7.Bagian Tujuh

971 57 5
                                    

Raya pikir setelah kejadian tadi pagi pihak sekolah akan memberikan libur ataupun memulangkan semua siswa tapi diluar dugaan kejadian itu seakan tidak pernah terjadi, Proses belajar mengajar berlangsung seperti semestinya

Walaupun raganya sekarang berada dikelas tapi pikirannya berkelana kemana-mana, semua masalah seakan menghantam kepalanya secara brutal

"Kamu anak baru ya?"

Kepalanya yang semula telungkup diatas meja ia angkat guna melihat seseorang yang sepertinya berbicara kepadanya

Ogah-ogahan matanya menatap cewek berkacamata yang duduk tepat didepan mejanya lalu menganggukkan kepala membalas pertanyaan cewek itu

"Hai kenalin nama aku Sovia."
Senyuman cewek yang mengaku namanya Sovia itu ditangkap oleh mata mengantuk Raya, Tolong ia adalah manusia introvert yang sebenarnya tidak butuh teman mengobrol sekarang

"Raya." Singkatnya dengan raut yang terlihat bosan

Sovia, Cewek itu terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya diikuti goyangan rambutnya yang dikepang dua seirama dengan gerakan kepalanya

"Kamu cantik deh." Ucapnya lagi

Raya tidak menggubris perkataan Sovia

Matanya yang semula mengantuk berganti menjadi memicing menilai penampilan cewek didepannya, Sovia.

Rambutnya terlihat sedikit kepirang-pirangan bukan hasil dari warna cat melainkan sepertinya itu bawaan lahir ataupun keturunan. Matanya yang bulat dihalangi oleh kaca mata tebal dengan desain hello Kitty seperti anak TK di jaman purba

Raya merinding melihat penampilan cewek yang lebih mirip ondel-ondel didepannya, dari mana cewek kuno ini berasal?

"Senyuman lo aneh tau nggak." Cibir Raya malah dibuat tambah merinding dengan senyuman konyol Sovia yang menampakkan behel pink miliknya

Sungguh bahkan mendiang neneknya yang jadul lebih pandai merias diri dari pada cewek aneh didepannya

"Ah maaf-maaf aku terlalu bersemangat." Ucap Sovia terdengar malu-malu

Raya memutar bola mata malas. Ia baru ingat Sovia merupakan salah satu korban aktif bullying disekolah ini menurut isi novel, Dan suatu saat nanti akan depresi karna mentalnya hancur ditambah lagi ia dapat penolakan mentah-mentah dari tokoh utama pria saat menyatakan cinta

Raya berusaha menahan tawanya dalam hati, Kalau ia jadi Arlan pun ia juga akan melakukan hal yang sama.

"Kamu nggak pengen ke kantin?" Tanya sovia penasaran

Pertanyaan Sovia menyadarkan Raya dan berpikir sebentar seingatnya ia tidak mempunyai sepersen pun uang dan sialnya sekarang ia merasa sangat lapar dan butuh asupan

Raya menunduk lesuh "Gua nggak punya uang."

"Biar aku yang traktir, Ayo."

Senyuman penuh arti terbit dari kedua bibir raya, Ia tau karakter sovia yang terbilang kelewat baik sehingga di novel sering dimanfaatin orang-orang.

"Hey cupu, Sini Lo."

Teriakan seorang kakak kelas menyambut kedatangan Raya dan Sovia yang kini baru sampai dikantin

"Raya bentar ya aku kesana dulu, kamu pesen aja duluan."

Raya mengangguk dan menatap kepergian Sovia yang kini telah berada dimeja cewek yang meneriakinya tadi

"Lah itu bukannya dua cewek yang ikut membully Melanie tadi?" Gumamnya mencoba mengenali dua cewek cantik didepan sana

Mereka berdua terlihat biasa saja seakan tidak terjadi apa-apa dan matanya membola ketika dengan sengaja salah satu cewek itu menyiram rambut Sovia dengan semangkok bakso yang baru datang

Please, Just kill meWhere stories live. Discover now