Udara musim panas New York menerpa pipi Rosé. Meski sudah memasuki musim panas, angin justru berhembus kencang yang membuat suhu udara tidak menentu. Beberapa orang terlihat masih mengenakan pakaian tebal untuk menahan angin menusuk langsung ke dalam tubuh.
Setelah perjalanan panjang dan melelahkan, Rosé akhirnya sampai kembali di depan rumah. Tubuhnya lelah dan kepalanya terasa terus berputar. Ditambah perasaannya yang masih dilingkupi awan hitam.
Rosé masuk ke dalam rumahnya. Ia berharap Lisa dan Jisoo tidak ada di rumah agar tidak perlu melihat keadaannya yang berantakan. Wajah lesu, mata merah, dan sedikit bengkak. Teman-temannya sudah pasti akan langsung tahu sesuatu buruk terjadi.
"Rosie, is that you?" suara Jisoo terdengar dari arah dapur.
Rosé menghela nafas berat. Begitu Jisoo menghampirinya, ia mengulas senyum lebar yang dipaksakan.
"Oh, aku merindukanmu!" Jisoo meraih tubuh Rosé dan memeluknya.
Rosé terkekeh. "Aku hanya pergi beberapa hari."
Jisoo menggumam. "Ya, tapi tinggal dengan Lisa sama saja dengan tinggal sendirian."
"Dia ada di sini?" Rosé melihat ke sekeliling rumah.
Jisoo menjawab, "Dia sedang mandi."
Tentu saja Jisoo langsung merasa sesuatu yang berbeda dari Rosé. Ia memperhatikan wajah gadis pirang itu dengan seksama.
"Kau baik-baik saja?" tanya Jisoo dengan nada khawatir.
Tatapan Jisoo yang melihatnya cemas membuat air mata Rosé tiba-tiba mengalir. Ia terisak dan memeluk Jisoo untuk menyembunyikan wajahnya.
Jisoo mendekap Rosé dan mengelus punggungnya. "Oh, honey what happened?" ujarnya menenangkan Rosé.
Mendengar suara isak tangis, Lisa yang baru saja keluar dari kamar mandi buru-buru berjalan ke ruang tamu. "Hei, aku mendengar suara—" kalimatnya terputus begitu melihat kedua sahabatnya sedang berpelukan. "Rosie, ada apa?"
Ketiganya berpelukan singkat. Kemudian Lisa dan Jisoo membawa Rosé ke sofa. Setelah cukup tenang, Jisoo kembali bertanya dengan lembut. "Kau mau menceritakannya?"
Menghela nafas berat, Rosé tidak merespon. Sebenarnya ia tidak ingin terus menyembunyikan sesuatu dari teman-temannya. Hal itu cukup membebaninya dua bulan ini. Hanya saja ia tidak tahu apa reaksi kedua temannya. Belum lagi jika pada akhirnya Jennie juga mengetahuinya.
"The wedding was a disaster, huh?" tanya Lisa saat Rosé tidak juga bersuara.
Rosé menggeleng. "Sebenarnya, acara pernikahan Madeline berjalan lancar dan menyenangkan. Terlalu menyenangkan bahkan untukku sendiri."
"Lalu?" Lisa heran.
Mengisi paru-paru dengan udara, Rosé akhirnya yakin untuk bercerita. Apa pun reaksi teman-temannya, ia harus menghadapinya sebagai konsekuensi karena telah melakukan permainan yang membahayakan bersama Chanyeol.
"Kalian janji tidak akan marah padaku jika aku menceritakan semuanya?" tanya Rosé cemas.
Melihat kegugupan Rosé membuat Lisa menjadi tidak sabaran. "Apakah ini akan seperti cerita Jennie? Kau tidur dengan siapa? Siapa yang menculikmu?"
Jisoo menatap Rosé dengan bingung. "Ada apa, Rosie?"
Mengulum bibir dengan gelisah, Rosé akhirnya menceritakan semuanya. "Ingat saat aku berkencan dengan pria bernama Chen?"
Lisa mengangguk. "Ya. Kau bilang pria itu tidak cocok denganmu?"
Rosé mengangguk. "Hanya saja, dia bukan Chen," timpalnya. "Pria itu sebenarnya Chanyeol yang berpura-pura menjadi Chen."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ever You | chanrose (YOU SERIES BOOK 2) ✔️
FanfictionYOU SERIES: [1] LOATHE YOU | jenkai [2] EVER YOU | chanrose [3] TREASURE YOU | hunlis [4] SECRET YOU | jisuho Rosé membenci Chanyeol bahkan sejak mereka kecil. Pria itu tukang bully, berantakan, sombong, tidak tegas, dan segala hal yang salah dalam...