H.I.S.6.0

5.4K 630 62
                                    

"Soal Sharon..." Jordan memelankan suaranya.

Tatapan laki-laki itu menerawang pada kejadian kemarin yang membuat Sharon sampai sekarang belum sadarkan diri, melihat Sharon yang tak berdaya karena Wiseman brother membuat hatinya teriris.

Lalu, hal yang membuatnya marah adalah saat ia di beri tahu Alpha mengenai bekas luka yang ada di tubuh Sharon. Betapa tidak becusnya dia dalam melindungi keponakannya.

Semua orang yang ada di sana menatap Jordan yang termenung, menunggu kalimat yang keluar dari mulut laki-laki itu, entah mengapa tiba-tiba Jordan menyebut nama Sharon.

"Yakin kita tidak memberi tahunya?." Tanya Jordan pada Alpha.

Ia hanya ingin memastikan, walau bagaimanapun juga Sharon begitu menyayangi Yura, terbukti dari bekas luka yang ada di tubuhnya.

"Ini yang terbaik untuknya." Alpha menjawab dengan sungguh-sungguh.

Jordan merenungkan kembali, memang ini jalan yang terbaik untuk kondisi Sharon.





....



Di tempat Yura saat ini perempuan itu tengah termenung dengan memegang perutnya.

Di kepalanya masih memikirkan apa tindakan yang ia ambil sudah tepat?.

Di kamar yang luas ini hanya ada kesunyian yang menemani perempuan itu.

"Apa kak Sharon baik-baik aja ya?." Tanya Yura entah pada siapa.

"Pasti baik, kan ada Om Jordan." Entah kenapa ada sedikit nada tak suka yang Yura ucapkan.

Mengingat jika Sharon masih memiliki Jordan, serta Sharon yang selama ini hanya memanfaatkannya. Hal itu membuat Yura menjadi kesal terhadap Sharon.

Cklek

"Selamat pagi putri Mama!." Haliza datang dengan membawa nampan berisi sarapan untuk Yura.

Wanita itu menyapa Yura dengan senyum penuh makna, sedangkan Yura menyambut Haliza dengan senyuman canggung.

"Bagaimana tidur mu?." Tanya Haliza, dia mengelus rambut Yura.

Mencoba membuat Yura nyaman dengan kehadirannya.

"Baik Tante." Yura menjawab dengan gugup.

"No no no, panggil Mama bukan Tante! Kamu anak Mama juga sayang."

Yura menatap Haliza dengan mata yang berkaca-kaca, ia merasa terharu.

"Iya Ma."

Dalam hati Haliza tersenyum penuh kemenangan karena Yura sangat naif dan mudah di bohongi, pantas saja suaminya dengan mudah membawa Yura, hanya dengan sedikit perhatian Yura bisa luluh.

"Nah sarapan dulu ya, oh iya kamu tadi ngapain? Jam segini udah bangun aja." Haliza duduk di sebelah Yura, di pangkuannya sudah ada sarapan untuk Yura.

Yura menunduk mendengar pertanyaan dari Haliza, haruskah ia jujur jika sedang memikirkan Sharon.

"Kepikiran kakak kamu?." Tanya Haliza dengan alis memicing.

Yura masih menunduk, ia menganggukkan kepalanya.

Sontak saja Haliza tersenyum miring, dalam hati ia berseru senang. Saatnya untuk menjalankan rencana selanjutnya.

"Dia pasti baik-baik aja, kan ada pamannya? Lagi pula kenapa kamu harus mikirin dia yang gak mikirin kamu?." Haliza menyentuh bahu Yura.

Yura menunduk sedih mendengar ucapan Haliza, perasaannya campur aduk antara sedih dan marah.

"Tapi kakak yang baik sama Yura." Cicit Yura.

He is She [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang