17

8.5K 526 2
                                    

Ella melihat Aldian yang berlalu. Pria itu sudah sadar dan sama sekali tidak mengingat Ella.

Ella turut senang. Ghio menolong Aldian dari ayahnya yang tergila-gila dengan harta. Ayah Ghio sudah dipenjara karena kasus percobaan pembunuhan yang dilapor oleh Ghio sendiri, sebenarnya Ghio punya dendam tersendiri dengan sang ayah.

Aldian menghentikan langkahnya dan mengawasi wajah Ella. "Permisi, apa kita saling kenal?" tanya Aldian membuat Ella yang sudah berlalu kembali berbalik.

"Wajahmu terlihat familiar." ujarnya.

"Tidak. Aku bahkan belum pernah melihat mu." balas Ella santai.

"Benarkah? Tapi aku yakin pernah melihat mu di suatu tempat." Aldian berpikir keras dan menatap Ella dengan serius.

"Ella sudah mengatakan jika dia tidak mengenalmu, kan? Biar ku beritahu, dia adalah istriku." ucap Daffin yang entah sejak kapan sudah di sana. Dia langsung merangkul pinggang Ella.

"Seorang nyonya William, bagus untuk mu, Daffin." ujar Aldian tersenyum miring. Mereka cukup kenal karena mereka adalah rekan bisnis.

"Kondisi mu buruk, sebaiknya jangan keluar jika kamu tidak mau mati." ucap Daffin dingin.

"Aku punya banyak nyawa, Daffin. Aku akan pergi." balas Aldian dan akhirnya pergi.

"Apa kamu mengenalnya?" tanya Daffin menatap istrinya.

"Aku tidak tahu aku bisa menyebutnya kenal atau tidak. Anggap saja tidak karena dia tidak mengingat ku." jawab Ella seraya melepaskan tangan Daffin yang melingkar di pinggangnya.

"Apa maksud mu?" selidik Daffin.

"Tidak ada." jawab Ella santai dan meninggalkan pria itu.

Daffin menatap istrinya yang hendak pergi. "Ella!"

"Iya?"

"Aku baru pulang dari pekerjaan sibukku selama seminggu dan kamu tidak ingin mengatakan sesuatu?" ucap Daffin meredam kekesalannya.

"Benar juga." gumam Ella dan langsung menghampiri Daffin. "Apa ada kakek, mama, atau tante?" bisiknya sambil memeluk pria itu.

Daffin membalas erat pelukan Ella. Dia meraih tangan Ella agar dilingkarkan ke lehernya, dan tangannya sendiri ia lingkarkan di pinggang wanita itu. Posisi mereka benar-benar mengikis jarak keduanya.

Wajah kesal Daffin tidak bisa dia sembunyikan, entah apa yang membuat pria itu kesal. "Mereka disana, mengawasi kita." ucapnya. Dia mencondongkan tubuhnya untuk mencium kening Ella.

--o0o--

Daffin melihat Ella yang berbicara sendiri. Wanita itu meletakkan ponsel di telinganya menandakan jika dirinya tengah berbincang di telepon.

Seorang perawat menghampirinya dan memberitahukan sesuatu pada Ella. Dia langsung berlari dan diikuti perawat itu. Daffin bisa menebak jika itu adalah keadaan darurat, dia pun mengikuti mereka.

"Sialan! Apa yang kalian lakukan! Selamatkan bos kami!" Gangster itu memaki-maki perawat yang mencoba menenangkan mereka.

Ella menghampirinya dan melihat pria yang mengerang kesakitan sembari menekan perutnya yang tertusuk pisau. Pria itu menolak dibantu para perawat dan dokter disana, dia meminta dokter profesional untuk menanganinya.

"Biar kulihat!" ucap Ella langsung menarik tangan pria itu. Darahnya sudah banyak keluar namun pria itu langsung memberontak karena tidak mau ditangani Ella juga.

"Silahkan, kalau kamu mau mati." ucap Ella menatapnya santai.

"Dasar wanita sialan! Apa kalian tidak punya dokter profesional di sini?" marah salah satu dari pria-pria gangster itu.

"Siapa yang kamu sebut sialan? Lukanya ringan, tapi jika kalian bersikeras seperti ini dia akan mati karena kehilangan banyak darah." kesal Ella.

"Tangani dia!" ucap Ella pada Farel yang baru datang.

"Tidak! Jika kamu menyentuh bos kami, kami akan menghancurkan ruangan ini!"

"Kamu bisa menghancurkannya jika bisa melewati ku terlebih dahulu!" ucap Ella sembari menggulung rambutnya.

"Dokter Farel, pendarahannya tidak akan berhenti. Bawa dia ke ruangan lain!" Perintah Ella keras kepala. Dia lupa sejenak bahwa pria itu seniornya walau hanya dua bulan lebih awal bekerja di RS-W.

"Sudah kubilang jika kamu..."

"Menghancurkan ruangan ini? Lihat itu!" Ella menunjuk cctv yang terpajang.

"Bos!" Seseorang dari mereka berlima ingin menghampiri pria yang dibawa pergi itu namun Ella langsung menghalanginya dengan menendang perut pria itu.

"Apa kalian ingin dia mati?" kesal Ella menatap keempat pria lainnya yang menghampiri temannya yang terpental.

"Bagaimana bisa kamu melakukan ini?" kesal salah satunya mengangkat kursi dan melemparkannya ke arah Ella. Beruntung Ella bisa menghindarinya dan tidak ada yang kena.

"Kenapa aku bisa melakukannya? Karena aku bisa!" ucap Ella dan menghujam pria itu dengan pukulan beruntun di perutnya, dia memutar tangan pria itu dan membantingnya cukup keras ke lantai.

"Dokter Ella, hati-hati!" Mereka semua panik, bahkan para pria disana takut karena tubuh gangster itu besar.

"Jika ada yang melawan, aku akan mematahkan lehermu!" ancam Ella.

Nyali mereka menciut karena keadaan kedua temannya yang tidak baik-baik saja karena serangan Ella.

Mereka mundur bersamaan saat Ella datang menghampiri mereka.

"Seharusnya kalian tidak melawan!" ujarnya dan langsung mengobati luka pria yang dia banting ke lantai itu.

Daffin yang membantu pasien tadi langsung menghampiri Ella ketika mendengar kabar itu.

"Apa yang kamu lakukan? Itu berbahaya, Ella!" bentaknya. Dia langsung menarik tangan Ella untuk berdiri dan menatap wanita itu tajam.

"A-aku..."

"Bisakah kamu berhenti melakukan hal berbahaya, hah?!"

Daffin menghela nafasnya saat mata Ella mulai menatapnya terkejut dan takut-takut. "Maaf. Kamu membuatku tidak bisa berfikir dengan baik. Hentikan perbuatan yang bisa mengancam keselamatan mu Ella, kumohon," ujar Daffin melembut dan memeluk Ella begitu eratnya.

Close Your Eyes Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang