Kebencian Nenek

70 2 0
                                    

Hari-hari berlalu, Askara terus berkunjung ke rumah sakit untuk perawatan rutin. Setiap kali dia datang, senyum ramah dari dokter Nanda selalu menyambutnya. Mereka telah membentuk ikatan persahabatan yang khusus, seolah-olah rumah sakit adalah rumah kedua bagi Askara

"Bagaimana perasaanmu hari ini, Askara?" tanya dokter Nanda dengan penuh perhatian.

"Baik, dokter Aku merasa lebih baik setelah bertemu dengann dokter ," jawab Askara dengan tulus.

Dokter Nanda tertawa lembut. Setiap kali mereka berbicara, Askara merasa seolah-olah beban hatinya berkurang. Dokter Nanda bukan hanya seorang dokter yang hebat tetapi juga seorang pendengar yang baik. Dia selalu memberikan perhatian penuh pada cerita-cerita kepada Askara tentang kehidupan lamanya, , dan masa-masa indah bersama suami yang telah meninggal.

Tidak hanya itu, dokter Nanda juga membuka diri tentang hidupnya. Dia menceritakan tentang perjalanannya menjadi seorang dokter dan bagaimana kesempatan untuk bertemu dengan pasien seperti Askara selalu menjadi momen yang berarti baginya.

"wah dokter hebat," ujar askara

Haha, terima kasih, Askara. Tapi Anda juga hebat, tahu? Saya benar-benar menghargai semangat dan keteguhan hati Anda dalam menghadapi kondisi ini," balas dokter Nanda sambil menyentuh tangan Askara dengan lembut.

Bima datang menemui putranya Askara, setelah menitipkan pada dokter Nanda.

"Wah anak ayah pinter, gimana hari ini gak kabuh kan?" tanya Bima.

"Ah ayah, aku sangat senang, dokter Nanda sangat baik dengan ku," ujar Askara.

Bima tersenyum bangga mendengar putranya berbicara tentang dokter Nanda dengan penuh penghargaan. Dia merasa lega bahwa Askara telah menemukan dukungan yang berarti dalam perjalanannya melawan penyakit.

"Ternyata dokter Nanda adalah seorang yang istimewa ya, Nak?" kata Bima dengan senyum lembut.

"Iya, Ayah. Dia bukan hanya dokter yang baik, tapi juga teman sejati. Setiap kali aku bertemu dengannya, aku merasa seperti berada di rumah kedua," jawab Askara dengan tulus.

Bima merasa bahagia melihat putranya bersemangat dan bahagia. Dia menyadari bahwa kehadiran dokter Nanda memberikan dampak positif pada kesehatan mental dan emosional Askara. Dia merasa berutang budi pada dokter Nanda atas perhatian dan dukungan yang diberikan padanya.

"Ayah sangat bersyukur bahwa kamu bertemu dengan dokter Nanda. Jaga baik-baik hubungan mu dengannya, Nak. Dia adalah sosok yang berarti dalam hidupmu," kata Bima dengan penuh perhatian.

Askara mengangguk dan tersenyum. "Aku akan selalu menghargai dan menjaga sikap ku ayah kami, Ayah. Dia seperti malaikat penjaga dalam hidupku."

Bima dan Askara melanjutkan percakapan dengan penuh kehangatan. Mereka saling berbagi cerita tentang kehidupan mereka, dan Bima juga memberikan semangat pada putranya untuk terus menjalani perawatan dengan gigih.

Jodoh Untuk AyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang