03. Martabak dan Latihan Bela Diri

106 4 1
                                    

Assalamualaikum...

Halo gimana nih kabar nya??

Sudah vote dan komen di bab sebelumnya?

Kalo belum votmen dulu, oke.

·Happy Reading·

🍃🍃🍃

"Kalo lo ada masalah cerita aja gausah di pendem sendiri, kalo malu buat cerita, setidaknya lo bisa jujur sama diri lo sendiri, kalo lo itu lagi ada masalah." - Kaivan Argantara

🍃🍃🍃

Sepulang sekolah, ketujuh remaja lelaki Argantara High School tak langsung pulang ke rumah Kai, mereka melaksanakan kewajiban mereka sebagai umat Muslim untuk menjalankan Sholat Jum'at.

Setelah beberapa menit ketujuh remaja itu akhirnya selesai melaksanakan kewajiban mereka.

Kai dan keenam sahabatnya lantas langsung bersiap pergi dari Masjid. Mereka mulai menaiki motornya masing-masing dan mulai pergi.

Beberapa menit mengemudi akhirnya mereka sampai di rumah keluarga Argantara.

Kai dan sahabatnya mulai memasukkan motor ke halaman belakang.

Sejak awal masuk ke rumah Kai sama sekali tidak melihat adanya mobil Daniel. Kai tak memedulikan itu dirinya lantas masuk ke dalam rumah, disusul dengan para sahabatnya.

Kai dan keenam sahabatnya segera menaiki tangga untuk menuju ke kamar Kai. Setelah sampai di depan kamar Kai, ketujuh remaja itu segera memasukinya.

Elvan yang langsung berbaring di kasur milik Kai, Zay yang meminjam gitar, Rasya dan Artan yang sibuk dengan ponselnya, Dama yang sedang mendengarkan musik sembari rebahan di lantai, juga Ilham yang memainkan rubik milik Kai.

Sedangkan Kai dirinya berada di balkon kamar, dengan laptop yang berada dimeja. Entah anak itu sedang melakukan aksi apa.

"KAI ADA TELEPON." Ilham yang sibuk memainkan rubik itu seketika berteriak.

"Berisik," gumam Kai sembari berjalan ke arah Ilham.

Kemudian Kai mengambil ponselnya yang berada didekat Ilham, terpampang jelas bahwa telepon itu dari sang ibu. Walaupun kini Yasmin sedang berada dilantai satu.

Beberapa saat kemudian Kai mematikan teleponnya dan menyimpannya kembali didekat Ilham.

"Siapa Kai?" tanya Ilham.

"Nyokap gue," jawab Kai.

Elvan yang tadi sedang rebahan di kasur milik Kai seketika langsung mengubah posisinya menjadi duduk.

"HAH? Emak nya kan ada dibawah ngapain harus nelepon gila," ujar Elvan.

"Orang kaya mah beda El," sahut Artan yang sibuk dengan game di ponselnya.

"Wkwk, iya lagi, orang biasa kaya kita mana bisa ya," ucap Elvan.

Pembahasan seperti ini yang kurang Kai sukai, membahas tentang latar belakang keluarga.

Bukan apa-apa Kai hanya merasa tidak enak, disaat teman-temannya yang lain membahas tentang keluarga, dirinya selalu disebut sebagai anak yang beruntung, anak keluarga cemara, anak orang kaya. Hal itu yang membuat Kai merasa tidak enak.

KAIVAN ARGANTARA Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz