⋆ › start ﹗
“Kau datang?” Haruto bertanya ketika melihat laki-laki manis itu berada di rumahnya.
Doyoung--laki-laki manis yang dijodohkan oleh ibunya--tersenyum. “Tentu, Haruka sedang sakit. Aku harus merawatnya,” balas Doyoung.
“Aku sudah sering mengingatkan mu bahwa jangan datang ke rumahku lagi.”
Peringatan itu seakan berlalu begitu saja, Doyoung tanpa memedulikan apa yang diucapkan oleh Haruto kembali melanjutkan acara memasaknya di dapur.
“Kak Doyoung!” seru Haruka melihat Doyoung berada di rumahnya.
Haruto tau bahwa Haruka menyukai Doyoung, juga beberapa kali anaknya itu meminta untuk segera menikah dengan Doyoung agar ia memiliki seorang ibu. Hanya saja, Haruto tidak dapat melakukannya.
Doyoung menghentikan kegiatannya sebentar, berbalik badan untuk menyambut Haruka yang berlari memeluknya. Kemudian, ia mencium pelipis Haruka dengan sayang.
“Haruka sudah lebih baik?” Doyoung tersenyum, tangannya menyentuh dahi Haruka untuk memeriksa suhu.
“Aku jauh lebih baik karena ada Kakak,” balas Haruka tersenyum manis.
Haruka melepaskan pelukan mereka, kemudian mencuri satu kecupan di pipi Doyoung sebelum berlalu ke meja makan. “Duduklah,” suruh Doyoung kepada Haruto yang hanya menyaksikan semua itu.
“Maaf, aku harus segera ke kantor.” Haruto buru-buru kembali ke kamar, tidak sadar akan raut wajah kecewa Haruka yang terlihat jelas. Beberapa menit kemudian, Haruto berjalan tegak hanya untuk berpamitan dengan Haruka dan kemudian menuju kantornya.
Doyoung menaruh masakannya di meja makan, merapikannya sebentar dan segera menaruh nasi dan beberapa lauk di piring Haruka. Haruka tersenyum dengan masakan yang Doyoung sajikan.
“Kakak akan mengantarku ke sekolah?” tanya Haruka penasaran, sangat ingin Doyoung mengantarnya bersamaan dengan Yoshi.
Tetapi melihat dari raut wajah Doyoung yang terlihat sedih, membuat Haruka menunduk dan menatap makanannya tidak minat. “Haruka tidak akan ke sekolah, lagi pula Haruka masih sakit. Tapi kakak tidak bisa menemani Haruka di rumah, jadi tadi Paman Yoshi minta ke Kakak untuk mengantarmu ke Daycare. Tidak masalah, kan?”
Helaan napas berat terdengar, Haruka mengangguk singkat sebelum mencoba memakan makanannya. Setelah selesai dengan makanan yang susah payah dirinya telan, Haruka memutuskan untuk mandi dan bersiap-siap ke Daycare.
Sesampainya di Daycare, Haruka dengan berat hati berpamitan dengan Doyoung.
“Sepertinya Haruka benar-benar menyayangimu, ya.” Yoshi berujar karena melihat permohonan dari mata Haruka yang ingin tidak berada di Daycare.
Doyoung mengedikkan bahunya, “aku rasa begitu.” Doyoung melambaikan tangannya pada Haruka, “tapi aku benar-benar berharap bahwa dia tidak menyayangiku sebagai Ibunya. Aku tidak akan punya muka saat bertemu Asahi nanti.”
【 Till My Hearteches End 】
Kelompok kecil terlihat berkumpul di ruang bermain. Haruka, Juhoon, Sakura. Mereka sedang bercakap-cakap yang kalau ada orang dewasa berada di sekitarnya, mereka akan berhenti berbicara. Seakan-akan percakapan mereka adalah pembicaraan orang dewasa yang hanya anak kecil saja yang boleh tahu.
Minji terlihat memasuki ruangan, dan mereka buru-buru mengambil mainan terdekat untuk dimainkan.
“Haruka, kamu sedang sakit. Tidak seharusnya bermain di sini, lebih baik kamu istirahat.”
Haruka memutar bola matanya malas, “Kak Minji! Aku sudah beristirahat seharian penuh kemarin. Aku bosan.”
“Ayolah, Ayahmu meminta agar kami membiarkanmu istirahat.”
“Tapi aku tidak ingin istirahat, untuk apa dibiarkan?” balasnya dengan nada tajam.
Juhoon mengatup bibirnya, terlihat sedang berpikir. “Haruka, kalau semisal nih ya. Semisal. Kamu pernah tidak pernah ingin lepas dari Kak Asahi, bagaimana?”
