Chapter 6: That Boy, Meet the Gourmet Lady and Her Dog

12 1 1
                                    

Akhirnya, hari itu tiba. Hari yang dinanti-nantikan Daniel, hari yang terus berputar di pikiran Daniel. Hari itu adalah jadwal Master pergi ke kota untuk mengantarkan pesanan istimewa, yang artinya besok Daniel bisa mendapatkan cuti yang dia mau.

Bar ditutup, dan Daniel harus berdandan rapi untuk menemani Master, begitu juga dengan Vera. Hari itu Vera sama sekali tidak menyentuh perahu.

Master mengenakan setelan rapi berwarna abu-abu dengan jas berekor. Di dalam jasnya, dia memakai rompi berwarna hitam dan dasi kupu-kupu yang senada dengan jasnya. Sepatu kulitnya hitam bersinar karena baru disemir malam sebelumnya.

Sementara itu, Daniel memakai rompi berwarna merah tua yang dipinjamkan oleh Master. Dia juga memakai dasi berwarna hitam dan celana bahan berwarna hitam. Master juga meminjamkan sepasang sepatu kulit untuk Daniel. Itu adalah sepatu kulit lama milik Master, yang bagian tumitnya sudah agak rusak, namun tidak terlalu mencolok.

Vera sendiri membutuhkan waktu yang lama di dalam kamarnya. Ketika keluar, dia keluar memakai gaun tipis berwarna hitam yang cantik dan rapi, terlihat seperti gaun baru walau Daniel tidak tahu kapan Vera sempat membeli baju baru. Dia tetap mengenakan jubah hitam, tetapi Daniel juga tidak pernah melihat jubah hitam ini, entah baru atau sudah lama berada di lemari baju dan tidak pernah dikeluarkan. Jubahnya rapi dan wangi, dengan garis berwarna emas di ujung-ujung kainnya dan ornamen kecil pada bagian kerahnya. Selain itu, ada hal tidak biasa yang juga dikenakan Vera, yaitu sepatu hitam berhak rendah.

Riasan wajah Vera juga lebih rapi dan cantik daripada biasanya. Muka perempuan itu masih tertutup seluruhnya dengan riasan tengkorak, namun entah mengapa... ada sesuatu yang mempesona untuk Daniel. Wanita itu terlihat cantik, bahkan lebih dari sekedar cantik. Mempesona, memukau, dan atraktif.

Hanya saja, Daniel merasa ada suatu hal yang kurang dari Vera. Daniel memikirkan dengan keras apa yang membuat penampilan Vera masih tampak ganjil, sehingga tanpa sadar dia juga memelototi Vera dalam waktu lama.

"Lihat apa?" ujar Vera memecah lamunan Daniel. Daniel menatap wajah Vera, lalu menyadari apa yang kurang. Wanita itu membiarkan rambut sebahunya tetap berantakan.

"Rambutmu berantakan," ujar Daniel spontan.

"Bukankah memang selalu seperti itu?" jawab Vera ketus.

Daniel tidak suka dengan perilaku Vera. Bagaimanapun, Daniel tidak bermaksud buruk, seharusnya Vera menanggapi biasa saja, tidak perlu seketus itu.

Master mendengus tertawa. Serempak, Daniel dan Vera menoleh bersamaan. "Ho ho ho, romansa masa muda," gurau Master, membuat Daniel panik sendiri.

Dengan gagap, Daniel berusaha membantah Master, tetapi wajahnya merah padam, berlawanan dengan keinginannya. Master terlihat puas melihat reaksi Daniel. Sadar kalau dia memperparah suasana, Daniel berhenti bicara, lalu melirik Vera.

Wanita itu terlihat tidak acuh. Dia tidak menatap Daniel maupun Master. Namun begitu, entah bagaimana, Daniel merasa ada ekspresi samar yang tertempel di wajah Vera, ekspresi jijik.

Menyadari kalau suasananya sudah berubah canggung, Master segera mengajak mereka untuk pergi. Walau sekilas, Daniel yakin kalau dia mendengar Vera berbisik, "Akhirnya."

Master memiliki barang bawaan berupa sebuah kotak berisi makanan dan peralatan yang dibutuhkan untuk pelanggannya. Selain itu, dia juga membawa sebuah tongkat hitam dengan ornamen berwarna emas pada gagangnya. Sejak awal, Master sudah memiliki aura sebagai seorang pria yang elegan. Namun dengan penampilannya yang maksimal ini, keeleganan Master meningkat beberapa kali lipat.

Sebelum keluar dari pondok, Master tidak lupa untuk mengambil sebuah topi tinggi dan memberikannya pada Daniel.

"Semoga saja bisa mengurangi rasa tegangmu," ucap Master sambil tersenyum. Daniel mengangguk sambil mengenakan topi yang agak kebesaran itu. Padahal, Daniel sudah berusaha keras untuk menyembunyikan rasa tegangnya, namun ternyata Master bisa membaca itu semua seolah Daniel adalah buku yang terbuka.

The Black SoulWhere stories live. Discover now