5 || Ayah Cuti

98 47 81
                                    

Ingat!!!

Kalimat kasar tidak untuk di praktikkan ya dear

✨✨✨

"So, mau jadi temen gue atau ayang gue?" tanya Gibran setelah mematikan suara mesin motornya.

Qairina memberikan helm miliknya dengan sedikit kasar karena mendengar pertanyaan dari Gibran, lalu menatapnya dengan sinis.

"Ya elah, sinis banget ayang gue." Gibran nih benar-benar selalu membuat Qairina kesal.

"Serah lo, pulang sono. Makasih udah ngasih tumpangan," setelah mengatakan itu Qairina melenggang masuk rumah, meninggalkan Gibran yang melambaikan tangan padanya.

"Besok gue jemput ya bep," teriaknya yang sontak membuat Qairina kembali berbalik.

Qairina menatap tajam Gibran, mengepalkan tangan dan mengancamnya. Sementara sang empu, dia hanya tersenyum geli kemudian menyalakan motornya dan melaju meninggalkan halaman rumah itu lebih tepatnya rumah Bunda dan Ayah Qairina dengan kecepatan sedang.

"Ngeselin banget jadi cowok," Ucapnya menggerutu.

Qairina kembali berbalik, melanjutkan langkahnya memasuki rumah, kemudian membuka knop pintu.

Brukkk...
Suara seseorang terjatuh, bukan satu orang melainkan 2 orang yang jatuh, sepasang kekasih yang mungkin ada dibalik pintu tadi, makanya saat pintu itu dibuka mereka terperanjat dan terjatuh mengikuti gerak pintu tersebut.

Qairina membelalakkan matanya, menggigit bibir bawah, dan menautkan jemari dibelakang tubuhnya.

"Irinnnn ...," suara lengkingan Yumna meneriakinya.

"Hehehe maaf Bunda, irin gak tahu kalau Bunda ada dibalik pintu," ucapnya memasang puppy eyes.

Yumna bangkit, dan seorang pria juga ikut bangkit, mengenakkan pakaian TNI. Qairina mencoba memperhatikan pria tersebut, rambut yang mulai memutih sedikit demi sedikit, hidung yang luar biasa membuat Qairina iri, juga sorot mata elang yang terlihat lelah jika dari dekat.

"Ayahhhh," pekiknya dikala sudah kembali mengenali sosok didepannya itu. Qairina memeluknya dengan sangat erat, menciumi kedua pipinya, menyalurkan sebuah kerinduan pada Ayahnya.

"Uhuk uhuk uhuk." Nazhim terbatuk karena mendapati anaknya memeluk dengan sangat kencang.

"Irinnn, leher Ayah kamu ke cekik tuh." Yumna mencoba melepaskan cekalan tangan anaknya.

Qairina melonggarkan pelukan, memberi ruang untuk sang ayah menghirup banyak oksigen. Qairina mengembangkan senyuman dan berjalan menuju sofa sambil terus menggepit lengan ayahnya. Yumna yang melihat itu hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah manja anaknya.

"Manja banget sama Ayah," suara bariton itu akhirnya keluar juga.

Qairina menatap Nazhim dengan lekat, ada beberapa bekas luka di bagian pelipisnya.

"Ayah luka, ini sakit?" tanyanya khawatir.

"Nggak kok, udah sembuh ini tinggal bekasnya aja yang susah hilang," katanya sambil mengelus rambut Qairina.

"Jadi, tadi itu pacar kamu?" pertanyaan menginterogasi dari Yumna.

"Udah ada pengganti nih kayaknya Bun." Nazhim menimpali.

"Ih bukan, itu Gibran temen sekelasnya Reya," elak Qairina tak terima.

"Ganteng juga ya Yah lumayan," kata Yumna meminta persetujuan Nazhim.

"Iya Bun, sayangnya gak di ajak mampir dulu sih ya." Nazhim menyetujui yang Yumna katakan.

"Lain kali ajak mampir, makan dulu atau sekedar icip kue buatan bunda, siapa tahu suka dan nanti bilang ke mamahnya buat beli di bunda aja, ya kan Yah?" beo Yumna.

Untukmu, Yang Ku Rindu {TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang