2. Sandiwara Caius

2.3K 213 9
                                    

Part 2 Sandiwara Caius

Pagi itu, semua digemparkan dengan kemurkaan Jovan Alvarendra yang mengantarkan sarapan pagi untuk sang putri. Memergoki Jasmin dan Caius yang telanjang bersama di ranjang.

Menahan sekuat tenaga gemuruh kemurkaan yang menggedor-gedor dadanya, pria paruh baya itu memerintahkan keduanya segera berpakaian dan menemuinya di ruang keluarga.

Seolah belum cukup kejutan yang dibawa Caius dalam hidup Jasmin. Pria itu dengan bangga mengaku di depan seluruh anggota keluarganya.

“Ini bukan pertama kalinya kami melakukannya, Tuan Alvarendra. Kami melakukannya atas dasar suka sama suka.”

Jasmin membeliak tak percaya. Kesiap kaget dan marah terdengar dari sebelah kiri. Tempat mama dan adik tiri Jasmin duduk. Dan lagi-lagi Jasmin tak diberi kesempatan untuk menyangkal. Ketika Caius menyodorkan ponsel pria itu. Dengan berbagai gambar mesra antara dirinya dan pria itu, yang entah bagaimana ada di sana. Semua gambar itu palsu.

Wajah pucat Jovan menatap sang putri dengan penuh kekecewaan.

“Itu tidak benar, Pa. K-kami sama sekali tak memiliki …”

“Diam, Jasmin.” Bibir Jovan menipis tajam. Berusaha meraih kembali kesabarannya akan tindakan sang putri. Yang selama ia pikir wanita baik-baik saja terhormat, akan melakukan hubungan semacam ini dengan seorang pria.

“Kau benar-benar murahan, Jasmin,” decak Kailee yang duduk paling dekat dengan pria itu. Kedua matanya dipenuhi kebencian, kecemburuan, dan kemarahan yang begitu besar. “Kau tahu aku menyukai Caius. Dan kau diam-diam menggodanya di belakangku. Kau sengaja melakukan ini untuk membalasku yang memasukkan obat ke minumanmu?” Kailee akhirnya tak bisa menahan kegeramannya melihat semua foto-foto yang ada di ponsel Caius yang sudah diletakkan sang papa di meja. “Kau keterlaluan.”

“Diam kau, Kailee. Kau tak tahu apa-apa! Kau bisa mengambil Caius sesukamu.”

“Kau yang diam, Jasmin.” Sekali lagi bentakan Jovan menghentikan pertengkaran yang merambat semakin jauh.

Jasmin membeku. Tercengang cukup keras dengan bentakan sang papa. Untuk beberapa saat wanita itu membeku di tempatnya. Belum pernah papanya membentaknya sekeras itu. Semarah apa pun padanya.

Jovan menghela napas singkat, kemudian beralih menatap Caius dan bertanya dengan suara yang sudah kembali terkendali.“Jadi apa yang akan kaulakukan untuk menyelesaikan masalah ini, Caius?”

“Saya akan bertanggung jawab dengan menikahi Jasmin, Tuan Alvarendra.” Jawaban Caius dipenuhi kesungguhan dan kemantapan. Tepat ketika Jovan menyelesaikan pertanyaannya.

“Tidak!” tentang Jasmin. Melompat berdiri dari duduknya. Bersamaan dengan Kailee.

“Hentikan, Kailee.” Maria menarik sang putri kembali duduk. Memberikan tatapan peringatan di tengah ketegangan Jovan dan Jasmin.

“Jasmin tidak mau menikah dengannya, Pa. Dialah yang memperk*sa Jasmin. Bagaimana mungkin Jasmin harus menikah dengan pria berengsek yang sudah menghancurkan kehormatan dan kesucian Jasmin?”

Mata Jovan terpejam. Masih berusaha mempertahankan kesabarannya untuk sang putri. “Lalu berapa banyak pria yang sudah tidur denganmu?”

Kekecewaan menyelimuti kedua mata Jasmin dengan pertanyaan sang papa. Yang sama sekali tak berusaha mempercayai kejujurannya, dan malah menelan mentah-mentah kebohongan dan sandiwara Caius. “Tidak ada. Hanya dia.”

“Keputusan papa sudah bulat. Kalian akan menikah. Secepatnya,” putus Jovan beranjak dari duduknya dan meninggalkan ruang tengah.

Jasmin menggeleng dengan air mata yang berlinang. Menyusul sang papa. “Tidak, Pa. Jasmin mohon, jangan nikahkan Jasmin dengan pria itu,” mohonnya ketika berhasil menahan Jovan di depan tangga. “Jasmin tidak mau menikah dengannya.”

Cinta Ditolak Gairah BertindakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang