Arga, Yuna dan Wiwit merasa senang bahwa Kinara masih bekerja bersama mereka. Kebetulan hari ini, adalah hari gajian. Jadi semuanya bertambah ceria karena akhirnya bisa menghirup aroma duit.
Saat ini mereka sedang makan bersama karena sudah istirahat. Seperti biasa ada Wiwit, Arga, Yuna, dan juga Kinara sedang makan bareng.
"Hei, gimana kalau kita ke bioskop aja habis gajian nanti? Gimana? Kalian setuju gak?" saran Wiwit.
"Aku sih setuju-setuju saja, lagian sekalian melepaskan rasa lelah bekerja. Kalau kamu Ga gimana?" tanya Yuna menatap Arga.
"Aku ikut aja sih. Kalau kamu, Kinara?" tanya Arga menatap Kinara dan yang lain juga ikut menatap Kinara.
Sebenarnya Kinara sayang pada uangnya yang dihambur-hamburkan untuk ketidakjelasan. Tapi temannya. Ah, Kinara jadi bingung.
"Aku...."
"Kenapa, Kinara?" tanya Arga ikut bingung.
Wiwit memahami sifat Kinara, lalu berkata," Pasti lu sayangkan uang gajian lu dibuang-buang, ya kan?" Tersenyum ejek.
Arga yang baru sadar jadi terdiam seribu bahasa. Kinara membalas Wiwit hanya tersenyum cengir.
"Maaf...." ucap Kinara tersenyum malu.
"Gak salah sih kalau kamu takut buang uang kamu secara sia-sia. Aku juga kadang gitu," ucap Yuna.
"Tapi apa salahnya sekali-sekali kita hiburan bareng-bareng," tambah Yuna.
"Nah! Setuju gue, Kak Yun," seru Wiwit.
Kinara tampaknya masih tetap merasa ragu. Arga menepuk bahu Kinara.
"Dah, gini aja. Yang dikatakan Yuna ada benarnya, mumpung kita masih bersama sekalian kita hura-hura bareng. Disisi lain kamu benar juga, Kinara. Apalagi itu gaji pertama kamu, jadi sulit banget," papar Arga.
"Solusinya, uang kamu di simpan aja. Nanti aku yang traktir beli tiketnya, nanti kamu beli makanannya aja. Gimana?" tawar Arga.
Kinara tersenyum ceria. Ya, jelaslah. Kan di traktir dan kapan lagi ia mendapatkan kebahagiaan dua kali beruntun. Pertama bisa hura-hura bareng dan kedua di traktir pula. Pasti Kinara gak nolak lah. Apalagi kamu!
"Iya deh, aku ikut. Tapi.... aku gak enak sama kamu, kak," ucap Kinara kembali murung.
"Udah, santuy aja. Sekali-sekali bersedekah sama teman sendiri hé hé hé," kekeh Arga.
Karena Kinara sudah dipastikan ikut.
"Nah, setelah pulang kerja kita langsung berangkat ya," tegas Wiwit.
"Oke," jawab Kinara, Arga dan Yuna.
Mereka tak menyadari ada seseorang yang sedang menguping rencana pemberangkatan mereka.
~~~
Beberapa jam kemudian, akhirnya mereka pulang kerja. Anggara memberikan uang gajian pada karyawannya.
Wiwit mencium aroma amplop dengan wajah sumringah.
"Mmmm.... nikmat banget aroma gajian.... hé hé hé hé," kekeh Wiwit.
Orang yang melihat tingkah absurd Wiwit hanya tertawa geli saja.
Kini giliran Kinara keruangan Anggara. Dada Kinara daritadi terus berdisko.
"Astaghfirullah.... bukannya senang hari ini gajian, kenapa ku malah gemetar begini ya?" heran Kinara sambil memegang dadanya terus deg-degan.
Saat berhadapan dengan Anggara, Kinara semakin gelisah seperti cacing kepanasan didalam dirinya sebab ia tahan.
Anggara mengambil amplop milik Kinara, Kinara sendiri sudah gelisah sekali.
"Ya Allah.... apa bisa dipercepat ya?" batin Kinara.
Anggara memberikan amplop gajian Kinara.
"Ini uang gajian mu, berhubung pekerjaanmu cukup bagus. Bulan depan ada kenaikan gaji," jelas Anggara.
Bukannya mendengar, Kinara dari tadi terus memikirkan kapan bisa pergi dari Anggara.
Setelah Anggara memberi amplopnya dengan gercep Kinara mengambil amplop gajian dan kabur tanpa pakai permisi lagi.
Anggara yang melihatnya hanya bengong sepintas lalu lanjut lagi memberi gaji yang lainnya lagi.
Di luar ruangan Anggara, yang lain kaget melihat Erina berhijab dan menutupi auratnya tidak seperti dahulu. Sampai-sampai ada yang tak sadar berpaling melihat Erina.
Erina sedang berjalan menuju ruang kekasihnya.
"Tumben banget nona Erina pakai jilbab gitu, biasanya suka pakai baju kurang bahan? Mungkin dapat pencerahan kali ya?" gumam Arga heran.
"Ho'oh," sahut Wiwit ikut heran.
Kinara yang biasa saja. "Lah, bagus dong kalau ibu eh nona diberi petunjuk oleh Allah. Apalagi nona cantik, kan sayang," ucap Kinara.
"Kamu benar, Kinara. Ah, bagus deh," ucap Arga menghela napas lega.
Kinara benar-benar sangat kagum melihat kecantikan Erina, apalagi berhijab. Padahal ia sendiri tak menyadari bahwa dirinya lebih cantik jika di poles make up seperti Erina. Bahkan melewati Erina karena tanpa riasan saja Kinara sudah cantik.
Semua orang takjub pada Erina, tapi Erina sendiri merasa kegerahan memakai jilbab pertama kali. Sebenarnya gak pertama kali sih ia pakai jilbab cuman baru pertama kali pakai jilbab seharian.
"Ya ampun.... kayaknya aku mau lepasin dari sekarang deh. Tapi tahan Erina, tahan! Ini demi Anggara, ingat Anggara kekasih kamu dan calon imam kamu," batin Erina berusaha menyemangati dirinya sendiri.
Akhirnya Erina sampai di ruangan Anggara, awalnya Anggara sekilas kaget melihat penampilan Erina, kini berganti dengan senyuman seringai.
"Ah, aku kira kamu siap untuk kalah," ejek Anggara.
"Enggak tuh, aku gak bakal kalah," ucap Erina tersenyum penuh berani.
Erina duduk berhadapan dengan Anggara lalu memandang wajah tampannya.
Di luar ruangan, Kinara dan teman-temannya bersiap ingin pulang dan pergi ke bioskop sesuai yang di rencanakan tadi. Kinara memutuskan menunggu mereka di luar.
Kinara melihat Anggara dan Erina jalan bersamaan tapi tidak memegang tangan, Anggara membuka pintu mobil untuk Erina lalu Erina pergi bersama mobilnya.
Anggara langsung menoleh pada Kinara yang memperhatikannya diam-diam, Anggara menatap Kinara cukup lama lalu berjalan.
Awalnya Kinara merasa lega dan mengira Anggara pergi darinya, seketika kelegaan itu langsung berhenti dan berganti panik.
Bagaimana tidak panik? Ternyata arah jalan Anggara itu menuju kearahnya, Kinara ingin kabur tapi teman-temannya sudah keluar.
Melihat Kinara yang ingin masuk lagi, satu alis Wiwit terangkat.
"Lu kenapa masuk lagi, Kinara?" tanya Wiwit.
"Ah, enggak kok." Tersenyum canggung. "Aku tadi.... inginnya ketemu kalian gitu," kilah Kinara tersenyum palsu.
Kekuatiran Kinara ternyata belum berhenti, kini Anggara sudah ada dihadapannya.
Anggara menatap sekilas pada Kinara lalu menatap Arga.
"Kalian rame-rame gini mau kemana?" tanya Anggara.
Kinara sendiri hanya menunduk diam dan tak berani menatap Anggara di hadapannya cuman jaraknya beberapa centi saja.
"Kami ke bioskop, pak," jawab Arga.
"Oh." Sekilas menatap Kinara. "Boleh saya ikut? Soal Kinara saya yang traktir," ucap Anggara mengejutkan mereka terutama Kinara sontak menatap Anggara.
Mereka jadi diam membisu atas perkataan Anggara tadi.
"Kok diam? Gak mau ajak saya ya?" tanya Anggara.
"Bu-bukan gitu, pak. Cuman kaget aja." Tersenyum tak nyaman. "Baik, pak. Bapak boleh ikut," setuju Arga.
Anggara sekilas tersenyum.
"Yang gak punya kendaraan ikut saya saja ya," tawar Anggara.
"Baik, pak," tangkas Arga.
Setelah menaiki kendaraan, rupanya Kinara sendiri yang tak punya kendaraan. Awalnya Kinara ingin ikut Wiwit tapi sayangnya ada Yuna yang boncengan. Dan beralih ingin ikut Arga tapi Anggara mengotot ikut dirinya.
Sekarang di dalam mobil hanya ada mereka berdua saja, kini suasana jadi canggung. Sebenarnya hanya Kinara saja yang canggung, kalau Anggara biasa saja sambil menikmati lagu di putarnya. Kebetulan lagunya cukup romantis tapi agak jadul.
Karena tak tahan melihat Kinara jadi patung daritadi.
"Dek, ambil aja permennya di situ! Kalau pengen coklat juga di sana ada. Tapi ingat habis makan coklat, gosok giginya. Nanti adek sakit gigi lagi kayak dulu," celetuk Anggara mengejutkan bagi Kinara.
Sontak Kinara menatap Anggara dengan hati bertanya-tanya sedangkan Anggara masih fokus mengendarai mobil dan terus menatap jalan.
"Eh, enggak pak. Gak enak," gugup Kinara tak nyaman.
"Ambil aja! Kalau enggak, aku suap coklat ke mulut adek," desak Anggara semakin mencengangkan bagi Kinara.
"Siapa tau aja adek bisa tambah gemuk?" ucap Anggara seperti bercanda.
Bersambung.....