(7) - Interrogation

248 24 23
                                    



.
.
.

Brak

"Pak, asal bapak tau ya? Ais itu keluar malem-malem cuma buat beli pentol.Gak lebih", ucap seorang pemuda bermanik jingga menggebu.

Polisi muda yang mengintrogasinya, Kaizo, tidak suka dengan Blaze yang cenderung tak sopan sampai menggebrak meja.Tapi dia kesampingkan hal itu.

"Kau melihatnya langsung?",

"Ha?",

Kaizo menghela nafas.Tak hanya tempramen pemuda ini juga cenderung lemot.

"Apa kau melihat saat-",

"Enggak", jawab Blaze cepat, baru mudeng. "Aku nggak liat soalnya waktu itu aku lagi bala-em, maksudnya lagi main keluar sama Taufan", lanjut Blaze hampir saja keceplosan soal aktivitas liarnya.

Dahi Kaizo mengerut, dia tau pemuda ini menyembunyikan masalah lain.Dan dia akan menyelidikinya nanti.

"Jam berapa kau keluar kos dan jam berapa kau kembali?", tanya Kaizo kembali.

Blaze menimang sebentar. "Aku habis kuliah langsung pergi sih sama Taufan.Aku pulang ke kos paginya buat ganti baju, soalnya aku nginep di rumah Taufan", lanjut Blaze menjelaskan.

Dia bersyukur Kaizo tidak mempertanyakan dia yang hampir salah bicara tadi.

"Saat kau kembali, apa kau melihat gelagat aneh dari temanmu?",

"Enggak.Dia mageran kaya biasa", Blaze menjawab cepat tanpa ragu.

Kaizo mengangguk. "Bagaimana reaksinya saat tau kalau pacar-",

"Mantan, mereka putus udah satu bulan", potong Blaze sedikit tak suka.

Alis Kaizo bertaut. "Satu bulan?",

"Heem", Blaze mengangguk.

"Ais bilang bahwa mereka putus tiga minggu yang lalu", ucap Kaizo dengan mata menyipit.

Dia kembali menemukan perbedaan.

"Ya sama aja kan pak, tinggal di tambah sepuluh nanti juga satu bulan",

Lagi, Kaizo mengerut pelipisnya merasa pusing dengan jawaban Blaze yang selalu mengajaknya bercanda.

Dia mendesah lelah. "Anggap saja seperti itu.Bagaimana reaksinya saat mengetahui mantannya dibunuh?".

Blaze sedikit memiringkan kepalanya guna berpikir. "Ais itu wajahnya kaya triplek, susah bedainnya.Saat ngeden pun mukanya tetep rata", dan Kaizo mencoba untuk sabar.

"Ais tau soal Melody dari Taufan, jadi aku gak tau pastinya.Tapi habis dia denger kabar soal Melody dia jadi lebih diem", lanjut Blaze mengendikkan bahunya.

Kaizo mangut-mangut.Tangannya bergerak lincah menuliskan informasi yang dia dapat pada catatan kecil di tangannya.

Dia akan menanyakan perihal ini pada Taufan nanti.

"Jangan curigai Ais", Kaizo mendongak, menyadari perubahan ekpresi Blaze yang serius. "Aku berteman dengannya sejak bayi.Aku tau Ais bukan orang yang bakalan ngelakuin hal kaya gitu, terlebih lagi kalau masalah cewek",

"Karena pada dasarnya Ais pacaran sama Melody biar dapet tartiran aja bukan karena cinta", sambung Blaze mengubah nada bicaranya menjadi tegas.

Kaizo mendengarkan.

"Jadi gak mungkin Ais bunuh Melody apalagi alesannya karena gak diterima diputusin",

Kaizo mendapatkan fakta baru soal kebenaran alasan Ais berpacaran dengan korban.Dia mengangguk, lalu bergerak menggoreskan tinta di bukunya lagi.

SOLAR : GENIUS BOYFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang