"Pasti ada alasannya kenapa kau asal masuk tanpa buat janji." Jane tersenyum. Dia menatap pria yang berada didepannya dengan intens.
"Aku dengar kau membatalkan pertunangannya," Pria itu menggertakkan giginya karena kesal. dia benci melihat senyumannya Jane. Bukan karena bibir Jane yang tertarik keatas membentuk senyuman, ataupun karena lesung pipinya. Senyuman Jane tidak nampak di sorot mata Ambernya, hanya kilatan kelicikan yang terlihat diwajahnya.
Disela-sela momen dia menatap Jane, ingatan tentang orang tuanya yang mendesaknya untuk menikahi jane mulai terlintas dikepalanya. Ini selalu membuatnya untuk mengingat betapa dia membutuhkan pernikahan ini untuk menyelamatkan bisnis keluarga mereka.
"Kenapa?" dia bertanya.
Jane seketika menaikkan alisnya atas pertanyaannya. "Kenapa tidak?" Jane menantangnya.
"Aku berhak mendapatkan penjelasan! Keluarga kita sudah merencanakan pertunangan ini sejak lama! Kau tidak dapat membatalkannya sekarang! Ini akan menghancurkan reputasi-"
"Dan itu masalahku... karna?"
"Kau-kau memberitahu alasannya atas tindakanmu yang tidak masuk akal atau tidak-"
Kata-kata pria itu terputus ketika Jane melempar amplop didepannya. "Lihat sendiri."
Liam langsung membuka amplop itu. Matanya melebar ketika melihat berbagai macam dokumen dan foto yang sudah dicetak didalamnya. "Kau... Kau mengirim seseorang untuk memata-mataiku?"
Jane seketika tersedak atas kata-katanya. "Jangan memuji dirimu sendiri, Liam Arison. Itu adalah perjanjian bisnis." Jane berkata seraya menyodorkan amplop lain dan memberikannya kepadanya.
"Apa maksudnya? Bagaimana bisa kau meminta seseorang untuk menyelidikiku seperti ini?" Dia bertanya sebelum perlahan membuka amplop yang kedua, dia berasumsi akan menemukan banyak foto dirinya yang sedang berhubungan intim dengan kekasih masa kecilnya. Wajahnya menjadi gelap saat dia mengenali isinya.
"Akuisisi. Aku mau memperoleh properti yang kau punya di Asia. Lebih jelasnya, Aku mau perusahaan ritel yang kau punya di China, Hong Kong, and Singapura," ucap Jane, mengabaikan tatapan yang diberikan.
"Apa ini alasannya kenapa kau awalnya setuju atas pertunangannya?" Suara Liam Arison menggebu. Dia ingin melahap wanita cantik dihadapannya. Senyuman di muka Jane yang sempurna membuat amarah muncul dari dalam dirinya.
Liam mengingat bagaimana ayahnya menginginkan pertunangan ini untuk menyelamatkan anak perusahaannya di luar negri. Ayahnya berfikir bahwa dengan cara menikahi anaknya dengan Facci family yang terkemuka, dia dapat menyelamatkan bisnis yang mereka punya.
"Bukankah kau juga mengharapkan hal yang sama dariku?" Jane menyeringai melihatnya, membuat amarah dalam dirinya berkobar.
"Berani-beraninya kau! Apa kau pikir keluarga kami, Arison family adalah keluarga yang bisa kau ganggu seperti ini? Tunggu saja-"
"Tsk... Tsk... Liam. Apa kau lupa tentang foto-foto yang kuberi barusan?" Jane bertanya, menyandarkan kepalanya ditangannya dengan senyum yang sama terpampang diwajahnya. "Pikirkan bagaimana reaksi dewan direksi kau ketika mereka mengetahui bahwa Liam Arison yang hebat berselingkuh dengan tunangannya hanya untuk selebriti muda. Dengan kinerja adik tirimu sebelumnya, apakah kau berpikiran bahwa dewan direksi akan meragukanmu dan berpikiran mengganti posisi CEO mereka saat ini?"
"Kau-" Liam merasa emosinya meledak. matanya merah, dan urat-urat dikepalanya terlihat menonjol. "Kau setuju untuk menjadi tunanganku karna ini? Iya kan?" Liam merapatkan mulutnya ketika kesadaran itu menghantamnya. Dia sudah jatuh kedalam rencana Jane!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Villain's Wife
FanfictionSeperti hampir semua novel romansa, cerita kehidupan Jane berawal dengan ibu tiri yang kejam, saudara tiri yang licik, dan mantan tunangan yang bodoh. Pada usia awal 20an, dia menjadi mangsa dari kelicikan keluarganya dan menjadi bahan tertawaan di...