2. Belanja

93 14 5
                                    

Hal yang paling dibenci para kaula muda adalah menemai sang ibu belanja. Hell, terlalu lama hanya untuk sekedar membeli seperempat kilo tomat. Belum lagi apabila kita diharuskan untuk ikut bercakap-cakap dengan orang asing. Terlampau repot bagi Jemma.

"Mas Jemma bukan?"

Sedikit menghela nafas, tapi tentu energinya yang terkuras habis harus dihiasi topeng. Sedikit terkejut menemukan Hilmi disini. Seingatnya bocah ini juga sangat membenci keramaian pasar, alasannya takut digoda ibu-ibu untuk diambil mantu.

"Lho, kamu kenapa disini Hil?"

"Hehe, tadi disuruh bapak buat beli telur kampung. Mas nyambi tukang ojek ya?"

Jemma mendelik kesal. Rupa tampannya mana bisa ia sia-siakan menjadi ojek. Ya kalau penumpangnya Hilmi mungkin boleh, tapi tetap saja ada rasa jengkel saat pujaan hatinya mengira ia banting setir menjadi ojek.

"Hush! Ngawur kamu ini, yo ndak to, Mas Jemma cuman anter ibu ke pasar. Kamu sendirian emang ga takut nyasar?"

Lekas Hilmi menunjuk Luki di ujung jalan yang masih asik melihat ikan. Sedikit rasa tak suka Jemma saat menyadari selalu ada Luki di dekat Hilmi. Seperti rasa panas hanya sedikit, tapi sangat tidak nyaman.

"Kalau sama Mas Luki, aku ga bakal nyasar kok. Bapak sudah wanti-wanti Mas Luki harus jaga aku baik-baik."

"Oh, memang Luki itu siapanya kamu?"

Belum sempat didengar pertanyaan Jemma. Sudah didahului oleh bising anak-anak yang mengejar layangan. Alhasil Hilmi menanyakan kembali, tapi Jemma malah memutar topik lain. Aneh rasanya kalau mereka sok akrab padahal baru sebentar bertemu.

"Mas Jemma ibunya kemana, mirip anak ilang dari tadi tak lihat."

Penuturan Hilmi malah membuat desir tak nyaman bagi Jemma. Rasanya seperti gula-gula. Manis dan candu.

"Ga tau, paling lagi muter-muter cari bawang merah yang murah bilangnya sih cuman setengah jam. Padahal sudah satu jam lebih."

Jemma merengut tidak suka, kembali diingatkan entah sudah berapa lama dia menunggu sang ibu sendirian. Sebenarnya sudah ditawari ngopi oleh bapak-bapak dekat warkop persimpangan. Tapi dasarnya Jemma sedikit sulit akbar dengan orang baru jadilah ditolak.

"Cah bagus, separane ya iki ibu baru nemu brambang (Cah bagus, maaf ya ini ibu baru menemukan bawang merah). Lho, ada Mas Hilmi."

"Ibu beli bawang banyak buat sambel kah?" Telisik Hilmi saat mendapati sekantong besar bawang merah.

"Yo ndak, ini buat acara masak-memasak di balai desa besok. Kebetulan ibu jadi sie riwa-riwi buat beli barang. Kamu ageh ndang pulang, wis panas ini takute malah mimisan (kamu buruan pulang, sudah panas ini takut kamu mimisan)"

"Hilmi duluan Bu, Mas Jemma."

"Iya, hati-hati."

Hilmi berlari pelan sambil menenteng bakul penuh telur ayam kampung pesanan si bapak. Kesandung. Toh kalian tau seperti apa jalanan pasar itu. Tapi beruntung ditangkap oleh Luki. Pemuda itu sekali lagi mewanti yang lebih muda agar lebih hati-hati.

Semua pandangan itu tak luput oleh Jemma. Senyumnya manis dan tulus saat mengantar Hilmi pergi tapi berubah kecut ketika mendapati tangan besar Luki pada pinggang Hilmi. Ibu Jemma tentu melihat semuanya. Naluri seorang ibu amat kuat terhadap anaknya.

