XI. A Glimpse of Past Life

8.7K 924 48
                                    

[Versi revisi. Yang udah baca sebelumnya, boleh baca ulang :)]



Loretta benci rasa sakit. Lebih tepatnya, ia takut. Ayahnya bukan orang baik. Di bawah pengaruh alkohol, pria itu kerap mendaratkan pukulan atau tendangan kepada Ibu. Loretta kecil juga sering menjadi samsak saat mencoba menjadi tameng untuk ibunya. Tulang rusuk Loretta pernah patah sekali dan rasanya sakit sekali. Kalau orang-orang mengatakan manusia akan terbiasa dengan rasa sakit jika secara konstan mendapatkannya, maka hal itu tidak berlaku untuk Loretta. Ia tidak pernah terbiasa.

Dan karena itu, saat pertama kali menempati tubuh Ophelia, hal yang paling mengganggu pikirannya adalah kemungkinan jika Kian pernah bermain tangan kepada sang selir. Ia tidak mau melewati neraka untuk kedua kali. Kini Loretta sudah mendapatkan jawabannya dan itu sangat melegakan. Pria itu, sekalipun terlihat keras dan kesulitan menyampaikan emosinya, memiliki kepedulian tinggi terhadap Ophelia.

Namun gambaran yang ia lihat di Cermin Pembaca Takdir, menurut nenek aneh itu, pasti akan terjadi. Lantas apa alasan Kian membunuhnya? Apa pria itu akhirnya percaya kalau Ophelia sudah tidak ada di sini, melainkan Loretta yang telah mengambil alih tubuh selir kesayangannya? Loretta menggigil saat mengingatnya. Ia tidak akan pernah bisa menjadi tokoh utama wanita pemberani yang seolah tidak memiliki rasa takut terhadap siksaan atau malapetaka lainnya.

Loretta mengernyit saat satu tangan hinggap di dahinya. Ia menarik wajah menjauh, menemukan Allerick berada tak jauh dari posisinya berada. "Sejak kapan kau berada di sini?"

"Pertahananmu buruk sekali. Kalau aku adalah musuh, aku dapat dengan mudah menggorok lehermu." Allerick duduk dengan santai di kursi seberang Loretta. "Apa yang kau pikirkan, Kakak Ipar? Sudah merindukan suamimu, eh?"

"Bisa kau berhenti bersikap menyebalkan untuk sehari saja?" tanya Loretta ketus. "Siapa juga yang merindukannya? Aku malah senang dia pergi!"

"Oh, ya? Padahal aku kira selama kepergianku, hubungan kalian menjadi semakin lengket." Allerick mengangkat bahu ke atas, tanpa izin mengambil alih cangkir milik Loretta dan menenggak isinya hingga habis. "Omong-omong, penjagaan di Kastil Timur semakin ketat. Mereka menanyakan banyak hal hanya untuk membiarkanku masuk ke sini dan menemuimu."

Loretta bukannya tidak tahu kalau Kian menambah penjagaan di Kastil Timur menyangkut kepergiannya ke sisi lain Hillerska. Pria itu pasti parno dirinya akan melarikan diri lagi seperti saat keberlangsungan Festival Lampion. Yang Kian tidak tahu, Loretta sudah tidak memiliki keinginan untuk kabur—setidaknya untuk sekarang ini. Adalah sebuah aksi yang sia-sia. Ia hanya akan terlihat semakin menyedihkan, tahu kalau Kian Denarius bukanlah lawan sepadan.

"Salahkan kakak sepupumu yang terlalu berlebihan," balas Loretta seadanya. Ia jelas tidak akan membicarakan perihal aksi melarikan dirinya yang gagal total waktu itu, bisa-bisa dijadikan bahan ejekan Allerick entah sampai kapan. "Ada urusan apa kau datang ke sini?"

"Tentu saja aku ingin menghabiskan waktu dengan kakak iparku sendiri. Apa salah?" Senyum Allerick tidak mengindikasikan hal baik. Loretta tahu lebih dari siapa pun skema licik macam apa yang tersimpan di balik wajah rupawan itu. "Aku dengar selir lain sedang berkumpul untuk sama-sama mengukur gaun musim dingin. Kau tidak ikut?"

Loretta tidak berniat menjadi parasit yang diasingkan, tapi ultimatum Esmeralda sudah jelas. Selir lain sangat menghormati Esmeralda, pun dengan segala opini yang ia miliki. Loretta yakin sekali kehadirannya tidak akan berimbas baik bagi siapa pun. Untuk apa mencari masalah? "Tidak, terima kasih." Loretta mencoba menjaga raut wajahnya agar senantiasa datar, tidak mau mengundang rasa kasihan Allerick—itu pun kalau sang pangeran mampu merasakan simpati.

Allerick menopang dagunya dengan tangan, menatap Loretta sembari menelengkan wajah. "Untuk yang satu ini, kau sama sekali tidak berubah. Apa berteman dengan orang lain terdengar seburuk itu?"

To Tame The KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang