Part 28

45.1K 1.8K 80
                                    

Gus Agam dan Ustadzah Nisa mengecek ke kelas Arabella untuk mencari tentang handphone Ustadzah Nisa yang hilang.

"Gus!" panggil Ustadzah Nisa.

"Ketemu?"

"Ada di bawah meja Ara," Gus Agam menaikan alisnya karena kenapa bisa ada di bawah meja Arabella.

"Ara yang sudah mengambil handphone saya dan dia simpan di bawah mejanya,"

"Kenapa Ustadzah begitu yakin?"

"Buktinya juga ada Gus, handphone saya ada di bawah meja Ara."

Gus Agam dengan cepat memanggil Arabella untuk keruangannya.

>><<

Arabella begitu tenang saat di introgasi Gus Agam.

"Gus tau kan selama pelajaran Ara tertidur dan tidak belajar sama sekali," jelas Arabella dengan jujur.

"Mana mungkin tertidur terus mungkin saja kamu bisa terbangun saat kelas sudah kosong dan mengambil handphone saya," sahut Ustadzah Nisa.

"Ustadzah Nisa, anda itu sepupu saya pasti anda lebih tahu bagaimana tentang saya!"

"SUDAH CUKUP!" tekan Gus Agam.

"Arab, kamu saya hukum karena sudah berani mengambil barang orang lain!"

'Ini yang saya tunggu,' batin Ustadzah Nisa.

Arabella menjalankan hukuman yang Gus Agam berikan padahal dia sendiri tidak salah hanya di fitnah.

Berita tentang Arabella mengambil handphone Ustadzah Nisa sudah menyebar luas di pondok pesantren sehingga Tyas, Rea dan Sindy menjadi garda terdepan untuk memecahkan masalah ini.

>><<

Sekarang Tyas, Rea dan Sindy berada di ruangan cctv. Tyas sedang mengotak-ngatik untuk mencari cctv di kelas Ara pada saat kejadian tadi sore.

"Ketemu!" pekik Tyas.

"Mana coba liat."

Tyas memperlihatkan dimana Ustadzah Nisa sengaja menyimpan handhpone nya saat Arabella di hukum oleh Gus Agam yang keliling lapangan.

Tyas dan Rea memanggil Gus Agam untuk melihatnya ke ruangan cctv.

Gus Agam sudah datang bersama Arabella untuk melihat rekaman cctv, tetapi entah kenapa saat di cari lagi rekaman cctv itu hilang tidak bisa di temukan.

"Kalian berbohong? Hanya mempermainkan saya untuk tidak menghukum Arab," ujar Gus Agam

Tyas dan Rea kebingungan. 'Kemana ya? Kok bisa hilang,' batin Rea.

'Entah kenapa hilang begitu saja, Tyas juga gak tahu,' tempal batin Tyas seperti sedang berbicara.

'Perasaan gak ada yang masuk kecuali kita bertiga,'

'Apa Sindy?'

'Gak mungkin kak Sindy.'

Mereka saling berbicara melalui batin mereka.

"Sekarang kalian kembali asrama atau kalian juga mau di hukum?" tutur Gus Agam sontak mereka menggeleng.

"Arab ikut saya!" Arabella mengangguk dan mengikuti Gus Agam yang sudah keluar ruangan cctv.

>><<

Gus Agam sedang menasehati Arabella untuk tidak mengambil barang orang lain.

"Jika masih tidak mau berkata jujur saya dan Abah akan melakukan hukuman sesuai yang tercantum dalam al qur'an surat Al Maidah ayat 38 yang artinya 'Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksa'."

"Walau pun kamu istri saya tetap saya akan melakukan hukuman itu sebagai bentuk rasa tanggung jawab dan tidak seberapa dengan balasan Allah nanti di akhirat." lanjut Gus Agam.

Arabella tersenyum mendengarnya entah kenapa dia tidak peduli dengan hukuman itu karena menurutnya hukuman dunia tidak seberapa dengan hukuman akhirat walau dia sendiri tidak salah.

"Sampai kapan pun Ara gak akan pernah menang untuk hal ini, walau Ara sendiri gak salah. Jika itu sudah menjadi keputusan Gus dengan Abah, Ara terima lillahi ta'ala."

>><<

Ke esokannya Arabella sudah siap untuk melakukan hukuman itu dengan tangan kanan yang akan di potong dari pergelangan tangannya.

Mata yang di tutup oleh kain dan tangan yang begitu di genggam erat oleh Gus Agam, karena bagaimana pun hukuman tetap hukuman.

Semua santriwati akan menjadi saksi, berbeda dengan Tyas dan Rea yang sudah menangis sebelum hukuman itu di laksanakan.

Arabella tetap tersenyum membuat air mata Gus Agam lolos begitu saja, karena baru pertama kali dia merasakan rasa sakit saat melihat Arabella tersenyum.

"Walaupun Arabella menantu Abah, tetapi Abah akan tetap menajalankan hukuman dengan cara memotong pergelangan tangan kanan Ara." tutur Abah Kyai sudah siap dengan alat tajam di tangannya.

'Jika ini adalah hukuman untuk Ara, Ara siap ya Allah dan hilangkan rasa sakitnya.' batin Arabella.

"STOPP!"

Srett!

Alat yang begitu tajam membuat goresan di pergelangan tangan Arabella.

Karena mendengar teriakan berhenti Abah Kyai menyimpan alat itu dan beralih menatap seseorang yang berteriak

"Abah, Ara tidak salah. Dia di fitnah, jika belum yakin lihatlah rekaman cctv ini." ucap Idris--Papah Arabella.

Idris adalah seorang hacker yang begitu hebat untuk mencari data informasi yang sudah terhapus bisa kembali lagi.

"Papah?" beo Arabella karena begitu familiar dengan suaranya.

Abah Kyai melihat rekaman cctv itu dan ternyata memang benar Arabella tidak salah karena saat di kelas Arabella hanya tertidur tidak melakukan hal apapun.

Wina--Mamah Arabella menghampiri Arabella dan melepaskan ikatan kain yang menutup matanya.

Grepp!

Wina memeluk Arabella. "Maafin Mamah udah jahat sama Ara, mungkin dengan bukti ini belum seberapa dengan rasa sakit yang Ara rasakan," lirih Wina dengan air mata yang membanjiri pipinya.

Mungkin ini semua jawaban dari Allah selama ini dia merasakan rasa  sakit yang tiada tandingannya.

"Sebelum Mamah minta maaf Ara udah maafin Mamah, karena Mamah tetap Mamah Ara." ucap Arabella menghapus air mata Wina.

"Untuk Gus juga gak perlu nangis, soalnya kalau nangis ilang galaknya," kekeh Arabella menghapus air mata Gus Agam yang tersisa karena saat tadi menangis melihat senyum Arabella.

JODOHKU GUS GALAKWhere stories live. Discover now