengonsumsi obat terus-menerus.
"Kamu nggak bosen, bung?"tanya Linda pada Bunga, kucing kampung berwarna putih oranye kesayangannya. Kucing gemuk itu hanya bergerak sambil menyembunyikan badannya di lengan Linda.
Perempuan itu mengembuskan napas panjang. Ia kesepian tak ada Sri dan Putri. Ia memang berteman dengan semua penghuni indekos. Hanya saja, ia paling dekat dengan dua perempuan Jakarta itu.
Ponselnya tiba-tiba berkedip, dan seperti orang kelaparan yang mendengar suara penjual nasi goreng, ia langsung menyambar benda itu dari atas meja.
Zidan nak kunti
Keluar, gih.13.12 PM
Me:
Ke mana?13.13 PM ✔️
Zidan nak kunti
Keluar dulu. Aku di depan!13.13 PM
Linda mengerjap, seperti tak memercayai pesan Zidan. Lagi pula untuk apa laki-laki itu ke sini? Omong-omong, Zidan tahu Linda sedang sakit. Untuk itu selama tiga hari ini, meskipun sangat ingin menjenguk, ia harus menaati aturan indekos yang tak mengizinkan laki-laki masuk. Barulah sekarang setelah pagi tadi Zidan menanyakan kabar dan tahu kalau Linda sudah lebih baik, ia langsung mengajak Linda keluar.
Cepat-cepat Linda turun ke lantai satu. Disingkapnya gorden jendela di samping pintu masuk, dan benar saja, Zidan ada di teras.
"Dan!"
Zidan berdiri, menyentuh dahi Linda. "Kirain kamu bohong!"
"Aku udah sehat, nggak usah berlebihan!"
"Kamu mah lemah, Lin! Kena gerimis setetes aja langsung demam. Siapa tau kamu bohong, 'kan?"
Linda mau marah, tetapi yang Zidan bilang itu benar. Ia sendiri heran dengan dirinya. Kenapa ia sehat-sehat saja waktu mandi hujan, sementara ia bisa langsung sakit waktu setetes gerimis mengenainya?
"Kamu udah makan?"tanya Zidan, yang dijawab Linda dengan anggukan.
"Keluar, yuk, kemana gitu. Udah lama nggak jalan bareng."
"Ke mana emang?"
"Nanti aja deh kita cari tempatnya." Zidan membalik tubuh Linda, dan mendorongnya masuk. "Mending kamu cuci muka dulu. Itu mukanya kalo goreng telur bisa masak, kali. Berminyak, Lin!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kilas Balik (On Going ....)
RomanceDi bawah teriknya matahari Jogjakarta, Yang Di Atas kembali mempertemukan mereka berdua. Barang belanjaan boleh tumpah, bising suara di sekitar boleh menggema sana-sini. Namun itu tak mampu menembus batas dunia keduanya yang secara tiba-tiba berpind...