Raya pikir setelah kejadian tadi pagi pihak sekolah akan memberikan libur ataupun memulangkan semua siswa tapi diluar dugaan kejadian itu seakan tidak pernah terjadi, Proses belajar mengajar berlangsung seperti semestinya
Walaupun raganya sekarang berada dikelas tapi pikirannya berkelana kemana-mana, semua masalah seakan menghantam kepalanya secara brutal
"Kamu anak baru ya?"
Kepalanya yang semula telungkup diatas meja ia angkat guna melihat seseorang yang sepertinya berbicara kepadanya
Ogah-ogahan matanya menatap cewek berkacamata yang duduk tepat didepan mejanya lalu menganggukkan kepala membalas pertanyaan cewek itu
"Hai kenalin nama aku Sovia."
Senyuman cewek yang mengaku namanya Sovia itu ditangkap oleh mata mengantuk Raya, Tolong ia adalah manusia introvert yang sebenarnya tidak butuh teman mengobrol sekarang"Raya." Singkatnya dengan raut yang terlihat bosan
Sovia, Cewek itu terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya diikuti goyangan rambutnya yang dikepang dua seirama dengan gerakan kepalanya
"Kamu cantik deh." Ucapnya lagi
Raya tidak menggubris perkataan Sovia
Matanya yang semula mengantuk berganti menjadi memicing menilai penampilan cewek didepannya, Sovia.
Rambutnya terlihat sedikit kepirang-pirangan bukan hasil dari warna cat melainkan sepertinya itu bawaan lahir ataupun keturunan. Matanya yang bulat dihalangi oleh kaca mata tebal dengan desain hello Kitty seperti anak TK di jaman purba
Raya merinding melihat penampilan cewek yang lebih mirip ondel-ondel didepannya, dari mana cewek kuno ini berasal?
"Senyuman lo aneh tau nggak." Cibir Raya malah dibuat tambah merinding dengan senyuman konyol Sovia yang menampakkan behel pink miliknya
Sungguh bahkan mendiang neneknya yang jadul lebih pandai merias diri dari pada cewek aneh didepannya
"Ah maaf-maaf aku terlalu bersemangat." Ucap Sovia terdengar malu-malu
Raya memutar bola mata malas. Ia baru ingat Sovia merupakan salah satu korban aktif bullying disekolah ini menurut isi novel, Dan suatu saat nanti akan depresi karna mentalnya hancur ditambah lagi ia dapat penolakan mentah-mentah dari tokoh utama pria saat menyatakan cinta
Raya berusaha menahan tawanya dalam hati, Kalau ia jadi Arlan pun ia juga akan melakukan hal yang sama.
"Kamu nggak pengen ke kantin?" Tanya sovia penasaran
Pertanyaan Sovia menyadarkan Raya dan berpikir sebentar seingatnya ia tidak mempunyai sepersen pun uang dan sialnya sekarang ia merasa sangat lapar dan butuh asupan
Raya menunduk lesuh "Gua nggak punya uang."
"Biar aku yang traktir, Ayo."
Senyuman penuh arti terbit dari kedua bibir raya, Ia tau karakter sovia yang terbilang kelewat baik sehingga di novel sering dimanfaatin orang-orang.
"Hey cupu, Sini Lo."
Teriakan seorang kakak kelas menyambut kedatangan Raya dan Sovia yang kini baru sampai dikantin
"Raya bentar ya aku kesana dulu, kamu pesen aja duluan."
Raya mengangguk dan menatap kepergian Sovia yang kini telah berada dimeja cewek yang meneriakinya tadi
"Lah itu bukannya dua cewek yang ikut membully Melanie tadi?" Gumamnya mencoba mengenali dua cewek cantik didepan sana
Mereka berdua terlihat biasa saja seakan tidak terjadi apa-apa dan matanya membola ketika dengan sengaja salah satu cewek itu menyiram rambut Sovia dengan semangkok bakso yang baru datang
Semua orang menyambutnya dengan tertawaan yang menurut raya sangat menjengkelkan sebelum kakinya melangkah ingin mengakhiri drama membosankan ini seseorang dari arah belakang melewatinya menghampiri kekacauan tiga orang itu
Arlan, Seseorang bak pahlawan kesiangan itu adalah Arlan sang ketua OSIS kita
Entah apa yang dia katakan Raya tidak dapat mendengarnya tapi dilihat dari raut kedua cewek itu yang terlihat kesal dan tidak terima sepertinya dia memarahinya
Asyik menjadi penonton setia tanpa dibayar tiba-tiba mata tajam arlan menangkap kehadirannya disini buru-buru raya mengalihkan pandanganya dan menutup mukanya dengan sedikit rambutnya
"Gua salah apa sih bjir." Gumamnya menghindari kontak langsung dengan iblis yang sekarang menjelma menjadi ketua osis
"Kak arlan keren banget, Udah ganteng, keren baik hati pula."
"Idaman banget pokoknya."
"Dia itu tipe gua banget."
Samar-samar raya mendengar beberapa ungkapan-ungkapan kagum dari siswi yang berada disekitarnya, Perkataan mereka ingin membuat raya muntah seember lalu memberikannya kepada arlan
Kalian belum tau aja aslinya seperti apa.
Raya berbalik tatkala ia melihat arlan diikuti Sovia yang mengekor dibelakangnya meninggalkan kantin
"Dih sovianjing, katanya mau traktir tapi malah pergi." Kesalnya lalu buru-buru mengikuti dua orang itu
Kakinya berhenti lumayan jauh dari kedua orang yang kini berada didepan toilet
"Wihh kesambet apa tuh iblis."
