5 hari telah berlalu sejak pertemuan dirinya dengan Haruto berakhir. Sejak pertemuan itu Junkyu belum bertemu lagi dengan Haruto. Sedikit kaget karena biasanya hampir setiap hari mereka bertemu satu sama lain dan kini Haruto menghilang tanpa kabar begitu saja. Mungkin Haruto menyerah setelah tahu bahwa Ia sudah mempunyai Jeongwoo? Entahlah. Namun yang terpenting baginya adalah Ia terbebas dari gangguan Haruto. Ia berharap Haruto tidak akan muncul lagi.Junkyu duduk diatas sofa empuk milik Jeongwoo dan mengangkat kedua kakinya keatas meja.
Ia merasa bosan.Jeongwoo berpesan bahwa Ia akan pulang telat malam ini karena ada kerjaan mendadak jadi Ia tidak akan bisa kemana mana.
Motornya juga rusak lagi.
Junkyu mengerutkan pipinya. Lama kelamaan rasa bosan tersebut berubah menjadi rasa lapar. Ini sudah sekitar jam 10 malam, dan Ia belum menyantap makanan apapun sejak tadi sore. Jeongwoo bukanlah tipe orang yang suka ngestok makanan, jadi kulkas besar milik Jeongwoo hampir tidak ada isinya. Jeongwoo memang berjanji bahwa Ia akan membawakan makanan tapi sampai kapan lagi Ia harus menunggu?
Junkyu menghela napas. "Kulkas gak guna." Batinnya kesal.
Apa yang akan Ia lakukan sekarang? Tidak mungkin ada toko yang masih buka jam segini...
Yah kecuali satu toko. Ada satu Convenience Store (Kea Ind*maret/Alf*maret gt) yang cukup besar disekitar tempat tinggal Jeongwoo dan untungnya toko tersebut buka 24 jam.Junkyu bangkit. Ia akan pergi ke toko tersebut, tidak peduli semalam apa Ia pergi yang penting Ia bisa makan. Lagian Ia bisa melindungi dirinya sendiri dan toko itu juga tidak begitu jauh.
Junkyu memakai Hoodie favorit miliknya dan bergegas menuruni tangga. Sayang sekali motornya tidak bisa dipakai jadi mau tidak mau Ia harus berjalan.
Junkyu meregangkan tubuhnya dan berjalan santai melewati rumah rumah dan apartmen apartmen lain yang sudah tertutup rapat. Tidak ada orang sama sekali disekitarnya dan itu membuatnya senang.
Ditengah perjalanannya Ia mendengar ada suara seperti suara kaleng yang terlempar disekitarnya namun Ia mengabaikannya saja.
Junkyu membeli sekaleng soju, 1 sandwich tuna mayo dan sebatang coklat lalu bayar dan keluar dari toko tersebut.Dengan hati puas Junkyu membuka kaleng sojunya dan bungkusan batang coklat miliknya lalu duduk sebentar ditaman terdekat untuk menyantap makanamnya.
Sambil mengunyah coklatnya Junkyu memandang pemandangan indah petengahan kota yang terbentang jauh dibawah tebing tempat dimana Ia berada sekarang.
Junkyu termenung sebentar. Ia mendesah pelan. Memperhatikan pemandangan sambil menikmati sejuknya udara di malam hari benar benar membuatnya mengantuk dan lelah. Ditambah lagi lama kelamaan udara sejuk yang Ia rasakan berubah menjadi udara yang cukup dingin sehingga membuatnya menggigil. Ia harus pulang sekarang, siapa tahu juga Jeongwoo sudah pulang.
Junkyu meneguk sisa sisa sojunya dan melemparnya ke tong sampah didekat situ. Membungkus coklat sisanya dengan baik dan memasukkannya kembali kedalam kantong plastik.Junkyu segera berjalan pulang namun jalan utama yang tadi Ia lewati untuk pergi sudah ditutup jadi Ia terpaksa harus melewati satu gang kecil yang tidak ada pencerahan sedikit pun untuk sampai ke apartmen.
Gang itu agak kotor dengan sampah yang berserakan hampir di setiap sudut jalan sehingga tadinya Junkyu sedikit enggan untuk melewati gang tersebut namun karena tidak aja jalan lain yah yasudah.
Junkyu sudah terbiasa dengan gelap jadi Ia tidak peduli dan main terobos saja. Junkyu tidak membawa HP jadi Ia tidak bisa memakai senter namun cahaya dari bulan cukup membantunya.
Toko toko tutup serta rumah rumah terbengkalai disekitarnya membuatnya sedikit tidak nyaman tetapi tidak apa. Ia tidak percaya dengan adanya hantu atau setan jadi Ia santai santai saja melewati segala bangunan bangunan menyeramkan tersebut dan berfokus pada perjalanannya.
Ia berbelok pada suatu belokan di gang tersebut.
Tak!
Ia mendengar ada suara barang terjatuh.
Junkyu menengok kebelakang.
Kosong. Tidak ada apa apa.
Junkyu terdiam sementara. Sedikit heran namun Ia segera lanjut berjalan.
Tetapi tidak lama kemudian, tiba tiba ada terdengar suara jejak kaki yang berasal tidak jauh darinya.
Junkyu menoleh lagi kebelakang namun seperti sebelumnya Ia tidak melihat siapapun. Mendadak firasatnya menjadi buruk.
Keheningan yang sebelumnya Ia nikmati berubah menjadi sesuatu yang Ia takutkan.Junkyu menelan ludah, Ia melihat kesekelilingnya untuk memastikan bahwa ini bukan imajinasinya saja namun sulit untuk melihat dengan jelas di tengah tengah kegelapan yang menyekat. Apakah ada yang sedang membuntutinya?
Junkyu mulai panik. Ia mulai berjalan lagi. Kini dengan lebih cepat. Ia harus keluar dari gang menyeramkan ini secepatnya.
"Masa ada yang ngikutin gua? Kurang kerjaan amat." Batin Junkyu dalam hati. Ia bisa merasakan bahwa sekujur tubuhnya mulai mengeluarkan keringat dingin serta napasnya yang mencepat. Ia meremas tangannya. "Anjg mana rumah jeongwoo masih jauh lagi."
Dengan sekujur tubuh gemetar dan jantung berdegup kencang Junkyu mulai berlari dengan penuh kecepatan. Tetapi Ia tidak terlalu sering melewati jalan ini sehingga Ia tersesat dalam beberapa belokan.Dan setelah 3 kali percobaan Junkyu berakhir dalam jalan buntu lagi.
"Aish tai." Umpatnya cemas. Ia mengusap keringat di dahinya dengan gelisah. Kalau Ia terus terusan memilih jalan yang salah Ia tidak akan bisa pulang. Oh apa yang akan Ia lakukan sekarang? Ia menyesal tidak membawa Handphone. Dan Ia lebih menyesal lagi karena sudah pergi keluar. Kalau memang Ia sudah tahu Ia akan berakhir seperti ini mendingan tadi Ia tinggal dirumah aja.
Ia mendengar ada suara mesin motor yang dimatikan dan Ia menjadi semakin ketakutan.
Junkyu menenagkan dirinya dan berharap bahwa firasatnya salah dan soal orang yang mengikutinya hanyalah imajinasinya saja.
Junkyu menggigit bibir dan menghela napas panjang. "Semoga gue idup."
Namun tepat disaat dirinya akan berbalik badan tiba tiba suatu sosok muncul tepat dibelakangnya dan menghantam bagian belakang kepalanya dengan objek beling. Membuat objek itu terpecah menjadi serpihan serpihan kecil yang berserakan di atas lantai.
Dengan mata melebar dan mulut ternganga Junkyu terbanting ketanah.
Sosok misterius itu mencekik leher Junkyu dengan sangat kuat lalu mengambil satu serpihan dari beling tersebut. Namun disaat Ia ingin menancapkan serpihan itu kepada dada Junkyu tiba tiba Ia terlempar kebelakang karena tertarik oleh sesuatu.
Seorang lelaki muda menarik sosok itu dengan kuat dan menghantamnya ke dinding. Dengan seluruh kekuatannya Ia menonjok sosok itu berkali kali.
Dengan napas berat dan kemarahan yang menggelojak, Lelaki muda itu terus menghajar tanpa ampun. Sosok misterius itu hanya bisa membalas melawan dengan beberapa pukulan saja dan seterusnya hanya bisa terdiam seraya sekujur tubuh hingga ujung kepalanya mulai terluka parah.
Junkyu membeku. Ia terlalu terkejut untuk menunjukkan reaksi apapun pada kejadian yang terjadi dihadapannya.
Lelaki muda itu membanting pria itu ketanah dan menginjaknya dengan kuat.
Pria berkedok pembunuh itu berupaya mengambil napas namun akibat dadanya diinjak dirinya tidak bisa bernapas dan mulai kehilangan kesadaran.
Lelaki muda itu mengakhirinya dengan pukulan keras tepat di wajah sang pembunuh.
Melihat betapa parahnya sang pembunuh terluka, hati lelaki muda itu mulai tenang dan napasnya mulai teratur kembali.
Junkyu menatap suram sang pria yang sudah tergeletak tak sadarkan diri dihadapannya. Siapa orang yang berupaya untuk membunuhnya? Ia lihat sendiri pria aneh itu ingin menancapkan serpihan beling itu pada dadanya dengan begitu kejam. Mengapa pria itu mengikutinya sedari tadi? Ia tidak bisa memikirkan apa apa. Dirinya sedang sangat kebingungan.
Lelaki muda itu segera berpaling pada Junkyu dan berlari kesisinya.
"Junkyu. Jun lu gapapa? Junkyu kita ke RS sekarang gua anterin lu kesana." Ucap lelaki muda itu ketakutan.
Junkyu memperhatikan lelaki muda itu dan matanya langsung melebar.
"Gila lu To. Kok lu bisa disini?" Sahut Junkyu kaget sambil memegangi kepalanya erat erat berusaha untuk menahan rasa sakit di kepalanya yang semakin parah.
"Bacot. Yang penting sekarang adalah keselamatan lo." Haruto bergerak untuk menggendong Junkyu namun Junkyu menghalangi kedua lengannya untuk menyentuh dirinya.
"Gak. Gue maunya pulang, anj-" Junkyu menutup matanya dan menekan kepalanya kuat kuat. Lama kelamaan rasa sakit di kepalanya mulai membuatnya sengsara. Kepalanya menjadi pusing dan Ia juga semakin sulit untuk bernapas.
"Junkyu anjg." Suara Haruto mulai bergetar melihat keadaan Junkyu. Ia menggenggam kedua tangan Junkyu dan memaksa Junkyu untuk membiarkannya mengangkatnya.
"Ruto..." Gumam Junkyu kehabisan napas. Dadanya terasa perih sekali dan matanya yang berair dan memerah membuat penglihatannya semakin buram. Wajah Haruto yang terlihat didepannya lama lama mulai samar dan Ia bisa merasakan bahwa seluruh tubuhnya mati rasa.
Perlahan lahan kesadarannya mulai menghilang.
Ia berusaha keras untuk tidak pingsan namun Ia tidak mampu.