"Gean....." Gumam Lala melotot. Jelas sekali siluet itu cowo yang seharian ini muter-muter di pandangannya.
Bak ngobrol bertatap muka, Gean menengok ke arah balkon Lala. Dia juga melotot kaget, hanya saja tak terlihat karena remang-remang cahaya balkon nya.
Lala melambai tangan kanannya tinggi-tinggi seolah mengabarkan kalau dia di seberang Gean. Gean yang sedang mengusak rambut basahnya dengan handuk, melengos masuk ke dalam kamarnya.
"Hih, mit amit. Ganteng-ganteng kok judes kaya bang Farel.!" Gerutunya.
"Itu beneran rumahnya atau lagi main ya.?" Lala bergumam. Kemudian geleng-geleng menepuk pipinya pelan.
"Ngapain sih, segala mikirin.!" Setelahnya Lala berlalu ke dalam. Duduk bersila di bangku belajarnya. Menulis to do list untuk kegiatan sepulang sekolahnya mulai besok. Dia terbiasa bergerak, jadi selalu mencari ide agar harinya ada aktivitas.
Krieettt
Arini membuka pintu, membawa nampan berisi segelas air putih.
"Nak, minum dulu sebelum tidur ya." Ucapnya menyodorkan gelas. Lala mengangguk lalu meminum habis air nya.
Lala berjalan lalu duduk di atas kasur.
"Mah, duduk sini deh." Pintanya menepuk-nepuk kasur.
Lala merebahkan kepalanya di paha Arini, menduselkan wajahnya menghadap perut Arini. Arini mengernyit dahi.
"Kenapa, sayang.? Ada masalah.?" Tanya Arini mengelus-elus rambut anak bungsunya itu.
Lala mendongak. "Aku kangen Papah, Mah." Ucapnya sendu.
Arini menghela nafas, memalingkan wajah.
"Mama juga bisa kok, jadi ibu sekaligus papa buat kamu. Papah sudah bahagia sama keluarga barunya. Kamu gak perlu banyak berpikir, oke.?" Ucap Arini merasa pilu menatap putri nya. Lala mengangguk.
Arini dan Bagas, bercerai sejak Lala berumur 10tahun. Keduanya sepakat mengakhiri hubungan entah apa sebabnya Lala tak pernah mereka beri tahu. Seingat Lala, Papa nya pergi merintis usaha properti di Aussie. Setiap dia bertanya kepada mamanya, Arini akan menjawab kalau papa nya akan pulang setiap akhir tahun. Sampai akhirnya Lala dewasa, dia sudah tak pernah mengungkit soal papa nya lagi. Soalnya, pernah sekali waktu itu dia bertanya, Arini justru marah dan mendiamkannya selama dua hari. Lala kapok.!
Setelah beberapa saat Arini mengelus dan memainkan rambut Lala, kini Lala sudah damai dalam mimpinya. Arini menggeser tubuh Lala, kemudian di selimuti. Dia lantas keluar dari kamar Lala.
Pagi sudah menyingsing. Lala terbangun dengan tubuh yang sedikit segar.
"Hoooaaaammm" Lala menguap, meregangkan otot-otot tubuhnya. Matanya melirik jam di atas nakas.
Jarum jam menunjukkan pukul 05:30. Lala bergegas mandi, dan turun bergabung dengan yang lainnya. Di rumah, Arini tak mengerjakan asisten. Semuanya dia kerjakan sendiri, katanya untuk mengisi waktu daripada nongkrong sama temannya.
"Selamat pagi, mah." Sapa Lala sambil menenteng tas dan turun dari tangga.
"Pagi sayang, gimana tidurnya. Nyenyak.?" Balas Arini bertanya balik. Tangannya sibuk mengaduk nasi goreng yang sebentar lagi siap saji.
"Hu'um. Nyenyak kok mah." Lala duduk di meja makan, di seberang nya sudah ada Widi yang rapih memakai setelan kasual, dan Farel yang rapih juga.
"Bang, pada mau kemana.?" Tanya Lala menaikan alisnya.
"Mau ke kampus, kalo Farel ke kantor." Jawab Widi memainkan ponselnya. Lala manggut-manggut.
"Berangkat sekolah naik taxi aja, biar cepet." Ucap Farel yang sedang mengunyah roti tawar sarapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ragean Rain
Fantasysebenarnya jatuh cinta itu hal yang lumrah. karena dengan cinta, kita bisa mengenal diri kita juga. tapi cinta ku kali ini, cinta bermutasi. dari satu orang, menjadi orang lain .... entahlah, sering aku merasa bingung sendiri. tapi ngga papa, suatu...