#11 - CURSENYMPTH

198 17 4
                                    

Ada perbukitan kecil-kecil hingga mereka bisa mencapai mulut gua yang diselimuti tumbuhan dan bunga-bunga cantik. Gua ini besar sekali, ditutupi didepannya oleh air terjun berwarna cerah layaknya air ini berlian yang jatuh. Mereka bertujuh masuk dan terkejut melihat ada sungai besar yang tak begitu panjang dan dengan nyata terpampang diseberang mereka berlian merah yang menyala terang dengan medium dibawahnya yang berwarna hitam kehijauan tak kalah membuat siapapun terpersona.

"Ada perahu! cepat, kita bisa mengambil berlian merah itu dan bisa segera kembali!"Kata Ramond bersemangat.

Yang lainnya turut bersemangat dan menaiki satu perahu yang ada dimulut dermaga kecil ini. Ombak rawa ini sedikit deras, bermuara keluar gua kelihatannya. Air dibawah pun sangat gelap jauh dibawah sana namun gemercik-gemercik dan permukaan benar-benar jernih dan berkilauan. Indah dan menakutkan dalam waktu yang bersamaan. Mereka tak begitu menghiraukan juga, berlian merah sudah tepat didepan mata mereka.

Perahu ini pas sekali untuk ketujuh sahabat ini. Keiser dan Louise yang mengambil pengayuh kapal, sebagai calon pejabat tinggi penjaga maalm dan strategi peperangan mereka sudah handal dalam hal-hal semacam ini dipercobaan medan perang setiap latihan. Ramond menjadi tumpuan untuk Enrique yang masih melemas. Walau badan mereka masih penuh dengan lebam, goresan hingga darah yang mereka tahan agar tak mengalir lebih deras satu sama lain menguatkan agar tetap bertahan hingga mereka bisa dapatkan apa yang mereka incar sejak menginjakkan kaki di Darkwhisper.

"Kei, kayuh! aku tak bisa sendirian" Kata Louise.

"Sudah kukayuh! Aku tak mengerti" Jawab Keiser.

Baru saja Louise dan Keiser mengayuh empat atau lima kayuhan sebelum keduanya merasakan sesuatu yang aneh. Mereka mengayuh namun seperti tak bergerak kemanapun.

"Hei? Kenapa berlian itu menjauh?" Ramond yang sadar. Ia tak bisa berdiri karena Enrique masih bersandar dipundaknya.

Semua yang disana menoleh ke arah berlian kecuali Alaric.

"Bukan berlian itu yang menjauh. Kita. kitalah yang menjauh. Sial! Gua apalagi ini?" Cerutu Alaric sambil melihat ke sekitar gua.

Tiba-tiba ombak didalam danau kecil ini mengayunkan kapal mereka kencang. Satu sama lain memegang tangan teman mereka atau sisi kapal yang bisa mereka raih.

Ombak apa ini? Ini hanya danau kecil? Pikiran mereka semua sama. Tetap waspada melihat sekitar, Louise dan Keiser mempertahankan kayuhan mereka agar teman-temannya tidak jatuh.

"Aku mendengar suara aneh. Ada yang berteriak nyaring sekali memekakkan telingaku" Kata Louise yang mencoba menutup telinganya dengan satu tangan. Suara itu menggangu indra pendengaran tajamnya.

"Aku merasakan amarah. Oh, tidak, rasa senang? Sial! Ini benci? Argh! Kekuatan ku merasakan perasaan yang campur aduk. Siapa yang sedang bersama kita? Ini bukan perasaan kalian" Keiser menimpali, ia berusaha berkonsentrasi dengan kekuatan perasanya.

Kedua pernyataan teman mereka membuat bulu kuduk mereka bergidik. Sejauh mata memandang hanya ombak yang beriak yang bisa mereka lihat belum lagi berlian merah yang semakin menjauh dari jangkauan mereka.

Alaric memerintahkan Keiser dan Louise untuk fokus mendayuh, Meminta Ramond agar memegang Enrique lebih erat, menatap mata Neil dan Darian karena tinggal mereka bertiga lah yang harus lebih awas dengan sekitar. Neil dan Darian mengangguk mengerti. Mata mereka menjelajahi setiap ombak dibawah dan langit-langit diatas mereka. Perahu mereka bergoyang kesana kemari.

"Emosinya semakin mendekat. Kuat sekali" Kata Keiser ketika Louise mengatakan tak mendengar kembali suara memekakkan telinga tadi.

Dan tepat disamping perahu mereka, pusaran air yang dalam dengan gemericik air yang terdengar seperti gemerincing berlian jatuh terlihat. Besar dan begitu dalam. Ketujuh sahabat ini menatap ngeri, apalagi yang akan terjadi dengan mereka. Luka dan nafas pun belum ada yang stabil.

SUNREALM CHAMBER || Enhypen Fantasy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang