•happy reading•
.
.Kanza diam terpaku duduk di sebelah Leano yang sedang menggenggam tangan penghulu.
"Sudah siap?" tanya penghulu membuyarkan lamunan Kanza.
"Si-siap pak."
"Saudara Leano Fahid Bramasta, saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan saudari Kanza Athalla binti Ardi Cahyono dengan mas kawin 100.000 dinar dan seperangkat alat sholat di bayar tunai."
Para tamu di buat tercengang, apa? 100.000 dinar? Itu setara dengan 5M bukan? Benar benar keluarga Bramasta.
Laeno menarik nafas panjang,
"Saya terima nikah dan kawinnya Kanza Athalla binti Ardi Cahyono dengan mas kawin tersebut di bayar tuna!" ucap lantang Leano."Sah para saksi?"
"Sah!" sahut para tamu yang menghadiri akad.
Kanza speachless, apakah benar di sampingnya itu adalah Leano? Kenapa terlihat berbeda? Entahlah hanya Kanza yang tau apa yang dia rasa saat ini.
Bulir bulir air mata berjatuhan di pipi Kanza, ia masih belum menyangka bahwa dirinya telah menikah dengan pria yang tidak di inginkan wanita manapun.
Kanza menyalimi tangan Leano dan dipakaikan cincin olehnya dan sebaliknya pun begitu, menandakan bahwa dia dan pria di depannya itu telah sah di mata Tuhan dan hukum sebagai sepasang suami istri.
Tamu terus berdatangan, hotel yang mereka tempati sudah hampir penuh oleh pengusaha, reporter, dan keluarga dari pihak pria.
Di ambang pintu terlihat dua orang pria yang keliatannya seumuran dengan Leano, memakai jas senada. Mereka berdua berjalan mendekat ke arah pelaminan tempan Kanza dan Leano duduk dan berdiri menyapa tamu.
"Selamat ya No." Salah satu dari mereka menyapa.
"Iya Saka, terimakasih ya." Senyum polos Leano kembali terbit.
"Ciee udah nikah nih Ano." Sahut Bima, yang juga menyapa disamping Saka.
"Kenalin, gua Saka dan di samping gua–"
"Bima." Cerocos Bima meyapa Kanza.
"Saya Kanza." Ucapnya menatap Bima dan Saka bergantian.
Kemudian Saka dan Bima turun dari pelaminan menyapa Arya yang sedang berbincang dengan beberapa tamu disana.
"Itu temen Ano ya?" bisik Kanza pada Leano.
"Ee... Iya." Leano memegang dagunya dengan telunjuk terlihat berpikir sejenak mendengar perkataan Kanza.
Kanza hanya mengangguk, dia tidak ingin bertanya lebih pada Leano.
"Papa Saka sama papa Bima itu bestie sama kakek, Zaza." Ujar Leano mendekatkan dua telunjuknya menggambarkan sebuah kedekatan.
Kanza terkekeh kecil, apa katanya? Bestie? Dari mana pria itu belajar perkataan seperti itu? Apakah dari tik tok? Sepertinya iya.
Dari arah pintu masuk hotel terlihat pria dengan setelan jas senada dengan celana dan sepatunya, dia berjalan dan sampai tepat di hadapan Leano. Mata para tamu memandang ke arah dua pria yang saling berhadapan itu.
"Eh itu sepupu nya kan?"
"Liat, beda banget sama sepupunya."
"Miris banget dia harus nikah sama orang sakit jiwa."
"Itu tuan muda Rega kan?"
Kini suara para tamu membicarakan mereka, Kanza hanya bisa menunduk sedangkan Leano sudah berhadapan dengan sepupunya sendiri, Rega Keano Bramasta.
"Halo Rega!" seru Leano menyapa Rega yang tengah menatapnya sinis.
"Cih ga usah lo sapa gua, jijik." Tatap Rega jijik pada Leano.
"Maksud kamu apa ya bilang gitu ke suami saya?" Kanza tak terima dengan perkataan Rega kini berada di depan Leano sebagai tameng.
"Lo belain si gila ini? Oh iya kan lo nikah sama dia karena demi uang aja kan? Hahaha!" Hardik Rega sambil tersenyum remeh pada Kanza.
"Saya belain dia karena dia suami saya, apa masalahnya sama kamu? Dan saya juga ga pernah berpikiran sama sekali kok buat rebut harta keluarga kalian, saya ikhlas menikah dengan Leano."
Deg
Arya terdiam mendengar perkataan Kanza dari jauh'saya ikhlas menikah dengan Leano' perkataan itu berhasil membuat senyum terbit di bibir Arya walau hanya senyuman tipis.
"L-lo.." Kini Rega gelagapan tak tau ingin berkata apa lagi pada gadis di depannya.
"Satu lagi, jangan pernah kamu sebut suami saya dengan sebutan gila karena saya ga akan tinggal diam dan saya juga ga takut sama kamu." Tunjuk Kanza tepat didepan mata Rega.
Para tamu terdiam karena pertengkaran antara Kanza dan Rega yang begitu menegangkan.
"Ada apa ini!" Seru Arya dari arah samping.
"Kalian berdua ke kamar untuk istirahat, Tian akan mengantar kalian." ucap Arya pada Kanza dan di angguki oleh gadis itu kemudian berlalu sambil menarik tangan Leano pergi dari Aula hotel tempat mereka mengadakan pesta.
Tinggal ada Arya dan Rega di atas pelaminan, tanpa ba bi bu lagi Regan pergi meninggalkan tempat itu dengan perasaan malu dan geram.
"Liat aja lo nanti, Kanza!"
• • •
Di dalam sebuah kamar VVIP tersebut sudah ada Leano dan Kanza duduk di tepi kasur, tak ada dari mereka yang membuka suara setelah kejadian tadi hingga di kamar pun begitu.
"Z-zaza, Ano gila ya . .?" sahut Leano pelan.
"Sstttt Ano ga boleh ngomong gitu," telunjuk nya terangkat di depan bibir Leano.
"Ano itu anak baik, kalo ada yang ngomong gitu berarti dia yang gila bukan Ano."
"Gitu ya Zaza." Tatapan pria itu sendu menatap lantai.
"Udah, sekarang Ano mandi terus habis itu ganti baju ya. Ano bawa baju kan kesini?" tanya Kanza mendapat anggukan oleh pria di depannya.
"Yaudah sekarang Ano mandi gih."
"Kalo Zaza?"
"Kalo udah Ano, baru deh Zaza mandi." Ucap Kanza dengan senyuman di bibirnya.
"Siap Zaza!" Seru Leano semangat dengan tangan hormatnya.
Kanza hanya terkekeh pelan melihat tingkah pria dewasa yang menyandang status sebagai suaminya itu layaknya anak kecil yang disuruh mandi oleh ibunya.
"Gemesin banget." Gumam nya.
Beberapa jam kemudian setelah acara mandi dan bersih bersih Leano dan Kanza, kini mereka sudah duduk di atas kasur. Tampak wajah Kanza sedikit memerah, apakah dia akan tidur sekasur dengan seorang pria?
"Astaga lo mikir apa sih Za, dia ga bakal buat apa-apa. Toh dia juga ga tau soal apa itu nikah." Batin Kanza menatap Leano yang sedang bermain dengan Hp nya sejak tadi sambil berbaring di atas sofa entah apa pria bocah itu lakukan disana.
"Ano, udah larut banget ini sekarang harus tidur."
Leano hanya menoleh kemudian kembali sibuk dengan gadget nya itu, "bentar lagi ini cacing Ano udah di urutan nomor dua, Zaza."
Cacing? Pria itu bermain game cacing? Ada ada saja. Jika pria seusianya berkutat dengan laptop dan berkas di atas meja kerja, pria di depan Kanza berkutat serius dengan hp dan game cacing nya.
"Yaudah, kalo gitu Zaza tidur duluan ya Ano." Sahut Kanza.
"Iya Zaza, Zaza bobo aja duluan."
Hanya menghitung beberapa saat, Kanza sudah terlelap di dalam tidurnya.
Pria yang tadinya selonjoran di atas sofa bangun dan berjalan ke arah kasur, menyimpan hp nya di atas nakas dan duduk di tepi kasur menatap teduh wajah yang sudah berada di alam mimpi. Tangannya terangkat mengusap pelan wajah gadis itu, menyingkirkan anak rambut yang menghalangi wajah yang menurutnya cantik.
'Saya ikhlas menikah dengan Leano.'
Senyuman nya terbit saat mengingat perkataan gadis itu, ia mendekatkan wajah nya pada gadis di hadapannya dan sekilas mencium kening istrinya.
"Good night, Zaza."
-Tbc-
gimana menurut kalian?
jangan lupa vote nyaa hehehe🙌
biar semangat atuhhh up nya ....oh iya? ada ga yang mau di sampaiin untuk karakter kita ? komen yaa
oh iya klo ada typo tandain ya😁