365 Days (1)

5K 130 15
                                    

Notes: Bakal aku update kalau komennya udah tembus 25 dan votesnya lebih dari 50. Thank you!


****


"Kembar tiga?!"

Renjun mengangguk semangat. Omega itu lantas membiarkan Jeno mengelus perutnya yang mulai membuncit. Pemeriksaan dokter siang tadi tampaknya menjadi sesuatu yang begitu dinanti sang suami yang kebetulan tidak bisa menemani. Dan berita kembar tiga ini jelas membuat Jeno senang sekali.

"Sekarang aku mengerti kenapa perutku sudah membesar padahal belum masuk dua bulan." Ujar Renjun, sembari menggendong Chenle yang sejak tadi berceloteh ribut sembari merangkak ke sana ke mari. Ibu hamil itu mengecup gemas pipi tembam Chenle yang membuat pemiliknya cekikikan senang.

"Wah! Coba lihat siapa yang akan punya tiga adik!"

Jeno ikut tersenyum sumringah. Alfa dengan kemeja kerja yang masih membaluti tubuh tinggi dan tegapnya itu lantas ikut mengecup gemas Chenle yang semakin semangat berceloteh saat diajak bicara oleh sang ibu. Kelahiran Chenle satu setengah tahun yang silam sudah menjadi kebahagiaan terbesar baginya sekaligus menjadi pelengkap keluarga kecil mereka. Jeno tidak menyangka bahwa mereka akan secepat ini untuk kembali diberkati oleh anak-anak yang lainnya.

"Kamu harus mengurangi jam kerjamu kalau begitu?" Tanya Jeno sembari mengikuti Renjun ke dapur. Istrinya itu sudah menyiapkan sajian makan malam yang menggugah selera dan membuatnya meneguk saliva.

"Tidak perlu, aku sudah diberi obat penguat kandungan oleh Dokter Choi."

Renjun bekerja sebagai News Anchor. Ia baru kembali bekerja selama enam bulan setelah cuti melahirkan. Waktu hamil Chenle kemarin, ia tetap bekerja meski di usia kehamilan delapan bulan.

"Toh mungkin aku akan melahirkan lebih cepat? Kehamilan kembar biasanya tidak sampai tiga puluh delapan minggu."

Jeno mengangguk menyetujui. Pria itu mulai menikmati makan malamnya sembari sesekali mengajak bicara Chenle yang sedang bersemangat mengeluarkan banyak kata-kata random dari mulutnya. Bayi lucu itu memang memiliki pembawaan ceria meski cerewet dan aktif luar biasa. Chenle seolah mengerti bahwa ia harus menjadi kakak yang menyenangkan untuk adik-adiknya nanti.

Di empat bulan pertama kehamilannya Renjun tidak mengalami banyak keluhan. Mual-mual di pagi harinya hanya bertahan sampai usia kehamilan tiga bulan. Nafsu makannya bagus sekali dan berat badannya melonjak sebanyak lima kilogram. Omega itu menjadi sering mendapatkan pujian sang alfa yang setiap hari tak henti-henti memujinya dengan tatapan mata kagum yang murni—tanpa intensi terselubung yang biasa pria itu tunjukkan jika sedang horny.

"Kamu akan menjadi News Anchor paling sexy tahun ini." Komentar Jeno waktu melihat istrinya sudah siap dengan setelan kerjanya. Sebuah blus ketat mencetak jelas lekuk tubuh dan perut hamil yang sudah tampak membulat sempurna layaknya orang hamil tujuh bulan. Renjun yang mendengar itu hanya terkekeh lantas mengecup dahi suaminya yang membuat Jeno sontak nyengir seperti anak kecil.

"Aku suka pujian itu."

"Dan aku suka kecupan itu."

Keduanya kompak tertawa dan meninggalkan kamar dengan perasaan gembira. Di kehamilan kedua ini Renjun merasa bahwa moodnya selalu baik, dan itu berkontribus positif juga terhadap hubungannya dengan Jeno. Alfanya itu begitu sabar dan pengertian, meski juga manja dan sedikit kekanakan. Renjun ingat bahwa waktu hamil Chenle kemarin, ia nyaris selalu diliputi perasaan kesal selama hampir sembilan bulan kepada suami tampannya itu.

"Mama kerja dulu nanti jemput Lele jam dua belas, oke?"

Hal pertama yang selalu Renjun lakukan saat sampai di gedung liputan adalah menitipkan Chenle ke play-ground yang memang sudah menjadi salah satu fasilitas bagi staff maupun anchor di stasiun televisi swasta ini. Di usianya yang belum beranjak dua tahun, putra sulungnya itu sudah pintar dan bisa dititipkan kepada orang lain sementara Mama dan Papanya bekerja. Meski penghasilan Jeno sebagai salah satu wakil direktur di sebuah perusahaan manufaktur bernilai sangat fantastis dan lebih dari cukup, namun Renjun memilih untuk tetap mengurus Chenle dengan tangannya sendiri—dengan seada-adanya waktu ia miliki sebagai ibu rumah tangga sekaligus pekerja. Toh setelah melahirkan si kembar tiga, Renjun berencana untuk resign sepenuhnya dan fokus pada keempat bayi-bayi menggemaskannya.

MPREG NORENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang