.
.
.
.“Assalammualaikum wahai penghuni alam maut!”
“Wallaikumsalam ya ahli kubur.”
“Tega lo Ver.” Bara mendelik saat salamnya di balas dengan kalimat yang menurutnya sangat ngeri, jangan lupakan dengan bingkisan orreo yang selalu di tangannya.
Ptak!
“Lo juga salah goblog ngucapin salamnya,” ucap Gara menoyor gemas kepala sang kembaran.
“Heh sopan lu Ga gw kaka lo.” Bara menatap tajam pria yang berwajah mirip seperti dirinya itu.
“Beda empat menit doang,” balas Gara santai.
Pria dingin nan tinggi itu berjalan menghampiri dua gadis yang ateng berbaring di sofa besar berwarna hitam.
“Azza mana?” tanya Faris yang sedari tadi mencari keberadaan gadis berharganya.
“Tidur,” jawab Vera.
“Minggir dikit,” titah Bara pada Gara. Gara hanya diam dan menggeser sedikit tubuhnya.
“Ada masalah?” tanya Faris. Ia duduk di sebelah Bara diikuti Gino.
“Entah, tadi pas gue sama Gina kesini dia cuman diem ampe ketiduran,” jawab Vera.
“Eh para beban babang tamfan udah datang.” Gavin menyapa empat pria itu, lalu menyambut mereka dengan tos ala mereka.
“Enak aja beban, cowok setampan dan sekeren kita dibilang beban,” ucap Bara setelah membalas tos dari Gavin.
“Canda elah baperan banget sih,” kekeh Gavin.
“Gimana kabar lu bang?” tanya Faris.
“Baik,” jawab Gavin.
“Kantor?” tanya Faris lagi.
“Arga yang handle,” jawab Gavin lagi.
“Arga? Argantara Pramudi?” tanya Faris sedikit shock, bukan cuma Faris mereka yang lain pun begitu.
“Biasa aja mukanya,” ujar Gavin menatap para remaja yang masih shock itu, aaa kita melupakan Gina, terkecuali gadis tomboy itu yang senantiasa memejamkan matanya, mungkin ia sekarang sudah nyenyak dan bahkan tidak menyadari jika Faris dkk sudah datang.
“Kok abang gak ngasih tau kita kalau bang Arga udah balik,” ucap Vera menggoyang-goyangkan lengan Gavin.
“Sakit Vera,” tutur Gavin. Gadis itu langsung diam dan mengerucutkan b1birnya.
“Jadi bang Arga udah balik dari Australia,” ucap Faris.
“Iya,” balas Gavin.
“Sejak kapan?” Tanya Gara, tanpa sadar ia mencomot orreo milik sang kaka.
Tak!
“Ngambil gak izin-izin lo,” ketus Bara menyentak tangan Gara.
“Dua minggu lalu,” jawab Gavin menatap Bara dan Gara bergantian.
“Ohh.” Gara mengangguk paham.
“Ekhmm, dari tadi duduk aja nih, gak di buatin minum,” ucap Bara yang mengkode ingin dibuatkan minum.
“Ngerepotin aja lo,” sinis Gavin hanya bergurau dengan Bara.
Ia suka membuat ke empat remaja ini kesal dan pasti mereka akan menunjukkan ekspresi kesal mereka. Gavin memang tipikal orang yang suka bercanda, tapi hanya untuk orang-orang terdekatnya saja.
“Minuman aja kok pelit,” balas Bara ikut sinis pada Gavin.
Pria itu terkekeh. “Mau bilang nyesel, tapi udah terlanjur gue nampung manusia-manusia yang suka ngerepotin kaya kalian,” ujar Gavin berlalu ingin membuatkan minum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ara or Azza[on going]
Teen Fiction"gue?ya gue bakalan balas dendam atas kematian azza!!" "Balikin azza gue!!" "Azza lo udah mati seharusnya lo sadar" bingung? gimana sama kelanjutannya? yuk simak baik sebelum di baca mohon ikuti akun ini hhe🙏' buat yang numpang baca tapi ga nge vot...