"Mas, kamu kalau suka sama Hilmi harus jelas langkahnya jangan kasih kode abu-abu. Bisa-bisa nanti kamu keduluan yang lain lho."

"Hush, apa to si ibu ini. Mas cuman anu apa ya-"

"Ya itu kamu suka Hilmi, ntar juga bakal kamu ceritain itu si Hilmi selama tujuh hari ke temen kota mu."

Si ibu ini memang selalu benar. Bahkan kemarin malam Jemma yang tidak sengaja menyebut nama Hilmi di grup chatt mereka sudah disambut antusias.

"Dek, kamu dari tadi Mas Luki lihat kayaknya seneng banget deket sama si Jemma. Hayo, kamu suka ya sama dia?"

"Kayaknya iya, tapi Hilmi bingung Mas Luki. Takut kalau ini cuman kagum aja bukan yang sampai mau jadi pasangan hidupnya."

"Weleh-weleh, lihaten(lihat) lagakmu sekarang. Tau dari mana itu pasangan hidup. Wis kamu fokus dulu sama sekolah dan mikirin benar-benar perasaanmu ke Jemma. Nanti mas bantu ngomong ke bapak."

Hilmi tentu sumringah bukan main. Matanya berbinar-binar. Senyumnya terpatri apik. Memang Luki bukan sosok kakak yang sempurna, ada kalanya dia menjengkelkan tapi Luki akan selalu ada disebelahnya mendungkung semua langkah yang Hilmi pilih.

"Mas Luki sendiri sekarang gimana sama mas jepang itu, kok aku ga pernah diceritain lagi?"

"Ya gitu, kayaknya bapak ga bakal restu. Wis itu biar mas yag pikir. Kamu masih kecil belajar dulu goreng telur biar ga gosong."

Hilmi cemberut, jengkel jika Luki terus mengungkit kejadian telur gosongnya dulu. Hilmi berjalan mendahului, memasang sikap acuh pada Luki yang memanggil namanya di belakang.

Jemma memarkir motor maticnya di teras. Selang sebentar disusul beberapa motor dibelakangnya. Tidak lain adalah teman kotanya yang lain. Dengan Chiko yang dibonceng Jian berada paling depan. Maklum saat pindahan dua bocah itu ikut serta membantu jadi sudah tau duluan rumah Jemma yang baru.

"Jemma, I miss you brother."
Siapa lagi dalangnya kalau bukan si bule alias Mark. Teman sirkel Jemma yang kalau berbicara selalu terbagi bahasa asing dan lokal.

"Lho, Cah ganteng ini kalau dateng mbok yo bilang dulu. Biar ibu bisa siapkan makan."

Ibu Jemma yang sudah berganti daster dan kerudung instan langsung berhambur keluar menyadari ada tamu di halaman rumahnya. Terburu mengambil dompet dan segera keluar. Mungkin saja di dekat sini ada yang jual makanan ringan untuk tamunya.

"Malah ngerepotin ibu yang ada, ini Bu oleh-oleh dari mami." Reno memberikan sekotak brownies yang ibunya belikan dari Surabaya.

"Kalian duduk dulu, ayok sana tiduran juga di dalem."

Barudak kota segera berbaring di teras. Belum sempat melepaskan jaket serta sarung tangan mereka. Terlampau lelah melewati perjalanan dari tempat kuliah ke kampung Jemma yang baru.

"Oit Jem, si Hilmi itu yang mana orangnya. Penasaran banget ini."

"Iya juga, udah lama lu ga pernah cerita ke kita soal orang lain. Eh baru pindah udah dapet doi aja."

Jemma melirik pada Chiko dan Jian yang pastinya membocorkan tentang Hilmi pada mereka. Padahal sudah diwanti agar tidak bocor terlebih dahulu.

"Permisi."

Pucuk dicinta ulam pun tiba. Topik hangat kita telah hadir. Siapa lagi kalau bukan Hilmi yang datang dengan teko juga rantang putih bergambar anak ayam. 

Tbc

Oh iya karena aku suka crack pair jadi tunggu aja crack pair nya

Spoil dikit ya
Uke yg kanan
Lukas - kun
Winwin - yuta

Jemma dan Hilmi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang