Sahabat 6

546 49 4
                                    

Akhirnya misi memenangkan Braja berhasil. Setelah dengan susah payah Karina berperang dengan Braja yang tidak terkendali. Karina pun berhasil memenangkan perang ini.

Braja memeluknya dengan posisi yang bisa dibilang sangat intim. Dimana Karina berada diatas pangkuan Braja yang duduk dilantai.

Karina merasakan dirinya tidak dapat berbuat apa apa. Dia ingin menolak namun dia juga disisi lain kasihan pada Braja. Dan sepertinya laki laki itu tidak berniat untuk melepaskan pelukannya pada Karina.

Karina yang masih terperangkap hanya bisa memandang langit langit kamar ini. Namun jika seperti ini terus terusan, jantung Karina sungguh tidak aman. Bagaimana pun mereka bukan anak kecil lagi. Rasanya sangat canggung sekali.

"Ekheemm eeee Ja?" Akhirnya Karina bersuara.

"Hmmm?." Braja menjawab dengan gumaman pelan, karena mulutnya tenggelam di bahu Karina.

"Bisa lepas enggak? Aku udah pegel nih Ja."  Tanya Karina.

"Enggak mau..." Kata Braja, suaranya lebih ke anak kecil yang pubertas lebih awal.

Bagaimana tidak? Laki laki itu bersuara sangat lembut lebih mirip merengek tapi sayangnya suara laki laki itu lumayan berat. Namun sayangnya kenapa tetap menggemaskan?. Dan bukannya melepaskan Karina, Braja malah semakin mengeratkan pelukannya.

"Braja sumpah deh udah engap banget enggak bisa nafas, lepas dong, bisa bisa aku mati nih."

Ajaib, seperti mengandung mantra. Braja mengendurkan pelukannya pada Karina. Langsung saja gadis itu yang merasa mendapat kesempatan untuk bebas akhirnya langsung bangkit dan terdiam beberapa saat untuk menormalkan detak jantungnya juga pernafasannya yang sedari tadi terasa sangat berat.

"Bangun."

Karina mengulurkan tangannya pada Braja yang masih terduduk. Braja nurut lalu meraih telapak tangan Karina untuk bangun. Karina sedikit terhuyung saat menarik Braja, untungnya dia bisa menjaga keseimbangan.

Gadis itu lalu menuntun Braja agar kembali keranjangnya. Dan mendudukkan laki laki itu di sisi ranjang.

"Kamu istirahat dulu ya, aku temenin, lagian jam kerjaku udah kelewat udah telat." Ucap Karina.

Gadis itu mendorong bahu Braja agar mau berbaring. Lalu menaikan selimut hingga sampai perut laki laki itu. Karina harus mengobati luka Braja dulu. Gadis itu hendak pergi dari kamar itu. Namun, Braja meraih lengan Karina menahannya agar tidak pergi.

"Mau kemana?." Tanya Braja, matanya menatap nyalang pada Karina.

"Mau ambil p3k sama air hangat di bawah." Jelas Karina.

"CK, teriak aja panggil mamah suruh bawa." Kata Braja enteng.

"Sopan banget, teriak teriak nyuruh Tante Eva. Yang bener aja sih Ja!!." Sarkas Karina.

"Jangan tinggalin, enggak mau sendiri." Kata Braja, wajahnya memancarkan kesedihan mendalam membuat Karina jadi tidak tega.

Tok tok tok.

Tiba tiba seseorang mengetuk pintu kamar dan membukanya. Tampaklah seorang wanita cantik dengan aura sangat keibuan memasuki kamar. Wanita itu mendekati mereka yang masih bergandengan tangan. Yang tadinya memasang raut wajah khawatir sekarang Eva tersenyum lembut.

"Mamah udah enggak denger apa apa, mamah khawatir. Kamu udah enggak papa sayang?." Tanyanya kepada anaknya yang sekarang berbaring.

"Udah enggak papa mah." Ucap Braja.

"Tapi tangannya luka Tante." Bisik Karina pada Eva.

Eva langsung khawatir dan melihat tangan Braja yang masih menahan tangan Karina itu. Dan tercetak jelas garis garis dilengan Braja seperti habis digaruk bedanya itu sangat mengerikan karena banyak darah yang sekarang sudah sedikit mengering itu.

No one, girls and man just friend.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang