Sudah empat hari nelayan-nelayan tak bisa turun ke laut, karena cuaca yang tidak memungkinkan untuk pergi ke laut.
Pada malam hari, hujan lebat turun. Gemuruh gelombang, tiupan angin kencang di kegelapan malam seolah-olah memberi tanda bahwa alam sedang murka, laut sedang marah. Bahkan, bintang-bintang pun seolah tak berani menampakkan diri. Nelayan-nelayan miskin yang menggantungkan rezekinya pada laut setiap hari bersusah hati. Ibu-ibu nelayan terpaksa merelakan menjual emas simpanannya yang hanya satu dua gram untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Mereka yang tak punya benda berharga terpaksa meminjam pada lintah darat.
Namun, selama hari-hari sulit itu, ada pesta di rumah Pak Yus. Tak ada yang menikah, tak ada yang ulang tahun, dan Pak Yus juga bukan orang kaya. Pak Yus hanyalah nelayan biasa, seperti para tetangganya. Pada hari-hari sulit itu, Pak Yus menyuruh istrinya memasak nasi dan beberapa macam lauk-pauk yang banyak. Lalu, ia mengundang anak-anak tetangga yang kekurangan untuk makan di rumahnya.
Salah satu warga : " Terimakasih pak yus, anda adalah orang yang baik hati dan bijak sana semoga kebaikan bapak digantikan oleh Tuhan. "
Dengan demikian rengek tangis anak yang lapar tak terdengar lagi, diganti dengan perut kenyang dan wajah senang.
Pak Yus terdiam sejenak. Sosok tubuhnya yang hitam kokoh melangkah ke luar rumah, memandang ke arah pantai dan memandang ke langit. Nan jauh di sana segumpal awan hitam menjanjikan cuaca buruk nanti akan datang. Ibu Yus pergi ke dapur dan mengambil keranjang pasar. Seperti biasa, ia patuh pada perintah suaminya. Selama ini Pak Yus sanggup mengatasi kesulitan apa pun. Sementara itu Pak Yus masuk ke kamar dan berdoa. Ia mohon agar Tuhan memberikan cuaca yang baik nanti petang dan malam. Dengan demikian, para nelayan bisa pergi ke laut menangkap ikan dan besok ada cukup makanan untuk seisi desa.
Siang harinya, anak-anak makan di rumah Pak Yus. Mereka bergembira. Setelah selesai makan, mereka menyalami Pak dan Bu Yus lalu mengucapkan terima kasih. Lulu dan adiknya tersenyum. Mereka percaya pada perkataan Pak Yus. Pak Yus nelayan berpengalaman. Mungkin ia tahu bahwa nanti malam cuaca akan cerah dan para nelayan akan panen ikan.
Jam empat petang Pak Yus ke luar rumah dan memandang ke pantai. Laut tenang, angin bertiup sepoi-sepoi dan daun pohon kelapa gemerisik ringan. Segumpal awan hitam yang menjanjikan cuaca buruk sirna entah ke mana. Ia pergi tanpa pamit.Malam itu, Pak Yus dan para tetangganya pergi melaut. Perahu meluncur dengan tenang. Para nelayan berhasil menangkap banyak ikan. Ketika fajar merekah, perahu-perahu mereka menuju pantai dan disambut oleh para anggota keluarga dengan gembira. Pak Yus teringat pada anak-anak tetangga. Tuhan telah menjawab doanya. Semua nelayan itu mendapat rezeki. Hari itu tak ada pesta di rumah Pak Yus. Semua anak makan di rumah ibunya masing-masing. Sekali lagi di atas perahunya, Pak Yus memanjatkan doa syukur.
Pesan moral : Bersyukurlah atas apa yang kita dapatkan walau jumlahnya tidak seberapa, Dan jangan menggantungkan diri kepada sesuatu yang belum pasti.Oleh: Maydina Noor Alliza
KAMU SEDANG MEMBACA
Amarah Sang Samudra
Short StoryMengisahkan tentang seseorang yang baik hati dan tidak gampang mengeluh walau rintangan menerjangnya.