"Life is an awful, ugly place not to have a best friend."
— Sarah DessenSetelah dari kafe dekat kantor, mereka memutuskan untuk pergi ke Times Square dan berjalan-jalan tak tentu hingga akhirnya memasuki sebuah bar. Saat masuk, mereka melihat sebuah panggung kecil tempat orang menyumbangkan lagu.
"Kau harus bernyanyi, Nate!" seru Ellie karena ia tahu suara Nate akan sangat menyenangkan didengar. Juga Nate bilang kalau ia suka bernyanyi dengan gitar.
"Tidak, tidak. Aku tidak senekat itu," Nate menolak keras.
Ellie menatap Nate dengan tatapan menantang. "Aku akan membelikanmu minuman jika kau mau bernyanyi."
Akhirnya Nate naik ke atas panggung dan meminta pemain musik memainkan sebuah lagu.
"Oke, untuk wanita di sana. Kuharap kau membelikanku minuman paling mahal di sini," ujar Nate sebelum mulai bernyanyi.
"Wohoooo!" Ellie bersorak keras dan hanya dia yang melakukannya, untuk menyemangati Nate.
Nate lalu menyanyikan lagu Hey There Delilah. Ellie tidak tahu kenapa Nate memilih lagu itu, tapi ia menyukainya. Ia menyukai bagaimana Nate menyanyikannya dengan penuh penghayatan. Suara Nate juga tidak terlalu buruk.
"Hey there, Delilah
What's it like in New York city?
I'm a thousand miles away
But, girl, tonight you look so pretty
Yes, you do
Times Square can't shine as bright as you
I swear, it's true..."Ellie tidak lagi mendengarkan keramaian di sekitarnya. Pikirannya terpusat seutuhnya pada suara Nate yang membuat perutnya tergelitik. Apa ini yang pria itu lakukan pada setiap wanita? Kenapa efek Nate terhadap dirinya begitu tidak terelakan?
"Kau harus menepati ucapanmu," Ellie bahkan tidak sadar Nate sudah ada di sampingnya.
"Waw, oke. Aku mengaku kalah," ujar Ellie. "Silakan klaim hadiahmu."
Tapi Nate tidak melakukannya. Sebaliknya, ia membayar untuk minuman mereka berdua. Bibir Ellie tersungging kecil, ia tidak tahu apakah baik terus dalam keadaan seperti ini? Ia tahu jika laki-laki menghabiskan uang untuk wanita, setidaknya sang wanita harus mencari cara lain untuk menggantinya. Tapi untuk sekarang, Ellie berusaha menghilangkan prasangka-prasangka buruknya pada lelaki dan membiarkan dirinya menikmati momen ini dulu.
Hampir tengah malah, Nate mengantar Ellie pulang. Di depan pintu apartemen, Ellie berterima kasih untuk malam ini.
"Sebenarnya aku bukan orang yang suka pergi keluar di hari kerja. Tapi bersamamu membuatku lupa kalau besok aku masih harus bekerja," ujar Nate.
Ellie berdecak, "Oke, kau merusak sisa malam ini dengan membahas pekerjaan."
Nate terkekeh. Ia menatap lurus mata Ellie yang membuat gadis itu membeku di tempatnya. Napas Ellie terhenti, terlebih saat pandangan Nate mulai turun ke bibirnya. Ellie mencoba membuka mulutnya agar ia bisa memasukan udara ke dalam paru-parunya. Nate melihat itu sebagai tanda untuk mencium Ellie. Bibir mereka menyatu.
Astaga bibirnya lembut sekali, persis seperti yang Ellie bayangkan. Batin Ellie bersorak riuh.
Ciuman itu berlangsung singkat dan begitu lembut. Setelahnya, Ellie tidak berani menatap wajah Nate. Ia takut semua itu akan membuatnya meleleh di tempat hingga tak berbekas.
"Whoa, pemandangan indah di tengah malam ini," suara Alec membuat Ellie tersentak. Momennya dengan Nate seketika menghilang.
"Alec!" pekik Ellie.
"Aku sebenarnya tidak mau mengganggu, tapi kalian menghalangi jalan masukku," ujar Alec santai.
"Ah, maaf," Nate bergeser lebih ke pinggir agar Alec bisa lewat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jump Then Fall ✔️
RomanceElizabeth Hutley (Ellie) tidak pernah bisa berhubungan seks tanpa pengaruh alkohol. Hal ini karena trauma dan masalah self-image di masa lalu. Begitu ia dekat dengan Nate Wayner, bosnya di kantor baru, Ellie tiba-tiba bersikeras untuk mampu berhubun...