Segala sesuatu akan terasa lebih menyenangkan untuk dijalani ketika kita memiliki alasan di baliknya. Beberapa waktu ke belakang sekolah adalah tempat yang sebetulnya tidak ingin Diandra datangi, dia bahkan pernah meminta untuk melakukan home schooling saja kepada ibunya. Namun, pagi ini rasanya berbeda, berangkat sekolah di hari pertama setelah liburan semester adalah hari yang paling dinanti. Ada debaran aneh dalam hatinya ketika mengingat tentang sekolah, hanya saja dia masih tak mampu untuk menemukan alasannya.
Gadis itu meniup sebuah benda kecil di tangannya yang terselimuti debu. Benda itu sudah lama sekali tersimpan di dalam laci meja riasnya.
"Masih belum expired," ucapnya sambil mengelap benda tersebut dengan tisu basah guna memastikan debunya benar-benar bersih.
Jemarinya membuka benda kecil itu dan memutar ujungnya, kemudian dioleskannya benda berwarna merah muda itu pada bibirnya.
"Udah lama nggak pakai lip balm," gumamnya.
Sebagai sentuhan akhir, ia menyemprotkan parfum ke tubuhnya.
"Diandra! Ibu udah siapin bekal nih," seruan ibunya dari arah dapur membuat gadis itu segera keluar kamar untuk menghampirinya.
"Mana bekalnya, Bu? Aku langsung berangkat aja, ya."
Bu Rani memperhatikan penampilan anak gadisnya yang terlihat lebih rapi pagi ini. Biasanya Diandra selalu berangkat dengan terburu-buru hingga tak memperdulikan penampilannya. "Kok kamu cantik banget, wangi lagi."
"Ibu bisa aja," jawab Diandra disertai senyuman.
"Yaudah, Bu. Diadra pamit, ya." Tangan Diandra yang hendak menyalami tangan ibunya berhenti sejenak.
"Bawa payung, ya," kata Bu Rani dengan sorot mata penuh pengharapan.
Diandra pun menerima sebuah payung berwarna merah maroon tersebut dan menyalami tangan ibunya.
***
"Diandra!" teriak seorang gadis dengan ransel hitam yang rupanya baru tiba juga di sekolah.
"Hai, Nad," sapa Diandra dengan senyuman menghiasi wajahnya.
"Aura kamu kelihatan berbeda, Dra."
Diandra hanya menggelengkan kepalanya tak paham, kemudian ia menggandeng lengan sahabatnya untuk berjalan menuju kelas mereka.
"Kamu dianter Kak Mei?" tanya Nadila.
"Nggak, aku naik angkot kayak biasa."
"Terus kenapa tadi muncul dari parkiran?"
"Oh, tadi aku ngembaliin barang Kak Randy yang ketinggalan dulu, kamu tahu kan kita gimana," jawab Diandra sengaja berbohong. Tak mungkin dia berterus terang bahwa tadi ia menemui Novan untuk mengembalikan jaketnya. Dia juga sengaja mengembalikannya di parkiran karena takut teman-teman sekelas berpikir yang tidak-tidak tentang mereka.
"Selamat pagi teman-teman, lama sekali kita tidak berjumpa," ucap Nadila ketika sampai di kelasnya.
"Lo sombong sih, padahal waktu liburan kemarin kita ajak main juga," jawab Maya.
"Hehe maaf kawan." Gadis tomboy itu berjalan menuju mejanya.
Diandra yang sedari tadi berada di belakang Nadila hanya tersenyum kaku, rasanya memang sulit ketika mencoba untuk keluar dari zona nyaman.
Diandra berjalan menuju mejanya. Sebenarnya dia juga ingin sekali bisa menyapa teman-temannya seperti yang dilakukan oleh Nadila, tapi yang bisa dia lakukan hanya tersenyum kepada mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
After You Come
Teen FictionDiandra Baskharani Putri. Perempuan yang benar-benar benci pada hujan. Kebenciannya itu bermula sejak ayahnya meninggal. Semenjak itu dia berubah menjadi gadis pemurung dan dingin. Hingga tiba seseorang yang ternyata mampu memberi kehangatan sehingg...