1. Sepatu tertukar

7 0 0
                                    

Apakah kalian tau bahwa setiap manusia memiliki takdir yang tak bisa di ubah?

Tapi bagaimana kalau takdir tersebut bisa diubah?

Atau mungkin takdir yang bisa di ubah itu juga termasuk takdir?

Kisah ini bermula dari kedua gadis kecil yang berada di waktu dan tempat yang sama. Keluarga Alexander terkenal karena kekayaannya yang memiliki uang bersih terbanyak. Tidak ada yang tak mengenal perusahaan induk bernama Alexander. Yara adalah putri satu satunya keluarga Alexander, yaitu Aiyara Alexander. Malam penuh petir dan gemuruh seperti menertawai kedua gadis yang menangis itu.

Yara telah di culik selama 2 hari, 2 malam. Kedua penculik itu tak kunjung menghubungi kedua orang tuanya karena tak mengetahui identitas asli yara. Mereka hanya para penculik anak kecil untuk dijual kembali. Seorang anak kecil dengan luka di sekujur tubuhnya di seret oleh seorang lelaki paruh baya. Dian memiliki banyak luka yang bahkan belum kering, lelaki itu bahkan tak segan untuk membenturkan kepala anak perempuan itu.

"Ehh... Pak, bapak mau ngejual anak apa cuma mau ngerusak produk sih? Kami gak nerima barang rusak ya!" Ucap penculik itu, kita sebut saja bang Jo dan bang Ja.

Bang ja hanya tertawa ketika melihat dian sudah menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya. Seperti tak kenal takut, dian tetap berusaha untuk kabur. Walaupun lehernya sudah di kekang seperti anjing. Yara hanya menangis, sambil meringkuk sendirian memisahkan diri. Bang jo yang merasa terganggu langsung melemparkan sebotol bir yang telah kosong.

"Ah, berisik amat sih lu! Lama lama gue jual aja organ lo satu satu" ucap bang jo.

Yara terdiam walaupun masih terlihat sangat sesegukan. Setelah berdiskusi dan menetapkan harga akhirnya dian dibuang begitu saja seperti barang bekas. Bersama setumpukan anak yang entah hidup atau mati, banyak di antara mereka yang tertidur dan terlihat seperti mayat hidup. Dian terlihat gemetar dan sedikit menjauh dari kerumunan.

Dian terus mengigit kukunya, memikirkan cara bagaimana agar tak berakhir sama seperti bangkai bangkai di depan matanya. Entah bagaimana para penculik itu bahkan membiarkan bangkai para anak kecil itu tak terurus sama sekali. Dian tak terima hidupnya akan berakhir seperti ini, walaupun hidup ku sangat teragis... Aku tetap ingin hidup. Bagaimana dengan ibu, adikku, dan bibi? Ayah pasti akan semakin menggila, dan tak ada yang menyelamatkan mereka selain aku.

Lama lama dian pusing, dan lebih memilih mencari teman untuk kabur bersama.

"Hallo, nama mu siapa?" Tanya dian, anak kecil itu terlihat sangat tertarik dengan gaya Yara.

Yara terlihat jelas dari keluarga yang memiliki banyak uang. Bahkan model bajunya terlihat mewah, walaupun terkena lumpur dan tumpukan jerami ini. Dian terus memegangi baju yara, dan melihat pernak pernik yang yara kenakan.

"Apakah kau mau bertukar pakaian?" Tanya dian.

"Tidak mau" tanya yara.

"Hei, walaupun bajuku terlihat lebih murah dari milik mu tapi baju ku ini baru, loh. Ayah baru saja membelikan nya dari pasar!" Ucap dian berusaha merayu yara.

Gadis itu terus menolak, tapi dian terus merayu agar baju dan perhiasan raya menjadi miliknya. Dian adalah anak kecil yang materialistis. Dian pintar mencari uang sejak kecil, walaupun tak di perbolehkan untuk bersekolah dian selalu berusaha untuk belajar mandiri. Dia juga anak yang cepat belajar, serta gesit dan cepat. Pada akhirnya yara menukar bajunya dengan dian.

Dengan alasan yara ingin memakai baju yang lebih bersih dan nyaman. Yara yakin bahwa pasti ketika ia kembali ayah dan ibu Yara akan membelikan banyak baju baru. Dian yang kegirangan karena mendapatkan baju baru segera bercermin di kubangan air di dalam gudang. Sepatu merah itu juga ia kenakan, walaupun ukuran kaki yara sangat kecil dian tetap memakai nya. Bang jo dan Bang ja yang melihat dian, menertawakan gadis kecil itu.

"Dasar anak bodoh, hanya sebuah baju dapat membuatmu segembira ini?" Ucap Bang ja.

Dian sama sekali tak menghiraukan perkataan para penculik itu. Paling tidak dian merasakan sekali dalam hidupnya memakai pakaian mewah seperti anak dari keluarga kaya lainnya. Malam tiba, tiba-tiba terdengar suara gaduh terdengar dari luar. Dian terbangun, karena Yara membangunkan nya. Terdengar banyak sirine polisi yang mulai berdatangan dan cahaya cahaya yang memasuki gudang itu.

"Keluarga ku datang! Mereka pasti akan membunuh kalian para penjahat" ucap Yara.

Para penculik itu kesal, dan menampar Yara dengan keras. Tiba-tiba kerah dian di tarik, dan penculik itu baru mengetahui nama asli Yara. Nametag yang telah usang bagian patah nya terlihat samar-samar tulisan Aiyara.

"Sialan! Diakan putri keluarga Alexander" ucap bang Jo.

Anak anak yang lain terlihat ikut senang, dan para polisi mulai mendesak para penculik untuk menyerahkan diri. Dian yang pada saat itu mengetahui situasi, langsung berusaha kabur sambil menarik yara. Tubuh kecil yang tak berhasil kabur itu di hadang oleh bang jo. Sebuah korek api keluar dari saku nya, dian menggenggam erat tangan yara seperti tau apa yang akan terjadi.

"Kalau udah begini lebih baik kita mati bareng aja, ja!" Teriak bang jo.

Mereka mulai menutup seluruh jalur untuk keluar termasuk jendela dan pintu. Minyak mulai disiram kesekeliling, dan api mulai dihidupkan. Bara api menutupi mata, asap berkibar bagai kabut yang menutupi ribuan jalan. Dian memegang erat tangan yara. Gadis itu terus berlari mencari jalan keluar.

"Anak sialan! Cukuplah tak akan kau temukan jalan keluar, hahahah" ucap bang jo, yang terus mengejar kami.

Akhirnya dia menemukan satu celah kecil, selama dian dan yara bisa berlari secepat mungkin sebelum api membakar tempat itu pasti mereka akan selamat. Dian berusaha sekuat tenaga agar mereka dapat keluar dari lubang kecil itu. Tubuh yara yang kecil lolos begitu saja, tapi dian belum sempat berhasil keluar kaki nya kembali di tarik oleh penculik itu. Bang jo berusaha untuk menarik masuk Yara, dian terus menyuruh yara untuk segera berlari sejauh mungkin secepat yang ia bisa.

Dian berusaha kabur sekuat tenaga, begitu juga Yara yang terus berlari takut di tangkap oleh penculik lainnya. Yara melihat seseorang terus mengejar nya, pakaiannya sama persis seperti orang yang menjual dian sampai kemari. Dian berusaha berlari sampai kelantai dua, ternyata masih ada satu jendela yang tak tertutup rapat.

"Ayolah nak, bukan kah lebih baik mati bersamaku dari pada hidup seperti anjing jalanan" ucap bang jo.

Perkataan tadi melukai hati dian, memikirkan betapa pedihnya hari ini. Dian tau sehabis keluar dari sini dia akan dipukuli habis habisan oleh ayahnya lagi. Harus menerima seluruh luka di usia dini seperti ini dian tau, seharusnya dia mendapatkan keluarga yang lebih baik. Mungkin dengan mati disini dian tak akan merasakan luka lainnya.

Kisah Sepatu Kaca yang TertukarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang