Benang Takdir

594 57 3
                                    

Tak semua di dunia ini selalu berisi tentang hal-hal yang baik. Pasti akan selalu ada hal-hal buruk yang memburu di kehidupan kita.

Tapi di antara keduanya juga akan ada hal yang tak diduga, yang diam-diam menyelinap masuk di kehidupan kita. Tamu tak diundang itu, ialah keajaiban yang menoreh garis pada takdir kita.

Pertemuan-pertemuan kecil, curian tatapan mata, dan lima detik rasa penasaran. Semua hal sepele yang rupanya dapat membawa dampak besar di kehidupan nyata.

Siapa tahu, hari ini akan menjadi awal mula lahirnya kita di masa depan nanti. Mungkin di hari ini juga Tuhan sudah mulai diam-diam menusukkan benang takdirnya di antara kita, yang diikat menjadi satu dan disimpul mati untuk selamanya.

_________


Tiga tahun sebelumnya...

Anak perempuan pertama, keluarga menengah ke bawah dan sandwich generation. Sepertinya ini akan menjadi narasi paling banyak yang dialami oleh seluruh anak Indonesia, bahkan seluruh dunia juga.

Mungkinkah di saat seperti ini harus banyak bersyukur karena masih diberi kehidupan yang layak, dibandingkan orang-orang yang kurang beruntung lainnya? Tapi apakah salah jika ingin mengeluh akan kehidupan yang sedang ataupun akan terus berjalan seperti ini?

Kemana tempat sandaran kami sekarang?

Helena masih tak berhenti menangis sejak tiga puluh menit yang lalu. Saat itu ia sedang bekerja jadwal malam di salah satu minimarket. Entah hari ini adalah hari yang paling sialnya, Helena dan teman-temannya terpaksa harus menutupi dana barang hilang di rak minimarket selama satu bulan ini.

Masalahnya satu bulan ini barang yang hilang sangatlah banyak! Melebihi rata-rata dari bulan-bulan sebelumnya. Yang paling sial adalah saat mereka tak sengaja mengecek CCTV dan melihat seorang laki-laki asing yang mencuri mi instan. Belum lagi seorang perempuang yang bisa-bisanya mencuri popok bayi yang sangat besar itu.

Helena tak pernah sesial ini di hidupnya, uang gaji terpaksa habis untuk menutupi kehilangan ini saja. Tak sampai di situ, masalah bertambah saat ia tiba-tiba diputusi mendadak oleh pacarnya.

Cukup satu waktu saja untuk membuat terpuruk sejadi-jadinya.

"Hel, yakin deh lo bakalan dapet yang lebih baik habis ini."

"Udah we, janganlah nangis kek gitu. Tambah pusing nanti kaunya—"

BUGH!

"Lo gak bantuin sama sekali, mending ke belakang aja sana!"

Dengan wajah yang sudah sangat merah, berair dan sangat berantakan itu, Helena menatap satu persatu rekan kerjanya. Satu laki-laki dan satu perempuan yang bernama Andi dan Maya itu.

"A—aku gak tahu—aku salah apa sampe diginiin?"

"Emang tuh lanang mokondo! Kau gak salah, dia yang salah!"

Saat ini tengah menunjukkan pukul sepuluh malam. Maya hendak pulang sekarang, tapi melihat Helena menangis seperti ini ia jadi tak tega dan terpaksa menunda kepulangannya. Andi sama sekali tak membantu mereka.

"Gimana kalo kita pulang aja?" tawar Maya.

"Janganlah! Ini aku ditinggalin sendirian, mau jaga dengan siapa aku?! Dengan poci? Kunti?" Andi menahan keduanya.

Karena satu rekan kerja lainnya sedang tidak masuk, Helena terpaksa harus menggantikan jadwal malam ini. Sedangkan Maya dikhawatirkan rumahnya yang paling jauh dari yang lain, maka ia tidak diperkenankan mendapat jadwal malam.

into foreverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang