BAB 3

77 11 0
                                    

BAGAIMANA BISA kau ada di sini?" Peri menghela napas setelah berhasil menyempurnakan kalimatnya yang sempat tercekat. Bahkan setelah bertanya, dia masih belum yakin sosok pria yang berdiri di hadapannya adalah Eriol.

Sama terkejutnya dengan Peri, Eriol membutuhkan waktu untuk menjawab.

"Aku menemani rekanku. Dia ada janji bertemu dengan tunangannya untuk fitting gaun pengantin."

"Benarkah? Jangan-jangan ... " Peri langsung menduga rekan Eriol adalah tunangan Sesa yang berasal dari Taiwan.

"Bagaimana denganmu?" tanya Eriol ikut penasaran. Pandangannya menelusuri Peri dari ujung atas sampai ke bawah tanpa berkedip. "Kau di sini untuk?"

Baru saja tersadar dirinya berbalut gaun pengantin di depan Eriol, Peri tiba-tiba merasa canggung. Tangannya bergerak cepat menutup belahan dadanya, sambil berpaling. "Ehm, sama sepertimu. Aku menemani temanku yang sedang fitting gaun pengantin."

"Siapa nama temanmu?"

"Sesa Kirana. Dan tunangannya...."

"Tody Wang," sergah Eriol.

"Benar!" seru Peri.

Ada jeda sejenak sampai akhirnya mereka kompak tertawa.

Suasana menjadi semakin cair dengan kemunculan seekor kucing munchkin yang menghampiri Peri. Jenis kucing berkaki pendek itu tampak mungil dan menggemaskan.

"Icii!" panggil Peri pada si kucing berbulu cokelat itu.

Maoow~

"Ini kucing Sesa. Sepertinya dia tidak sengaja keluar dari pet carrier." Peri melihat sekeliling mencari jejak Sesa.

Interaksi akrab Peri dengan Ici mengingatkan Eriol pada bayi kucing yang pernah mereka selamatkan dulu.

"Bagaimana kabar bayi kucing itu? Kau masih merawatnya?"

Peri terdiam sejenak, lalu tersenyum pada Ici. Perasaannya menjadi lega setelah tahu Eriol mengenalinya. Sekarang tidak ada alasan bagi keduanya untuk bersikap canggung.

"Aku memberinya nama Hachi. Dia tumbuh dengan baik. Tubuhnya sangat besar dan gemuk. Ohya, aku punya beberapa fotonya. Kau ingin lihat?"

Eriol mengangguk cukup antusias. Diamatinya Peri yang mengambil ponselnya dalam tas. Lalu mereka duduk di sofa.

Peri menunjukkan foto-foto Hachi yang disimpannya dalam album khusus di ponselnya. Mereka melihat slide demi slide sambil berbalas senyum.

"Tidak salah kau memberinya nama Hachi. Sepertinya dia membawa keberuntungan padamu."

Hachi dalam bahasa Jepang bermakna sarang lebah atau angka delapan yang dilambangkan sebagai sebuah keberuntungan atau mendatangkan uang. Peri menaikan alisnya tinggi-tinggi, tak mengerti di mana korelasi Hachi dengan dirinya.

"Bukankah kau sudah menjadi model hebat sekarang?" Eriol memperjelas.

"Oh," sedikit terkejut sambil mengulas senyum, sedetik kemudian Peri terdiam. Pikirannya otomatis melayang pada perjalanan hidupnya yang penuh lika-liku.

Memiliki segudang talenta, namun karir masih di titik yang sama selama sepuluh tahun. Baru saja keluar dari agensi model karena menolak tidur dengan atasan. Tidak bisa fokus pada satu mimpi. Tidak bisa menikmati pekerjaan karena fokus mencari uang. Orang yang hanya melihatnya di atas panggung dan berjalan bak ratu dengan gaun indah nan mahal, tidak akan bisa melihat kepenatan yang dia alami. Dan saat ini, Peri tak ingin Eriol mengetahuinya.

Percakapan mereka terhenti saat pelayan butik datang mendekat.

"Permisi. Mari saya antar ke studio foto, karena tempatnya sudah siap."

White CloverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang