"OISH, SIAL!"
Ginger mengepalkan tangan. Secepat itu mereka berpisah dari teman-temannya. Meski sebelumnya mereka sudah diberi tahu perihal isi dari Selubung Kutukan, tetap saja keduanya terkejut. Akhirnya, mau tidak mau, dia dan Bella harus melanjutkan perjalanan, hanya berdua.
Udara dingin merasuk ke pori-pori kulit. Kabut merah muda makin tebal saja, membuat jarak pandang menjadi samar. Ginger menyebarkan tatapan ke seluruh arah. Sudah beberapa jam mereka berjalan, tetapi belum juga menemui sesuatu di sana. Dia berharap segera menemukan Loventor, membunuh, mendapatkan jantung Avellana, lalu pulang. Agak lain, tetapi seperti itulah yang dipikirkan Ginger sekarang.
Sementara itu, Bella tampak mengusap kedua lengannya yang bersilang. Sebuah jubah bermotif kupu-kupu Milkweed menangkup di kedua pundaknya. Gadis itu menoleh. "Nanti kamu kedinginan juga," ucapnya.
Ginger enggan menimpali. Dia justru menarik pinggang Bella agar berada lebih dekat ke sisinya. Gadis itu tidak banyak bicara karena dia pendiam. Berbeda dengan siswi lain yang turut serta dalam misi. Kadang, Ginger masih saja penasaran dengan pacarnya ini. Kenapa gadis secantik Bella bisa-bisanya menyukai dirinya yang gendut?
Tiba-tiba saja Ginger berhenti. Seringnya dia berjalan-jalan di hutan bersama Bubu membuat instingnya menajam. Telinganya mendengar suara aneh meski dia tidak bisa melihat objeknya.
Sebuah kilat menyambar dan serta-merta membuat Ginger mengibaskan jubah ke arah datangnya serangan. Bella tersentak, tetapi dia bisa dengan mudah beradaptasi. Tangannya bersiap menarik pedang.
"Apa itu dia?" bisiknya pada pemuda yang berdiri di depannya itu.
Selubung Kutukan hanya berisi delusi. Selain itu, yang nyata hanyalah Loventor. Namun, mengingat bagaimana materi perbekalan yang mereka dapatkan sebelum misi, Loventor bisa saja berubah bentuk atau bahkan mengubah suasana di dalam selubung.
Netra biru Bella terbelalak. Dengan cepat dia menangkis kilat yang menyambar ke arah mereka menggunakan Atropa Sword miliknya. Pedang dengan pangkal berbentuk mahkota belladona itu menyebarkan helai-helai kecil mahkota bunganya ketika berhasil mengenai sasaran.
"Awas!" seru Ginger seraya mengibaskan jubah. Kilat itu memantul kembali ke arah si penyerang sampai menimbulkan kabut asap. Sesuatu terlihat ketika gumpalan merah muda perlahan menghilang.
"Apa itu?" tanya Bella.
Awalnya, Ginger senang ketika harapannya untuk bertemu dengan Loventor menjadi nyata. Namun, ketika kabut benar-benar menghilang, asanya lenyap dalam sekejap. Gerombolan makhluk hitam bertanduk berlari cepat ke arah mereka. Bentuknya kecil, tetapi dengan rupa semengerikan itu, memangnya siapa yang mau berhadapan dengan mereka?
"Lari!" pekik Ginger seraya menarik lengan Bella dan berlari menjauh.
Namun, kilat merah muda terus menyambar dari segala arah dan tentu saja penyebabnya adalah makhluk-makhluk tadi. Ginger berdecih, dia paling malas bertarung. Jadi, kalau ada kesempatan untuk kabur, ya lebih baik dia kabur saja.
"Makhluk apa itu?" Bella masih bertanya di sela larinya. Sesekali dia melihat ke belakang. Suara-suara aneh makhluk hitam bertanduk itu terdengar makin dekat.
"Minidjinn, kan? Haaah, bentuknya aneh sekali!" jawab Ginger setengah tersengal. Tubuhnya benar-benar tidak didesain untuk lari dan dia bukan atlet. "Kalau hitam begitu, anggap saja mereka Dark Minidjinn. Tapi, kenapa harus mereka, sih?"
Bella mendengkus. "Dasar rasis!" celanya.
"Oish, bukannya rasis, tapi memang mereka warnanya hitam. Hitam, Bel!"
KAMU SEDANG MEMBACA
When The Flower was Gone
Fantasy[UPDATE SENIN DAN RABU] #LovetaleSeries Ginger Milkweed dan Bella Adeleide diutus oleh pihak Lovetale Academy memasuki Selubung Kutukan untuk mencari kepingan jantung Avelana. Segala rintangan harus dilewati oleh mereka demi membuktikan cinta sejati...