Detik-detik menuju part akhir. Kayaknya gak bakal sampe 10 part lagi udah ending.
Jadi, vote dan komennya utamakan yah.
Happy reading
"Drew, Nadia mana?" tanya Lucas setelah mereka semua, anggota Vigour berbincang banyak untuk balapan besok.
Kini, beberapa anggota Vigour sudah ada yang pulang, karena jam sudah menunjukkan pukul 6 lewat 25 menit. Entah sudah berapa lama mereka di sana, dan tiba-tiba saja tadi Lucas mengingat Nadia. Yang dia bawa ke sana tetapi tidak tahu ke mana setelah dia tinggalkan.
Andrew menunjuk ruangan yang berada di belakang markas. "Tadi gue bawa dia ke sana, gue suruh nunggu lo. Mungkin ketiduran tuh orang," ucapnya acuh tak acuh sebelum mengangkat bahu cuek.
Lucas mengangguk dan berjalan ke sana.
Tetapi, saat mendengar pertanyaan Leon, dia kembali berhenti."Kenapa lo malah bawa dia, gak bareng Aylen?" tanya Leon.
Lucas menjawab tanpa berbalik. "Aylen udah pulang tadi sama supirnya." Lalu kembali melangkah ke arah ruangan di mana Nadia berada.
Saat sudah berhasil masuk ke ruangan itu, dia melihat Nadia di sana. Tertidur di sofa panjang dengan jaket salah satu anggota vigour di pahanya. Mungkin milik Andrew, pikir Lucas.
Lucas berdiri di sebelah Nadia. Menyolek bahu Nadia menggunakan satu jarinya. "Nad, bangun. Kita balik!" ujarnya santai.
Satu kali, tidak berhasil, dua kali juga tidak, hingga dia mencolek bahu Nadia berulang kali, tapi gadis itu tak kunjung terbangun.
Lalu, karena kesabaran Lucas tidak banyak, dia malah mengguncang bahu Nadia membuat gadis itu spontan terbangun karena terkejut.
"Sorry, Nad," ujar Lucas dan terkekeh geli. Dia memperhatikan Nadia yang nampak mengubah posisinya menjadi duduk dan menggarut kepalanya, rambutnya juga sudah acak-acakan.
"Udah jam berapa?" tanya Nadia tapi nampaknya gadis itu enggan membuka matanya.
Lucas melihat jam tangan yang melingkar di tangannya Lalu menjawab, "tengah tujuh."
Nadia mengerutkan keningnya dan mengedarkan pandangannya setelah kesadarannya terkumpul sudah. "Kita masih di markas?" tanyanya syok dan menatap Lucas dengan ekspresi terkejut.
"Sorry Nad. Karena gue lo jadi ketiduran di sini, dan nungguin gue, seharusnya gue gak bawa lo tadi," Lucas berucap memang karena merasa bersalah. Seharusnya, dia langsung mengantarkan Nadia tadi.
Nadia yang perlahan paham, memgangguk. "Gak pa-pa, gue juga senang kok di sini." Dalam artian saat bangun melihat wajah tampan Lucas, tetapi bosan sejak tadi karena sendirian.
"Sekali lagi gue minta maaf," ujar Lucas lagi.
Nadia terkekeh dan menyahut, "Iya. Aku maafin."
"Yaudah, kita pulang. Biar lo gue anterin. Nanti om Alvin marahin gue karena bawa lo sampe hampir malam kayak gini."
"Aku udah kabarin papa, dan bilang kalau aku ada di rumah teman, gak bakal marah deh kayaknya," ujar Nadia sambil mengikuti Lucas yang sudah berjalan keluar dari ruangan itu.
Lucas berdehem menyahut. Saat melewati beberapa anggota gengnya, dia pamit. "Kita balik dulu. Besok ketemu lagi," pamitnya kepada anggota yang tersisa. Termasuk para anggota inti yang masih berada di sana. Menatap dirinya dan Nadia secara bergantian.
"Hati-hati," jawab beberapa anggota inti. Yang tak lain, Leon dan Gilang. Sedangkan Andrew, dia nampak terdiam saja.
Lucas berjalan ke arah motornya dan naik terlebih dahulu. Dia mengambil satu helm dan membuka pengaitnya, hendak memasangkan kepada Nadia, sebelum tersadar. "Lo pake sendiri aja," ucapnya.
Nadia yang awalnya tersenyum senang karena mau dipasangin helm oleh Lucas langsung mengubah ekspresi wajahnya. Dia menerima sambil tersenyum miris.
"Seharusnya kamu pasangin aja, aku gak pa-pa kok," ucapnya sambil bercanda. Setelah selesai memakai helm, dia naik ke motor itu dan memegangi pundak Lucas.
"Lo bukan Aylen," jawab Lucas membuat Nadia benar-benar terdiam. "Yang selalu payah pakai helm."
Nadia tertawa mengejek namun dalam hati tersenyum miris.
"Pegangan!" Lucas melajukan motornya membelah jalanan yang sudah terang karena cahaya lampu yang sudah dinyalakan. Matahari juga sudah menghilang, menyisakan malam yang sudah menjemput.
Malam itu, Lucas mengantarkan Nadia sampai ke rumahnya. Bertemu dengan kedua orang tua Nadia, mengajaknya masuk namun ditolak oleh Lucas. Dia kembali pulang ke apartemennya, lalu menyalakan lampu menerangi apartemennya yang terasa sepi.
Lucas merogoh sakunya dan menyalakan ponsel yang dia keluarkan dari sana.
Dia mengotak-atik benda itu dan mengirimkan pesan kepada Aylen.
To : MyAy❤️🩹
Hai Ay
Lagi ngapain?
Aku kangen tau?
Vc mau gak?
Satu jam, hingga kantuk menjemput, Lucas belum mendapat balasan. Lucas mengerutkan keningnya dan mengingat bahwa tidak biasanya Aylen menganggurkan chat darinya. Biasanya, Aylen akan membalas dalam waktu cepat. Biasanya Aylen dengan senang video call dengannya.
Dan malam itu, Lucas tidur dengan kepala yang penuh dengan banyak pertanyaan, lain dari memikirkan tentang balapan besok.
*
*Lucas memantau Aylen yang nampak keluar dari rumahnya. Menutup gerbang pintunya sebelum memeriksa ponselnya.
Dari kejauhan, Lucas melihat aktivitas gadis itu. Lalu Lucas beralih menatap layar ponselnya, yang menampakkan roomchatnya dengan Aylen. Pacarnya itu bahkan belum membaca pesannya.
Lucas menghela nafas dan mematikan benda yang di tangannya itu sebelum memasukkan ke dalam saku. Dia memakai helmnya yang sempat dia buka dan mengikuti mobil Aylen yang diantarkan supirnya ke sekolah.
Lucas masih sabar memantau, mengikuti hingga mobil itu terjebak macet. Baru Lucas menjalankan aksinya.
Dia berhenti di sebelah mobil Aylen. Mengetuk kaca mobil gadis itu dan melihat ke dalam. Di sana, Aylen nampak memejamkan matanya, menyandarkan kepala pada sandaran tempat duduknya dengan earphone di kedua telinganya.