.
Kantin hari ini tak seramai biasanya, Euijoo kembali digeret oleh Sunghoon dan Jay untuk semeja dengan mereka, entah untung karena dia jadi punya teman mengobrol, atau sial karena kini dia harus menyaksikan lovey-dovey menjijikkan di stan soto yang hanya terhalang dua meja dari posisinya saat ini; siapa lagi jika bukan Nicholas dan Sumin.
Euijoo berusaha untuk terus menundukkan kepalanya, merespon ocehan Sunghoon dan Jay dengan beberapa anggukan pelan, menunduk, menunduk, menunduk, sampai Sunghoon dan Jay mulai mengira jika si Byun menyedot kuah bakso dengan hidungnya.
"Ju," Sunghoon menegur. "Lo oke?"
Pertanyaan itu menyentak Euijoo yang sedang menata isi hati dan membuatnya mendongak secara tiba-tiba. "Kenapa?" katanya, lalu tak sengaja melirik ke depan.
Watch as she stands with her holding your hand,
Sumin menggenggam tangan Nicholas.
put your arm around her shoulders.
Sedangkan beberapa detik kemudian Nicholas melepas genggamannya, melingkarkan lengan kanannya ke bahu gadis itu sambil tertawa-tawa.
Sial.
Euijoo menunduk lagi, kali ini tak sedalam tadi, sendok di tangannya diremat kuat, isi dadanya terasa dingin, dingin sampai di taraf hatinya terasa beku sebagai defense agar sesak yang dia rasakan hilang, agar dia mati rasa.
Now I'm getting colder,
but how could I hate her?
Sebelum Sunghoon dan Jay sempat memegang lengannya untuk kembali bertanya dengan khawatir, Euijoo dibuat mendongak lagi ketika satu suara secara tiba-tiba menyapa dengan ramah.
"Euijoo?"
Dan saat Euijoo mendongak ke sisi kanan, hatinya yang beku terasa hancur menjadi kepingan es yang berceceran karena kini gadis yang sedang dirangkul sahabatnya itu tepat berada di dekatnya.
"Euijoo, Sunghoon, Jay, boleh gabung gak, ya?" tanya Sumin meringis kecil.
Euijoo tak dapat merespon apapun, wajahnya mengarah ke Sumin dan Nicholas namun isi kepalanya melayang jauh, jadi dengan nada hati-hati, Jay yang menjawab.
"Um... boleh sih sebenernya, tapi gue agak sungkan takutnya kita bakal ganggu. Maksudnya kan... ya..."
"Ah, enggak kok," Sumin terkekeh kecil, cantik, dan presensi Euijoo seakan menyusut karenanya. "Aku sengaja minta semeja di sini soalnya ada Euijoo, Nicholas selalu seneng kalo ada Euijoo."
She's such an angel.
Euijoo tanpa sadar melirik lelaki di samping gadis itu, Nicholas tak membantah, namun tatapannya masih berbicara seolah-olah mengatakan 'Kita masih perang.'
Oh, bukan perang serius tentu saja, Nicholas yang menatapnya lurus tanpa ekspresi di depannya ini adalah Nicholas yang merajuk karena tadi Euijoo memutuskan berangkat sekolah naik bus dibanding boncengan dengannya seperti biasa. Si Wang memang kadang begitu kekanakan.
"Ck, jadi boleh duduk gak nih?" tanya Nicholas sebal dengan teman-temannya yang malah lama berpikir, seolah kurang menyetujui. Mendengar gertakan itu, Euijoo yang dari tadi diam akhirnya menggeser duduknya ke kiri, menyisakan dua kursi di sebelah kanan yang langsung diduduki Nicholas dan Sumin.
Euijoo tak berhenti mengeluarkan napas pelan, Nicholas yang duduk di antara dia dan Sumin malah seolah memperjelas posisi si Wang sebagai pihak yang direbutkan, dan cekikikan kecil yang dibuat keduanya di sisi kanan memperburuk suasana hatinya.
Bakso-bakso kecil di dalam mangkuk terus digelindingkan ke tiap sisi mangkuk yang kuahnya sudah kering, selera makan Euijoo hilang, dia hampir mengangkat tubuhnya untuk segera membayar dan pergi ke kelas ketika Nicholas tiba-tiba mencekal pergelangan tangannya, membawanya duduk kembali.
"Ke mana?" tanya lelaki itu agak pelan.
Euijoo menengok ke samping Nicholas, ternyata Sumin sedang sibuk dengan ponselnya. Gini ya rasanya jadi second choice?
"Kelas."
"Bakso lo belum abis."
Euijoo mendorong mangkuknya ke Nicholas. "Abisin."
Saat Nicholas menurut mengambil garpunya untuk menusuk beberapa bakso, Euijoo kembali berdiri dan hendak pergi, namun Nicholas lagi-lagi menarik tangannya untuk duduk, garpu yang menusuk dua bakso kecil tersodor di depan mulutnya.
"Makan."
Euijoo refleks membuka mulut menerima suapan Nicholas, walau selanjutnya menggerutu sambil mengunyah. "Gue kenyang!"
"Dah diem," Nicholas menusuk satu bakso yang tersisa dan lagi-lagi menyuapkannya ke mulut Euijoo, "Kata Tante lo akhir-akhir ini susah diajak makan. Ngapain sih? Lagi diet?" sindirnya menyodorkan gelas es teh.
Euijoo mendesis kesal, mengunyah cepat dan meneguk isi gelas milik Nicholas itu hingga tandas, sengaja, habisnya menyebalkan. "Nanggung 'kan udah nyuapin, kenapa nggak sekalian bayarin?" katanya dengan enteng, lalu kabur begitu saja ketika Nicholas masih ternganga memandang gelas kosong es tehnya.
Euijoo tertawa puas ketika sampai di luar kantin, dia melirik dari jendela dan tersenyum tipis kala Nicholas menjatuhkan kepalanya ke atas meja dan membuka dompet dengan pasrah, such a reliable Nicholas.
Namun senyumnya perlahan luntur ketika Sumin sudah kembali meletakkan ponselnya dan mulai tertawa melihat Nicholas yang memelas dan mengadu padanya atas kelakuan sang teman, Euijoo dengar gadis itu tertawa sambil mengatakan, "Euijoo jahil banget, ya? Lucu deh."
She's an angel, indeed.
Tapi ketika jemari gadis itu dengan kurang ajar mengusap helaian rambut Nicholas dan mengacaknya pelan untuk membuat lelaki itu berhenti merajuk, Euijoo kembali mengepalkan tangan.
But then again kinda wish she were dead.
.
To be continued.
.
A/N: ngaret bgt ya hehe gomen 🤭
KAMU SEDANG MEMBACA
i. heather ✓
Fanfiction𝐒𝐨𝐧𝐠𝐟𝐢𝐜 𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬; [𝐍𝐢𝐜𝐡𝐨𝐥𝐚𝐬 & 𝐄𝐮𝐢𝐣𝐨𝐨] "𝑾𝒊𝒔𝒉 𝑰 𝒘𝒆𝒓𝒆 𝑯𝒆𝒂𝒕𝒉𝒆𝒓."