Mengingat sifat arlan yang sepertinya tidak mengenal belas kasihan, Raya seakan-akan sekarang berada di dalam dunia mimpi melihat sosok Arlan yang terlihat gentleman membantu seorang gadis
dan ia baru menyadari aslinya karakter arlan memang seperti ini diceritakan di dalam novel
Raya kalang kabut tatkala ia melihat arlan yang sepertinya berjalan kearahnya setelah selesai mengantarkan Sovia
Dengan gerakan cepat raya berbalik berniat berlari dengan sekuat tenaga tapi entah kenapa mungkin kesialan sekarang sedang memihak kepadanya, kakinya malah kesandung dengan kakinya sendiri, bodoh memang
"Saya baru tau kamu punya hobby menguntit orang." Suara dingin yang penuh tekanan membuat raya merutuki kebodohannya
Raya segera berdiri dan merapikan seragamnya "Nggak usah kepedean."
Arlan diam masih dengan posisinya yang terlihat tegas lalu mata tajamnya menangkap baju seragam raya yang terlihat basah karna darah
Arlan terlihat memejamkan matanya sebentar lalu tanpa permisi menarik paksa tangan kurus raya mengikutinya
Raya yang terkejut spontan meronta-ronta meminta supaya arlan melepaskan tangannya "Lepasin anying, ngga usah narik-narik!"
Tetapi lelaki itu sama sekali tidak menggubrisnya dan kekuatannya untuk menahan dan menarik raya yang seperti cacing kepanasan cukup diajungi jempol kaki
"Aduh pinggang gua encok." Ucap raya lantaran dengan tidak punya perasaan arlan menyeretnya kedalam sebuah ruangan dan menghempaskan tubuh kecilnya keatas sopa
Bugh
Raya terkejut bukan kepalang ketika kotak P3k dilempar ke pangkuannya dan lagi-lagi dengan tidak punya perasaan ingat tidak punya perasaan! lelaki ini emang biadab dari lahir
"Obati perutmu."
Dengan pandangan penuh permusuhan dan dendam yang entah kenapa sekarang bertambah membara, Raya mau tidak mau menuruti perkataan iblis yang tidak punya perasaan itu
Dengan gerakan kasar ia membuka kotak P3k itu, Jujur saja pahanya sekarang ikut merasakan sakit akibat lemparan yang tidak punya aba-aba itu
"Lo bisa pergi."
Raya berniat mengusir sosok yang berdiri menjulang tinggi didepannya yang senantiasa mengeluarkan aura iblisnya, sungguh ia tidak nyaman apalagi satu ruangan dengannya rasanya ia bisa saja nanti menghembuskan nafas terakhir karna tertekan
"Ngusir? ini ruanganku."
Tiga kalimat yang dikeluarkan arlan mampu membuat raya mencibir pelan, seingatnya raya tidak pernah bilang ini ruangannya jadi mau ini ruangan Arlan ruangan guru intinya sekarang ia tidak bisa mengobati perutnya kalau masih ada seseorang
Dirinya ingin membuka baju!
"Kalau gitu gua yang keluar, gua akan mengobatinya di uks." Ucap raya hendak berdiri sebelum tangan seseorang menghentikannya
"Lama." Tanpa diduga tangan besar arlan memaksa membuka kancing seragam yang dipakai raya sontak saja gadis itu kaget dan meronta-ronta seperti orang kesurupan
"Jangan macam-macam yaa aanjir, aaaaaa gua nggak mau anjirrr, Lepasin tangan sialan Lo itu."
Raya kalah kalau soal adu kekuatan dengan arlan kini seragamnya sudah terlepas dengan kancing baju yang kebanyakan terlepas paksa menyisahkan tanktop peach yang menutupi bagian atasnya
"Buka, Atau mau kubuka paksa lagi?"
Tolong! dirinya seperti mau diperkosa
Raya membuang pandangan kesal rasanya terasa sesak dan menyiksa ketika ia berada sedekat ini dengan arlan dan ogah-ogahan terpaksa raya menyingkap tanktopnya keatas sehingga dapat dilihat dengan jelas luka tusukannya yang sudah semakin parah dengan perban yang dilumuri dengan darah
Arlan menatapnya dengan ekspresi datar dan tidak terbaca dan sekali lagi dengan tiba-tiba Arlan menarik tanktop yang dikenakan raya hingga robek
"Saya bilang dibuka bukan ditarik keatas."
"Lo gila lo mesum anying."
Susah payah raya menutupi dua asetnya yang masih terbalut pengaman terakhir dengan tangannya yang sengaja ia silangkanArlan tidak merespon perkataan raya yang sama sekali tidak penting baginya, Dia kini dengan hati-hati membuka perban kotor yang menutupi luka raya
Dari sini raya dapat melihat walaupun dengan ekspresi datar seperti itu arlan cukup lihai merawat luka dilihat dari gerakan tangannya yang telaten
Sebenarnya dirinya agak merinding diperlakukan seperti ini oleh orang yang selalu ia sebut iblis, Siapa yang tidak takut coba orang yang sebelumnya selalu berusaha untuk membunuhmu tiba-tiba ingin mengobatimu
Raya takut tangan besar itu tiba-tiba mencekiknya.
Nama lengkap: Anaraya Baskara
Umur: 15 Tahun