23. jalan takdir

30 1 0
                                    

         Update cerita bakalan dua harian gapapa yaa
            DILARANG ADA READERS GELAP DI SINI!
Ohya, mau bilang kalo part cerita ini sampe 30 atau 40 an
         mau lebih sebenarnya, tapi takutnya ga rame😔

                               •••••HAPPY READING•••••

“Sekenario Tuhan dengan rencana manusia itu tidak akan sama. Mau seberapa janji atau rencananya manusia, kalo memang bukan takdirnya untuk bersama, lalu manusia itu harus apa?” —sabiru Ananyasya

“Gua mencintainya, tapi bukan berarti gua harus memilikinya, 'kan? Gua mencintai tapi bukan berarti gua pemenang dihatinya.” —Bintang Jarta

“Manusia itu punya rasa, kalo sakit bisa terluka dan menangis.” —Sabiru Anantasya

Tuhan, jika memang ini jalannya ... Lancarkan semuanya, lancarkan tanpa ada rasa cinta di antara kita. Hidup ini memang banyak plot twist termasuk hidup gua sendiri, gua akan usaha tapi takdir kehidupan pasti berbeda.—Elang Albimanyu

"Ga ada! Lo harus tetap stay sama bang bian, Bir." tegas Violet dengan wajah judesnya itu. Dia mengatakan hal itu serayu melipatkan kedua tangannya di depan, gadis itu berjalan menghampiri Bintang dan Sabiru.

Dua remaja yang tengah berbincang itu menjadi menoleh kearah kiri mereka. Kedatangan Violet dan Attaya membuat Sabiru menghelakan nafas kasar.

"Sabiru ga akan abadikan siapa pun terkecuali abang gue, stay with abang gue," Violet duduk disebelah Sabiru sambil mengatakan hal itu. Attaya mengangguk, dia ikut duduk bersebelahan dengan Bintang.

Attaya menatap kearah Bintang yang terdiam sesaat kehadiran dirinya bersama Violet. "Jangan racuni pikiran dia, Bin. Gua tau lo suka sama dia, tapi bukan berarti lo sepenuhnya bikin dia mikir berkali-kali."

"Gua mencintainya, tapi bukan berarti gua harus memilikinya, 'kan? Gua mencintai tapi bukan berarti gua pemenang dihatinya." Bintang bersuara sekarang, dia melirik kearah Attaya sejenak lalu menatap kearah Violet yang tengah menatapnya dengan sinis.

"Kalian ini kenapa si, ribut terus ... Kalian kenapa emangnya? Ada masalah apa? Bilang kalo ada apa-apa. Jangan kek gini buat bingung aja." sahut Sabiru. Dia memijatkan pelipisnya, terasa pusing menghadapi ketiga remaja itu.

"Kalo gue bilang, lo bakalan percaya ga, Bir?" tanya Violet sambil menoleh kearah Sabiru.

Alis Sabiru terangkat. "Percaya gimana? Orang lo aja belum bilang, gimana mau gue percaya? Kalo memang kenyataan kek gitu pasti gue ya ... Percaya," jawab Sabiru. Sabiru terus saja menatap Violet, dia menunggu apa yang akan dikatakan oleh gadis itu. Ia tak mengerti, sungguh.

Bintang menghelakan nafas, kemudian dirinya kembali bersuara. "Elang akan jagain lo seumur hidup, elang yang akan jagain lo selagi bian ga ada di sini. Itu perintah bian sendiri, katanya. Gua denger itu dari Attaya, tadi. Lo percaya? Gua aja ga percaya. Bagaimana mungkin bian merelakan lo buat dijagain sama orang baru, apa lagi itu musuhnya sendiri." jelas Bintang pada Sabiru.

Sabiru syok mendengar itu, bagaimana tidak? Kenapa jadi seperti ini? Dia malahan kejebak sama kisahnya sendiri, dia mau menyembuhkan elang terakhir akan bersama? Maksudnya bersama untuk saling menjaga? Sabiru menggeleng kepalanya tak percaya.

Mana mungkin orang ia cintai malahan menyerahkan dirinya pada orang baru? Namun, otaknya teringat pada kata-kata Bintang tadi. Tetapi, hatinya sungguh terasa sakit menerimanya, terasanya bian tidak mencintainya meskipun dirinya mencintai dia. Tuhan, apa salah menaruh harapan kepadanya, tapi kenapa plot twist kehidupannya seperti ini?

ENIGMA : When We Are { TERBIT }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang