A.a

33.4K 1.4K 45
                                    

Beomgyu kecil berusaha menahan tangisannya ketika cambukan yang sangat menyakitkan, terus dilayangkan pada punggung kurusnya yang sangat memprihatinkan. Berusaha meminta ampun pun, tidak ada gunanya sekarang. Mungkin, hanya akan ada cambukan yang lebih keras dan menyakitkan.

Suara cambukan itu tiba-tiba berhenti. Beomgyu sempat merasakan lega. Namun, itu tidak lama ketika ia merasakan guyuran air dingin mengenai punggungnya yang terasa perih dan panas. Beomgyu hanya bisa merintih kesakitan dan berusaha meminta seorang itu menghentikannya. Namun, seorang itu hanya diam dengan mengacuhkan suara rintihan dan teriakan kesakitan dari Beomgyu.

Bahkan ketika Beomgyu tergeletak lemas dan kesakitan, seorang itu hanya memamdangnya dengan tatapan datar. Sangat tidak memperdulikan keadaan Beomgyu. Seorang itu melemparkan sebuah kain yang tidak terlalu bersih itu ke tubuh Beomgyu yang basah.

"Sangat menjijikan melihatmu telanjang seperti ini. Benar-benar seorang omega menjijikan. Aib keluarga Choi," ungkap seorang itu dan pergi meninggalkan Beomgyu yang hanya bisa menangis.

Sebegitukah hina dirinya sekarang? Apakah kelahirannya benar-benar sangat tidak diharapkan oleh keluarganya? Menjadi seorang Omega pun juga bukan pilihannya sedari lahir. Jika ia boleh memilih, ia ingin menjadi Alpha atau Beta. Akan tetapi, ia sama sekali tidak bisa memilih dan lahir begitu saja menjadi Omega.

Beomgyu lahir ditengah-tengah keluarga yang rata-rata menjadi seorang Alpha, namun ada banyak juga sebagai Beta. Akan tetapi, Beomgyu lahir sebagai Omega dan menjadi satu-satunya Omega di keluarga Choi. Bukannya mereka merasa bangga dengan kelahiran Beomgyu, akan tetapi sebaliknya. Melahirkan Omega adalah aib keluarga Choi. Secara aturan keluarga Choi, Omega bukanlah bagian dari Choi melainkan adalah budak. Lalu, apakah Beomgyu adalah budak keluarga Choi? Padahal dirinya lahir dari keluarga Choi yang terpandang itu?

Beomgyu perlahan bangun dari posisinya, membenarkan kain tipis itu untuk mengeringkan tubuhnya. Lalu, mengambil pakaiannya yang lusuh itu untuk ia gunakan lagi. Setelahnya, ia berdiri dan mencoba melangkah dengan tertatih.

Beomgyu keluar dari ruangan tersebut dengan sempoyongan. Punggungnya terasa perih dan sakit, tubuhnya pun menggigil. Ia tidak ingin demam, namun pasti setelah tubuhnya menggigil seperti ini, ia akan merasakan demam dan pasti seluruh orang akan menghujatnya karena dirinya adalah omega yang lemah.

Langkahnya yang tertatih pergi ke tempat kerjanya di dapur kotor di keluarga Choi. Ada beberapa Maid keluarga Choi saling memandangnya dengan tatapan yang berbeda-beda. Akan tetapi, tidak ada satupun dari mereka yang berani untuk sekedar berbicara kepada Beomgyu. Menjadi aturan di keluarga tersebut yang mengharuskan bersikap acuh dan dingin kepada Beomgyu, serta mendoktrin bahwa Beomgyu adalah aib keluarga Choi yang seharusnya tidak pernah ada.

Beomgyu membersihkan sisa-sisa makanan di piring yang terkadang ia makan untuk mengisi perutnya. Mengambil sisa potongan roti, atau daging yabg masih layak ia makan. Sangat mengenaskan kehidupan Beomgyu.

Bukankah seharusnya Beomgyu keluar dari keluarga tersebut? Melarikan diri?

Beomgyu pernah melakukannya dan sayangnya rencananya gagal. Mungkin karena Beomgyu masih belum mengerti cara keluar dari tempat ini. Ia perlu persiapan yang matang dan keyakinan untuk kuat untuk kabur dari tempat ini.

"Beomgyu!!" Teriak seorang yang datang membawakan dua kantong sampah besar dan melemparkan kepada Beomgyu yang hendak mencuci piring. "Bawa sampah ini keluar."

Beomgyu hanya mengangguk dan mengambil dua kantong sampah yang besar dan berat itu. Beomgyu berusaha menarik dua kantong itu untuk ia bawa keluar dari area tersebut. Dengan sekuat tenaga, Beomgyu membawa dua kantong sampah itu ke tempat pembuang sampah di belakang Mansion mewah milik keluarga Choi.

"Oh Beomgyu!" Sapa seorang petugas kebersihan yang selalu datang ke Mansion Choi untuk mengambil bak sampah khusus milik keluarga Choi.

