AZ || DUA EMPAT

36.7K 3.2K 242
                                    

Azello tengah membonceng Galaksi, mereka akan pergi ke rumah Galaksi.

Sesuai janji, karena Azello penasaran dengan kucing Galaksi.

Sampai di dalam rumah Galaksi. Seekor kucing menyambut mereka.

"Siapa namanya?"

"Kuning."

Azello berdecak, kenapa jadi dia yang tersinggung?

"Nggak ada yang lebih estetik gitu?"

Galaksi menggeleng, dia mengelus kucingnya.

Galaksi memang hanya tinggal sendirian di sebuah rumah kontrakan karena rumahnya yang sebenarnya dengan orangtuanya berada jauh dari sekolah. Untuk efisiensi waktu memang Galaksi memutuskan untuk tinggal disini yang lebih dekat. Saat libur juga Galaksi pasti menyempatkan untuk pulang.

"Mau pegang."

"Lo asma." Galaksi mencegah.

"Terus kenapa? Gue nggak selemah itu ya, lagian cuma kucing."

Akhirnya Galaksi membiarkan Azello memegang Kuning. Bukankah mereka sangat cocok, kuning dan kuning?

"Dia cowok apa cewek?"

"Jantan," jawab Galaksi.

"Bro, kita salaman dulu."

Azello mengajak Kuning bersalaman.

Meong

"Kucing pinter." Azello mengelus kepala Kuning. Kucing itu seakan menikmatinya.

"Lucu banget, gue jadi pengen." Saking gemasnya Azello sampai memeluk Kuning dengan erat.

"Jangan deket-deket."

Galaksi memisahkan mereka, dengan mendorong kepala Azello menjauh.

"Pelit."

Lalu Azello beralih memperhatikan kediaman Galaksi. Walaupun tidak besar, tapi nyaman, apalagi Galaksi orang yang menjaga kerapian.

Dia menemukan sebuah album yang ada di rak paling belakang. Dibukanya album itu, ternyata album masa kecil Galaksi.

Ia menatap Galaksi yang saat ini melihat ponsel dengan Kuning yang bersandar di sebelahnya, lalu foto itu, diulanginya lagi beberapa kali.

"Waktu kecil gemoy, kok sekarang manly banget?"

Mendadak Azello iri, apalagi teringat kotak-kotak yang ada di perut Galaksi.

Setelah ini ingatkan dia untuk pergi ke gym. Karena sebelumnya dia tidak pernah berpikiran untuk kesana, tapi sekarang dia sudah menemukan motivasi, ingin menjadi lelaki L-men.

Dibaliknya lembar demi lembar.

"Hahahaha, ini apaan Gal?"

Azello tertawa terbahak-bahak melihat foto Galaksi yang satu ini.

Galaksi yang sadar langsung meraih album foto itu. Dia bahkan tidak sadar jika Azello malah melihat album foto keramat miliknya.

"Pake celana dalem tuh dibawah, bukan di atas kepala. Ahahahahah, puas banget gue."

Yang ditertawakan mendengus lalu, menyimpan album itu di rak paling atas agar Azello tak bisa mengambilnya lagi. Bahaya jika Azello malah memfoto dan menyebarkan foto aibnya itu.

"Tapi nggak papa Gal, lo tetep ganteng kok." Azello menepuk-nepuk pundak Galaksi.

"Harusnya tadi gue foto dulu."

Setelah itu mereka memutuskan untuk mengerjkan PR bersama. Memang mereka ini terlalu rajin, lebih tepatnya Galaksi karena dia yang memaksa Azello ikut mengerjakan tugas rumah dari guru mereka sekarang. Katanya biar bisa bersantai-santai setelahnya, tidak usah memikirkan itu lagi.

          

"Hah, akhirnya selesai."

"Gue laper," lanjut Azello menyandarkan tubuhnya di sofa.

Galaksi menutup buku tulisnya, kemudian bangkit ke dapur. Azello yang penasaran mengikuti, apakah Galaksi akan membuatkannya makanan?

"Lo mau masakin gue?" tanya Azello antusias.

"Nggak."

Raut wajah Azello ikut berubah.

Galaksi hanya mengambil air, dan meminumnya. Setelah itu dia terdiam sejenak menatap Azello yang bersandar di dinding dengan bibir maju. Ia mulai menghidupkan kompor.

"Katanya nggak mau masakin gue?"

Galaksi hanya berdehem.

"Lo bisa masak?"

"Nggak."

"Bisa jangan jawab nggak terus?!"

Lama-lama kesabaran Azello yang setipis tisu ini habis.

"Hm."

Azello menggoyang-goyangkan badan Galaksi, tapi yang ada dia yang lelah sendiri. Sepertinya Galaksi ini benar-benar keturunan batu.

"Awas aja, gue bakal foto itu tadi, terus-"

"Diem."

Galaksi melempar Azello dengan serbet.

"Galak!!!" teriak Azello emosi.

"Gue lagi konsentrasi."

Azello menarik napasnya lalu menggembuskannya, mengumpulkan sisa-sisa kesabarannya.

Dia mendekati Galaksi yang sejak tadi menatap teko dan panci itu.

"Ngapain lo? Mau nakut-nakutin benda mati?"

"Mau bikin spagheti, pake yang mana?"

Boleh tidak Azello menyembur Galaksi dengan api?

"Masa lo nggak tau? Yakali lo mau rebus spaghetti pake teko?"

Baiklah, ternyata Azello tahu kelemahan Galaksi. Memang tadi sahabatnya itu tidak berbohong saat ditanya bisa masak atau tidak.

Dia walaupun juga tidak bisa masak, tapi setidaknya bisa membedakan hal remeh seperti itu.

Azello menatap langit-langit dapur.

Lalu bergumam, "Tuhan, ternyata engkau maha adil."

***

"Terus selama ini lo kalau malem, atau libur makannya gimana?" tanya Azello, mereka tengah memakan spaghetti masing-masing setelah kerusuhan tadi, dapur sudah berubah menjadi kapal pecah karena keduanya yang berjuang memasak. Hal itu karena Azello yang ngide ingin mem-platting makanan mereka bak chef terkenal.

Saat mengambil parsley yang sialnya terletak di rak paling atas. Azello terjelungup, untung saja Galaksi menariknya dengan sigap, tapi tidak dengan panci dan beberapa alat makan yang berjatuhan. Lalu menimpa wadah garam, gula dan bumbu lainnya jadilah berceceran semuanya.

"Gue katering, atau order."

"Paling bener udah lo gitu."

Azello kembali menyuap, di sampingnya sudah ada Kuning yang naik di atas meja.

Tangan Kuning menggapai-gapai piring Azello.

"Ini punya gue, lo minta babu lo." Dia menjauhkan piringnya.

Meong

"Duduk aja lo, nah bener gitu duduk diem, anteng."

"Ah, Galak! Kucing lo ngeselin!"

AZELLO [END]Where stories live. Discover now