Pertanyaan yang diambil oleh Juhoon membuat Minji melebarkan matanya. Menatap ke arah Juhoon yang terlihat tidak peduli oleh peringatan dirinya. Pasalnya Asahi baru saja masuk ke dalam ruang bermain untuk menemani Rina--anak perempuan lain yang baru berumur tiga tahun--bermain.
Juhoon melirik Asahi yang membeku di tempatnya berdiri, sebelum akhirnya dengan langkahnya yang patah-patah melanjutkan.
Haruka membalas pertanyaan Juhoon dengan tatapan tajamnya, “aku rasa tidak akan pernah ada hari di mana aku tidak mau terlepas darinya.”
“Oh ya--” ucapannya terpotong akibat Rina menangis, membuat Asahi buru-buru menggendongnya dan pergi dari sana.
Juhoon menggeram kecil, ia berlalu pergi karena Asahi sudah tidak ada di tempatnya. Ia hanya merasa kalau-kalau Haruka lupa--yang ternyata benar-benar lupa--dirinya harus mengingatkan.
Juhoon ingat bagaimana Asahi dipanggil hanya karena kemarin Haruka sakit dan tidak henti-hentinya memanggil nama Asahi. Membuat obrolannya dengan Asahi dan Sakura harus terhenti.
Di ruang bermain, Haruka mau tidak mau mengikuti saran Minji untuk membawanya ke kamar untuk beristirahat. Di perjalanannya menuju kamarnya, Haruka melihat Asahi yang sedang menggendong Rina sambil menyanyikan sesuatu di kamar khusus balita. Hal itu membuat sesuatu di dadanya terasa sesak.
“Kak Minji,” panggil Haruka ketika Minji sudah ingin berbalik untuk melihat yang lainnya.
“Tidak bisakah kamu menemaniku dan bernyanyi untukku?” suaranya sedikit bergetar ketika menanyakan hal itu, pikirannya tidak bisa lepas dari dirinya yang melihat Asahi menyanyikan sesuatu untuk Rina.
Minji terlihat berpikir sebentar, ia kemudian berjongkok di samping kasur Haruka dan mengelus rambutnya pelan. “Kakak minta maaf, tapi Kakak harus kembali...”
“Baiklah,” balasannya sedih, membalikkan badannya ke arah dinding.
【 Till My Hearteches End 】
Haruto terlihat tidak sehat di tempatnya duduk, Yoshi sering kali memergoki dirinya yang bengong dan pandangannya yang kosong.
“Kau sakit?” tanya Yoshi khawatir. “Kalau kau sakit segeralah istirahat atau ke rumah sakit.”
“Haruto,” pada akhirnya Yoshi menyentuh bahu Haruto yang membuat sang empu terkejut.
“Apa?” wajah bingungnya tidak lepas dari pandangan Yoshi.
Yoshi menghembuskan napasnya pelan, merasa khawatir akan kondisi Haruto.
“Kamu kenapa sih?”
“Tidak kenapa-napa,” balas Haruto enggan. Melanjutkan memeriksa dokumen yang harus ia tandatangani.
“Yoshi,” panggil Haruto ketika Yoshi sudah ingin keluar dari ruangannya. Yoshi menaikkan alisnya menyuruh Haruto melanjutkan perkataannya.
“Menurutmu, apakah Asahi ingin aku memperjuangkan kembali setelah semua ini?” tanyanya putus asa.
Yoshi, yang tidak sangka-sangka akan ditanyakan topik yang paling dihindari oleh Haruto sendiri kaget bukan main.
Yoshi berdehem sekali akibat tiba-tiba merasa canggung, “pertanyaanmu seakan-akan bertemu dengannya.”
Kemudian, Haruto yang tidak kunjung menjawab perkataannya menjadi jawaban akan hal itu. Membuat Yoshi dengan jantungnya yang berdetak kencang mendekati Haruto yang memegang pundaknya.
“Kau sedang tidak bercanda? Ya benar saja? Setelah hampir 6 tahun.”
“Aku rasa dia tidak mengenaliku, apa terjadi sesuatu padanya beberapa tahun terakhir?” Haruto menemukan dirinya khawatir akan hal tersebut.
“Kau harus memperjuangkannya kembali.”
⋆ › tbc ﹗
Note: makasiii banget buat kalian yang udah nungguin buku iniii. aku juga makasii sama semangat yang kalian kasih ke akuuu!!! ♡♡♡
liburan udah tinggal hitungan jari, semoga kalian ngga sabar untuk menyambut hari itu *kalaupun aku sendiri sabar bangetttt buat liburan ini dan tidak menyambut hari masuk :)