Setelah mengirim pesan ke Relung Awan, dia segera pergi, dengan benda berbahaya bersamanya. Benda itu tidaklah aman ditangannya namun bagi seseorang yang dia kenal, orang itu dapat mengamankannya.
Lan Xichen menunggu Wei Meilan di pintu masuk Relung Awan bersama dengan beberapa murid. Setelah sekian tahun, Wei Meilan mengambil inisiatif untuk datang ke Relung Awan dan mengundangnya.
"Wei Qing," Lan Xichen tersenyum. "Apa kamu berencana singgah di sini selama beberapa hari?"
"Aku belum yakin," ucapnya tidak berdaya. "Saat ini aku sedang ada urusan, itulah mengapa aku mengirimkan pesan. Apa adikmu di sini?"
Ia menepuk-nepuk pelan kepalanya. "Wangji masih keluar. Aku bisa memanggilnya untuk segera kembali."
"Tidak perlu. Jika yang dilakukan itu penting, maka aku bisa menunggu. Aku hanya perlu membiarkannya menyimpan sesuatu untuk kakakku." ucapnya sembari memegang kotak itu.
"Apakah itu penting?"
Dia mengangguk. "Kita juga perlu berbicara dengan Tetua Lan. Aku tidak ingin dia sakit dan tertekan karena tidak mengetahui hal ini."
Wajah cemas Lan Xichen mengangguk. "Ayo. Paman sedang beristirahat hari ini, dan juga beliau menantikan kedatanganmu."
Setibanya mereka, Tetua Lan berdiri di balkon, menunggu keduanya. "Nona Muda Wei, selamat datang kembali!"
"Tetua Lan, terima kasih!" dia tersenyum pada pria tua itu. "Saya di sini untuk meminta Lan Wangji menjaga sebuah benda untuk kakakku. Sekaligus berbicara dengan anda, tentu saja."
"Masuklah, sayang. Itu kedengarannya penting." Lan Qiren mengantar mereka menuju ruang kerja untuk menghalau mereka dari keramaian. Saat dia mengetahui apa yang ingin di lakukan Wei Meilan, dirinya segera menolak.
"Benda itu berbahaya!"
"Benar, Tetua Lan. Hanya keponakanmu yang dapat menjaga benda ini. Saya minta maaf dengan gegabah memutuskannya, tapi tolong, tolong, aku mohon padamu, Tetua Lan. Tolong beri keduanya kelonggaran. Saya tahu, Saya melangkahi beberapa aturan dengan melakukan ini," dia berlutut dan bersujud. "Saya tahu anda menentang apa yang telah keponakan anda lakukan untuk kakak Saya, tapi Saya tahu seberapa pentingnya kakak Saya bagi Lan Wangji. Saya tidak ingin mereka melewati kesempatan kedua yang akan diberikan pada mereka di masa depan."
"Bagaimana kau begitu yakin kakakmu akan kembali?" tanya Tetua Lan. "Beberapa mencoba memanggil jiwanya, tapi tidak ada reaksi apapun. Jiwanya telah musnah, tidak akan pernah terlahir kembali."
"Kakak saya akan kembali, Tetua Lan. Jiwanya tersembunyi di suatu tempat, dan seseorang akan menyeretnya kembali dengan paksa dalam waktu dekat dari tempat orang itu berada," tutur Wei Meilan, "Dan Saya bersumpah atas kultivasi saya."
"Aku tidak menyetujui hal ini."
"Paman," ucap Lan Xichen. "Tolong serahkan pada kami. Kekacauan ini disebabkan oleh kami, dan kami harus membersihkannya setelah kekacauan ini terjadi."
Ia berdiri. "Wei Qing tidak berani untuk lancang dengan mengatakan ini secara tiba-tiba. Paman, dia tidak akan datang pada kami untuk memasrahkan benda ini, jika dia percaya diri bahwa Jiang Wanyin akan mampu menyimpannya. Dia meminta secara khusus untuk adikku, ketika kita semua tahu bahwa dia mampu menyimpan benda ini."
"Benda ini adalah yang paling berbahaya; ini apa yang Wen Ruohan tuju saat itu. Wei Wuxian mendapatkannya juga, tapi apa yang terjadi padanya?" Tetua Lan ingin mengutarakan kegelisahannya.
"Tetua Lan," ucap Wei Meilan. "Logam ini adalah makanan yang penuh energi kebencian. Jika saya menyimpannya, itu tidak akan bertahan dengan kultivasi saya dan mungkin akan lenyap. Kultivasi Klan Lan dapat melindungi ini tanpa melukai si penyimpan dan bendanya."
"Jiang Cheng tidak akan mampu menyimpan ini untuk saya; saya tidak mempercayai Klan Jin untuk menjaganya. Huaisang mungkin akan secara sembarang meletakkannya dan akan diambil oleh yang lain. Tempat ini adalah tempat teraman untuk menyimpannya. Dan saya ingin Lan Wangji menyimpan ini untuk saya dan kakak saya."
Lan Qiren menatap Wei Meilan yang berlutut di lantai. Dia tahu saat pandangan pertama akan gadis ini bahwa dia berbeda dari kakaknya yang aneh, serupa namun tak sama. Dia tidak dapat membenci wanita yang disukai keponakannya itu, tapi permintaannya cukup konyol dan berbahaya.
"Tetua Lan, tidak masalah jika anda tidak bersedia. Saya tahu anda takut mempertaruhkan nyawa keponakan anda untuk ini. Saya hanya akan–"
"TIDAK!" kata Lan Xichen. "Kamu tahu betul bahwa penghalangmu dapat diakses oleh siapa saja. Bagaimana jika itu merugikan orang-orang biasa di tempatmu?"
"Mereka tidak akan bisa menemukannya di sana," Wei Meilan berbicara dengan tenang. "Saya akan mencoba melindunginya."
"TIDAK."
Wei Meilan berdiri dan memberi hormat pada Lan Qiren. "Saya minta maaf karena menyia-nyiakan waktu anda, Tetua Lan. Saya berjanji tidak akan melakukannya lagi."
Dia berbalik dan meninggalkan Relung Awan tanpa menoleh ke belakang. Kecemasan Lan Xichen meningkat seiring berjalannya waktu setelah kunjungan terakhir Wei Meilan hingga seminggu setelah kepergiannya, Nie Huaisang datang ke Relung Awan dengan raut kekhawatiran dan ketakutan di wajahnya.
"K– kakak kedua, tolong Qing-Jie ... Dia–"
"Di mana Wei Qing?" Lan Xichen bangkit dari tempat duduknya setelah mendengar nama kekasihnya dari adik bungsu mereka.
"Aku tidak tahu, orang-orangnya dibawa ke tempat kami enam hari yang lalu. Orang-orang itu ketakutan ketika mereka datang, seorang anak mengatakan bahwa ada bayangan manusia yang bergerak, tetapi mereka diangkut sebelum benda-benda itu membahayakan mereka. Qing-jie mungkin dalam bahaya!"
Lan Qiren tertegun mendegar berita itu. "Akankah Wei Meilan mampu melawan makhluk-makhluk itu? Dia satu-satunya orang yang mampu menggantikannya."
Lan Wangji mendengar berita itu segera setelah dia melangkah melewati ambang pintu, tanpa ragu segera pergi, dengan Lan Xichen di belakangnya, begitu juga Nie Huaisang.
"Wangji, pelan-pelan sedikit." kata Lan Xichen. "Kenapa kamu terburu-buru?"
"Dia dalam bahaya." Kata Lan Wangji.
"Aku tahu. Tapi jika kamu terburu-buru, menurutmu apakah itu akan bermanfaat bagi kita?"
"Kakak bilang dia ingin aku menyimpan sesuatu untuk Wei Ying tapi kamu menolaknya. Aku akan mengambilnya kembali."
"Aku tidak menolaknya, Paman yang menolaknya."
"Hasilnya sama saja." Lan Wangji tidak menoleh ke belakang lagi dan bergegas menuju tempat Wei Meilan.
Dan yang mereka lihat sama seperti Dermaga Teratai saat itu.
-Bersambung-
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketamakan [Black Greed - ErinNightShade]
Fanfiction《 Karya Terjemahan Bahasa Indonesia》 Wei Mei Lan, Saudari kembar Wei Wuxian. Beberapa dekade telah berlalu setelah sang kakak kembar laki-lakinya, Patriark Yiling tiada sejak kekacauan di Kota Tanpa Malam. Setelah pengkhianatan oleh saudara sesumpah...