15. Cerita Winda II

21 0 0
                                    

Usai menyantap liwetan, Brandon membasahi tenggorokannya dengan es jeruk yang disediakan oleh Andri. Dia menenggaknya sampai habis karena untuk mengobati rasa pedas. Kinanti tersenyum ceria, dia menyandarkan punggungnya di kursi begitu nasinya sudah habis. Bahkan gadis itu sampai beserdawa saking puasnya dengan makan malam. Menyadari sikapnya yang tak sopan, lantas Kinanti memamerkan gigi rapinya. "Sori."

Winda hanya menggeleng pelan, sudah biasa melihat Kinanti yang terlihat santai di antara mereka. "Akhirnya kenyang juga diri ini," ujar Kinanti mengusap perutnya.

"Pinter juga kalian masaknya," puji Adara tersenyum manis.

"Eits, kita tau kita pinter! Kesepakatan tetep kesepakatan ya!" peringat Kinanti menunjukkan jari telunjuknya.

"Iya, astaga. Gue juga cuma mengapresiasi," balas Adara.

Winda tersenyum singkat, dia bersandar di kursi begitu merasakan tiba-tiba kedua matanya memberat. Sepertinya ada yang salah dengan tubuhnya, tidak biasanya dia merasa mengantuk di jam 8 malam seperti ini. "Sori, kayaknya gue ngantuk deh," ucap Winda seraya menguap sebentar.

"Yaelah, Win! Baru juga jam 8!" balas Kinanti, menepuk lengan Winda seakan Winda tengah bercanda.

"Beneran, gue gak bohong. Gue ke kamar ya?" pamit Winda memilih beranjak dari meja makan tersebut daripada dia nanti tertidur di sembarang tempat.

"Gak asik lo, Win!" seru Kinanti melihat kepergian Winda dengan berdecak kesal.

"Yaudah sih, Kin. Keliatan ngantuk banget itu Winda mungkin dia capek perjalanan," sahut Andri seraya tersenyum tipis penuh arti.

"Padahal gue pengen beli es krim, terpaksa deh sendiri," ujar Kinanti seraya beranjak dari duduknya.

"Gak mau ngajak gue?" celetuk Adara menawarkan diri.

"Lo harus rapiin ini semua ya, Adara?" Sudah berapa kali Kinanti mengucapkan peringatan itu. Padahal Adara masih ingat, tetapi Kinanti seperti takut jika Adara akan amnesia saja.

Adara menghela napas sejenak. Dia menatap meja yang sekarang berantakan karena makan malam mereka. "Ya kan bisa agak nanti. Gue juga mau cari es krim soalnya. Ayo!" ajak Adara turut beranjak.

"Sayang, aku mau cari es krim dulu ya?" pamit Adara pada Brandon yang dari tadi menunduk. Suara Adara membuat pria itu mendongak, dia pun mengangguk mengiyakan.

"Iya, Yang. Nanti aku cicil bersihin sekalian." Suara serak Brandon membuat Adara mengerutkan keningnya heran. Dia menyentuh kening sang kekasih.

"Kamu sakit?" tanya Adara, khawatir dengan keadaan Brandon.

"Enggak kok. Cuma kayaknya mau batuk aja, Sayang."

"Serius? Aku cariin obat ya nanti?" tawar Adara mendapat anggukan dari Brandon.

"Udah ayo buruan! Lama dah," sela Kinanti berjalan terlebih dahulu meninggalkan pasangan banyak tanya tersebut. Dia sudah ingin menyantap es krim, tetapi harus menunggu Adara berpamitan.

"Gue titip es jagung ya!" teriak Andri.

"Hm."

Adara berlari kecil menyusul Kinanti. Mereka berjalan berjejeran pergi ke toko dekat dengan vila. Sementara Andri memperhatikan Brandon yang memijat pelipisnya. "Lo kenapa, Bran?" tanya Andri.

"Gak tau. Gue merasa aneh sama tubuh gue sendiri."

"Mau ke kamar aja? Kayaknya lo juga kecapekan deh," tawar Andri.

Brandon mengangguk, dia beranjak dari duduknya sambil mengeluarkan napas pelan. "Gue beresin ini dulu deh," ujarnya seraya ingin merapikan piring-piring kotor tersebut.

My Indifferent HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang