Panji terdiam masih menyaksikan berita di TVRI malam itu ....Ibu sudah memohon diri sejak tadi untuk kembali ke kamar ....di ruang keluarga sederhana dengan atap tanpa plafon dan hanya dilindungi genteng terakota telanjang.... Panji dalam diam menyaksikan apapun yang disajikan oleh kotak kecil di hadapannya .....di pojok ruangan Bapak tampak santai melinting tembakau di atas kursi kebesarannya
"ibu sudah memberikan kiriman Pos tadi siang nji?" ujar Bapak memecah kesunyian
Panji menengok sejenak kepada Pria yang lebih Tua itu lalu kembali tenggelam dalam acara televisi ..... "yang mana?" ujarnya tak acuh ....
"yang Jambon .....yang ada ukiran huruf...." jelas Bapak
" AH...? " timpal Panji
"AH?" ulang Bapak bingung
"yeah ...A dan H....AH" Lanjut Panji kemudian
Bapak sedikit terkekeh mendengarnya ......"annisa arumdani dan haryadhi hidayat kan?" lurusnya kemudian
Panji memutar matanya sesaat "kenapa harus dijelaskan lagi?" lanjutnya menimpali sang ayah ...TV masih menyajikan laporan khusus kegiatan presiden di ranchnya di tapos dan di tangan Bapak tembakaunya berkeretak karena api ....
"kenapa marah?" timpal Bapak ....
Panji berusaha tertawa getir "kenapa harus marah?" timpalnya .....
sang ayah tersenyum kecut "panji tahu kan?" ujarnya lirih
"dan Bapak berharap Panji akan marah karenanya?" lirih laki laki mungil berkulit karamel itu ....
sang ayah terdiam memandangi putra tunggalnya .....sejenak diingatnya dialognya bersama si pengantin pria di dalam undangan beberapa waktu lalu
*********
"Apa lagi yang sama Dhi? " Senyum Pak Atmo. Misterius
Adhi terdiam... Masak Bapak tahu... Ah gak mungkin....
"Umi berusaha punya adik untukku 4 kali, jumlah yang sama dengan Panji yang seharusnya punya 4 kakak sebelum dia lahir? " Tebak Adhi terbata....
"Dan saling mencintai? " Tembak Pak Atmo, degg jantung Adhi terasa mencelos ... Astagfirullah Bapak Tahu...
"Ta... Tapi bagaimana... "
"Bercumbu di antara rumpun bambu mungkin terdengar romantis ... Tapi sama sekali tidak lucu kalo yang melakukan itu anakmu dan pemuda yang kau anggap sebagai anak... " Emosi Pak Atmo
Adhi terdiam.... Mata mereka berpandangan... Kayu kayu dibawah tungku bergeretak geretak terbakar api
"Lalu Bapak Mau Adhi ngapain? " Lirih Adhi. Bingung
"Sudahi, sudah cukup.... Biarkan ini hanya fase hidup kalian saja... Kalian sama sama anak tunggal, kalian doa doa kami Abah... Umi... Saya... Bu Ningsih... Kalian tega memotong bahagia kami? Cita cita kami? Atas nama napsu? " Cecar Pak Atmo...
"Tapi ini cinta Abah!!!...Ba... Bapak... Maksudku Bapak..." Emosi Adhi
Pak Atmo menepuk nepuk bahu Adhi "kalau Nak Adhi benar benar cinta Panji, biarkan takdir yang lain yang memilikinya, takdir yang membuat dia jadi manusia yang lebih baik...lebih punya masa depan... Bukan yang kayak gini... " Senyum Bapak
"Dia Jadi manusia yang lebih baik Bapak... " Lirih Adhi nelangsa...
"Bagaimana dengan masa depan? " Timpal Bapak
Adhi tercekat....
"Kalau kau cinta dia... Lepaskan dia untuk masa depan yang lebih baik, Adhi silahkan jadi apa saja yang Adhi mau... Tapi jangan rusak Panji kami, Ibu dan Bapak mohon... " Dingin pak Atmo yang kemudian berjalan meninggalkan dapur
ВИ ЧИТАЄТЕ
the eternity origins : Pages of Panji
Сучасна прозаSurabaya ,1982 Hidup adalah serangkaian keputusan. Dan terkadang, kita harus membuat keputusan yang sulit, yang mungkin mengubah arah hidup kita. Kehidupan yang kujalani Jogjakarta, adalah tentang cinta dan keputusan penting. Aku bertemu dengan...