Beomgyu menunduk sopan ketika melihat paman yang ia kenal dengan nama Hyujin itu. Ia meletakkan dua kantong sampah besar itu didekat bak sampah dan meninggalkan pria bernama Hyujin itu. Pria itu sempat memandang bagaimana Beomgyu melangkah dan terburu-buru menghampiri Beomgyu.

"Hei nak," panggil Hyujin seraya memegang pundak Beomgyu. Anak itu berjingit terkejut dan seketika membalik tubuhnya. "Kau baik-baik saja? Jalanmu... terlihat aneh?"

Kepala Beomgyu menggeleng dengan segera. Kedua kaki Beomgyu melangkah mundur dan berbalik cepat meninggalkan Hyujin dengan penuh keheranan. Beomgyu bergegas masuk ke dalam dapur kotor tersebut, membersihkan kedua tangannya sejenak dan kembali membersihkan diri.

•○•○•○•○•○•

Sekitar pukul 4 sore, Beomgyu sibuk mengepel lantai di dekat ruang makan. Ia ditugaskan untuk membersihkan area ruang makan oleh salah satu maid yang seharusnya dilakukan oleh maid tersebut. Beomgyu berusaha menyelesaikan secepat mungkin dan sebersih mungkin sebelum salah satu keluarga Choi melihat dirinya. Mungkin ada beberapanyang mengacuhkannya, namun ada yang sengaja membullynya ataupun sengaja bertindak kasar kepadanya.

Beomgyu memeras kain pel itu sejenak. Lalu kembali menggosok lantai marmer itu dengan kuat agar kotoran yang menempel segera hilang. Kemudian, ia mengulanginya lagi untuk memeras kain pel tersebut. Namun, tiba-tiba bak air miliknya di tendang oleh seseorang yang membuatnya tumpah. Beomgyu panik bukan kepalang. Ia bergegas mengepel sisa air tersebut agar sisa pel itu tidak mengalir kemana-kemana.

"Dasar aib keluarga. Menjijikan. Kenapa berada disini?" Ucap seorang anak laki-laki yang mungkin lebih tua dari Beomgyu.

Beomgyu hanya diam, memandang anak laki-laki yang ia kenal. Dia adalah pewaris kepala keluarga Choi berikutnya–Choi Yeonjun. Tentu saja, karema dia adalah Alpha dan menjadi satu-satunya Alpha terkuat dari segala keturunan Alpha-Alpha di keluarga Choi.

Yeonjun mengernyitkan alisnya dengan heran. Aib keluarga itu hanya diam tak menanggapi perkataannya. Lalu, ia berjalan mendekat dan menarik rambut Beomgyu dengan cukup kuat. Yeonjun tersenyum miring melihat Beomgyu yang kesakitan. "Kenapa? Sakit? Berteriaklah."

Yeonjun semakin menarik rambut Beomgyu dengan kuat dan membuat Beomgyu berteriak kesakitan. "Akkhh!!! Sakiittt..." rintihnya.

Yeonjun tertawa melihat Beomgyu yang kesakitan. Ia seketika mendorong Beomgyu hingga tersungkur di lantai yang sedikit basah itu. Yeonjun seketika berjongkok di depan Beomgyu, mencengkram dagu anak itu dengan kuat. "Hidup dalam kesengsaraan bukankah sangat melelahkan bukan?" Tanya Yeonjun dengan suaranya yang rendah.

Beomgyu hanya terisak kecil, tidak menggapi perkataan dari Yeonjun. "Bagaimana jika aku membawamu keluar dari kesengsaraan?" Tawar Yeonjun yang membuat Beomgyu melebarkan kedua matanyanya yang memerah.

Yeonjun tertawa melihat perubahan mimik wajah Beomgyu yang terlihat terkejut itu. Yeonjun tiba-tiba mendekatkan wajahnya di wajah Beomgyu dan berbisik pelan, "Melihat wajahmu, sepertinya sangat berharap kau keluar dari kesengsaraan ini."

Tangan Yeonjun yang berada di dagu Beomgyu itu, semakin mencengkeram dengan kuat. "Jangan bermimpi anak kecil. Kesengsaraan ini, adalah kesengsaraan yang kamu buat sendiri. Nikmati kesengsaraanmu seumur hidupmu, bahkan sampai dirimu mati pun, kesengsaraanmu akan selalu menghampirimu."

Yeonjun melepaskan cengkraman itu dari dagu Beomgyu dan beranjak meningglkan Beomgyu yang masih merintih kesakitan.

Apakah tidak pernah sekali saja Beomggu merasakan hidup penuh kedamaian? Merasakan hidup sebagaimana mestinya? Apakah sesulit ini hidup sebagai seorang Omega yang lemah?

Jika mati adalah pilihan awal Beomgyu, mungkin ia akan mati dengan tidak tenang karena masih berada dalam lingkup kesengsaraan yang tiada habisnya. Sayangnya, hidup ataupun mati, Beomgyu akan tetap merasakan kesengsaraan hidupnya yang penuh dengan tangis dan darahnya.









































Tbc ♡

Terima kasih sudah membaca dan maaf jika masih jelek karena ini masih pemula. Hehehe ...

Being A Princess Jung || Jung Fam ft BeomgyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang