Pagi yang menyebalkan. Ini adalah hari minggu, hari yang ramai untuk menikmati hidup. Namun hari ini adalah hari yang buruk bagi Aluqa. Sepasang mata tak luput mengawasinya dari jarak yang berbeda.
Aluqa menjadi tahanan rumah yang tidak memiliki kesempatan untuk lolos.
“Di luar pasti banyak orang yang sedang bersenang-senang. Enak sekali mereka bisa menikmati hari libur,” tutur Aluqa sengaja. Dia berdiri di jendela melihat halaman yang dihembuskan angin sejuk yang sangat menggoda.
Jun yang berada di sofa berjarak dua meter dari Aluqa, tentu mendengar keluhan wanita itu.
“Memangnya ada hari sibuk bagimu? Bukankah kamu setiap hari libur ya, Aluqa?”
Aluqa tersentak oleh sindiran Jun. Ya, dia yang pengangguran ini tidak pantas bicara tentang nikmatnya hari libur. Aluqa berbalik badan, menatap Jun dengan napas yang tersengal.
“Jadi aku harus bekerja?”
Jun meletakkan laptop yang ia pungku ke atas meja. Dia melirik Aluqa sebentar lalu terkekeh ringan. “Memangnya apa keahlianmu?”
“Aku bisa memancing!”
“Pfft, ikan yang kaubawa pulang semuanya pemberian nelayan. Kau tidak pernah mendapatkan satu pun ikan.”
Lagi-lagi Aluqa terpukul mundur oleh kenyataan. Eh, tapi tunggu, bagaimana Jun tahu? Aluqa tidak memberitahu siapa pun tentang itu. Dia selalu mengaku bahwa dia adalah orang yang menangkap makhluk-makhluk laut itu di depan para pelayan di rumah.
Ekspresi kesal Aluqa surut, bergantian dengan mata yang menyipit penuh selidik. “Kau tahu dari mana?”
“Aku hanya menebak.” Jawaban spontan Jun merontokkan pikiran negatif Aluqa. Hampir saja dia berpikir bahwa Jun sering membuntutinya.
Setelah itu Aluqa pergi ke lantai dua, ia harap balkon masih bersedia ia pijak. Namun, pintu balkon pun tidak bisa dibuka, dan parahnya pelayan memperhatikan gerak-gerik Aluqa.
“Kalian juga mengunci pintu balkon?” tanya Aluqa, menatap tajam pelayan yang meneguhkan diri akan perintah tuan mereka.
“Maaf, Nyonya.”
“Wow, ada apa ini?” Idris datang menengahi ketegangan antar majikan dan pelayan. “Kenapa semua pintu dikunci, ya?”
“Nyonya Aluqa tidak boleh keluar hari ini, itu atas perintah Tuan Jun.”
Dengan gaya sok akrab, Idris merangkul pundak Aluqa. “Apa kesalahan yang kau lakukan, Aluqa?”
“Pulang larut malam.”
“Oh begitu, ok hari ini aku akan menemanimu agar tidak bosan.”
Idris membawa Aluqa berjalan. Satu kesalahan yang tidak Aluqa sadari, dia membiarkan Idris merangkul pundaknya dengan bebas.
Sementara sepasang mata terus mengawasinya di suatu sudut dengan tajam.
15 menit kemudian Kimberly masuk ke ruangan di mana Aluqa dan Idris tengah bermain kartu. Ekspresinya ketakutan, hingga Idris cemas melihat Kimberly seperti itu.
“Mah, ada apa?” Idris berdiri, menghampiri Kimberly yang jalan pincang bahkan hampir tumbang.
Kimberly mencekram baju Idris, dengan suara getar dia berkata, “Ayo kita pergi.” Dia terisak, terlebih betis Kimberly memar.
“A-apa yang terjadi, Mah!”
“Kita pulang dulu,” lirih Kimberly.
Sangat mendadak! Tapi Idris tidak akan bertanya alasannya sekarang. Lebih baik dia menyelamatkan sang Mama dari ketakutan terlebih dahulu. Dia akan mencari tahu setelahnya.
***
Karena Idris pergi, Aluqa sendiri lagi, padahal sedikit lagi dia akan menang. Aluqa mengumpulkan kembali kartu, menyusunnya tinggi hingga membentuk Piramida. Tinggal satu kartu lagi maka menara akan sempurna, hingga datanglah Jun dari jendela membiarkan angin meruntuhkan menara milik Aluqa.
“Apa yang kau lakukan?!” kesal Aluqa tertahan. Satu kartu bergambar mawar untuk penutupan masih berada di tangannya.
“Kenapa?”
“Kau bertanya? Di sana ada pintu kenapa kaumasuk lewat jendela?” Aluqa tidak habis pikir dengan tingkah Jun. Ini lantai dua, dan rumah ini sangat tinggi. Apa Jun memanjat? Itu gila!
“Aku sedang ada latihan parkour.”
“Terus kenapa masuk ke sini?”
“Kenapa memangnya? Suka-suka aku mau mendarat di mana.” Setelah itu Jun masuk sepenuhnya, menutup jendela kembali lalu keluar lewat pintu.
Kepala Aluqa seakan ingin meledak ketika Jun lewat menginjak kartunya yang berceceran di lantai. Beberapa detik Aluqa diam menunduk mengamati lantai, setelah itu ....
“Aghhhhhh!” Aluqa berteriak ketika Jun menghilang di balik pintu.
“Dia itu kenapa, sih?!”
***
Hari masih panjang, dan Aluqa tidak tahu sampai kapan dia akan menjadi tahanan rumah. Kebanyakan orang pasti akan menghabiskan waktu bersama ponsel mereka, tapi Aluqa yang memiliki hobi memancing tidak tertarik dengan media sosial atau kesenangan lain lewat internet.
Hidupnya ia habiskan untuk sesuatu yang membosankan.
Aluqa pergi ke kamar, membuka satu pintu yang penuh akan topi bundarnya, bentuk topi yang selalu Aluqa pakai ke mana saja untuk menutupi wajah cantiknya.
Ia ambil satu topi putih polos lalu ia letakkan di atas kepalanya. Aluqa menatap dirinya di depan cermin, dia tersenyum tipis akan penampilannya.
Sampai sebuah suara melunturkan senyum Aluqa.
“Kau mau ke mana?”
Aluqa menoleh ke samping, ke ambang pintu yang sedikit terbuka. Sejak kapan Jun di sana? Pikirnya.
Pria itu menatapnya lekat, yang ia tahu topi bundar itu Aluqa pakai ketika dia ingin pergi keluar.
“Tidak ke mana-mana. Aku hanya ingin memancing di akuarium.”
“Memancing ikan hiu?”
“Iya, umpannya kamu, Jun.”
Aluqa melintasi Jun begitu saja, melihat wajah pria itu rasanyaa sangat menyebalkan.
Namun, tujuan Aluqa memanglah Aquarium. Dia akan memanjat, kaca yang tebal memungkinkan Aluqa untuk duduk di atasnya bahkan berbaring telentang.
Dari atas sini Aluqa melihat Jun di bawah tengah mengamatinya. Apa pria itu khawatir Aluqa akan jatuh? Wajahnya terlihat seperti itu.
“Aluqa, turun!” Akhirnya Jun tetap tidak bisa mengabaikan tindakan berbahaya Aluqa. Di dalam sana ada predator, jika Aluqa sampai jatuh, sudah pasti air kolam akan berubah menjadi warna merah.
Sayangnya Aluqa tidak mendengarkan Jun.
Jun frustrasi melihatnya. “Baiklah, kau boleh keluar dari rumah.”
Sontak Aluqa langsung berangsut turun, memastikannya dirinya tidak salah langkah di tangga besi. Sampai di depan Jun, Aluqa mengacungkan jari menunjuk wajah Jun. “Kau sendiri yang bilang. Kalau begitu aku pergi dulu.”
“Tentu saja dalam pengawasanku,” lanjut Jun.
Bersambung....
KAMU SEDANG MEMBACA
Seindah Mawar
Romance[Terbit] Hanya segelintir orang yang mengenal Aluqa, istri Jun Cherestio. Rumornya dia adalah wanita yang buruk rupa dan cacat. Anggapan itu muncul karena sang suami memiliki banyak sekali wanita. Kalau tidak mengingat ancaman papanya, Aluqa sudah...