10 - Sekawanan Monyet

1.4K 197 9
                                    

Nera mengamati jarum panjang jam yang terus bergerak, sekarang pukul delapan lebih empat puluh dua menit. Bukannya dia takut bertarung dengan Alejandro, hanya saja, besok dia ada janji kencan buta dengan gadis rekomendasi para babinya. Jika itu melawan Alejandro, Nera tidak yakin bisa berakhir tanpa luka serius, apalagi pria itu dengan enteng bilang ingin tahu sampai dimana batasnya. Nera mengacak rambut dengan frustasi.

"Ngerah aja kali ya? Tu orang nggak mungkin eksperimen aneh-aneh kan? mukanya kek orang bener gitu" Nera beranjak berdiri, mulai berjalan mondar mandir.

"Tapi orang bener mana yang nyuruh orang jadi bahan eksperimen pake muka datar?" Nera kembali mengacak rambut, hingga suara ketukan di pintu terdengar, Nera seketika menatap horror.

Saat pintu terbuka, seorang pria tegap berpakian serba hitam terlihat, pria itu memakai celana kargo dan kaos polos yang membentuk tubuh.

"Selamat malam, Tuan besar, para Tuan, dan Tuan muda sudah menunggu di ruangan arena, mari saya antar" Ucap pria itu sambil menundukkan kepala dengan sopan. Nera mengangguk, lantas berjalan mengikuti pria yang tidak dia kenal itu.

"Om, dari skala satu sampe sepuluh, seberapa susah kabur dari sini?"

Pria itu Nera menengok sekilas pada Nera yang berjalan di sampingnya, kemudian kembali menatap ke depan.

"Presentasenya tergantung seberapa kemampuan orang itu, tapi jika itu saya, dan saya adalah tahanan, mungkin hanya ada sepuluh menit sebelum kaki saya hancur tertembak" Jawaban itu membuat ekspresi Nera semakin jelek.

Mereka berdua berjalan melewati lorong-lorong, tempat ini seperti kastil dalam film horror Eropa yang sering Nera tonton, terlihat mewah tapi suram, langit-langitnya tinggi, dinding dan pintu penuh ukiran rumit, di langit-langit setiap lorong dan ruangan besar terdapat lukisan mitologi Yunani.

Nera mendongak, mengamati gambar sekuensial kisah Icarus yang terjatuh dari langit akibat sayap buatannya tercerai-berai karena lilin yang digunakan sebagai bahan rekat meleleh oleh panasnya matahari.

Tak sadar, Nera hampir menabrak sebuah patung jika pria disampingnya tidak menahan dadanya. Di depan mereka adalah sebuah pintu besar, di samping kiri ada patung besar dewa perang Ares. Nera dari tadi sedang menghitung, jika dia mencuri pajangan-pajangan di sini, berapa kekayaan yang akan dirinya dapatkan?

Pintu dibuka, dan terlihat sebuah ruangan luas, ada banyak senjata tertata di pinggir ruang, sementara di tengah, ada sebuah arena yang dibatasi dengan garis dan matras. Seluruh anggota keluarga Dernatte sudah duduk di sofa di pinggir arena, kecuali Alejandro, pemuda itu sedang berdiri di tengah arena dengan tangan yang sedang melilitkan hand warp. Pemuda itu menggunakan celana pendek dan kaos tanpa lengan.

"Ganti bajumu" Tanpa mengalihkan pandangan, Alejandro berujar.

Nera hanya terdiam dan mengikuti pria yang mengantarnya tadi menuju sebuah ruangan.

Sepuluh menit berlalu, Nera keluar menggunakan pakaian yang sama dengan Alejandro, dan berjalan menuju pemuda itu. Nera ingin menangis, dengan pakaian seperti ini, terlihat jelas perbedaan postur mereka. Alejandro adalah orang paling tinggi dan besar di keluarga ini setelah Agraham, memang pemuda itu tidak sebesar Shamar, tapi tetap lebih tinggi dari Rajesh.

Genetik dari Agraham yang setinggi dua meter itu menurun pada anak dan cucunya, membuat Nera terasa kecil di antara mereka. Bahkan Rajesh dan Shamar hanya dua dari beberapa orang besar di Apophis, selebihnya tidak beda jauh dari Nera, mungkin hanya berbeda massa otot saja. Sedangkan keluarga ini, Ixora yang terpendek saja tinginya hampir 190 cm, tepatnya 186 cm.

Inilah kenapa, Nera lebih suka bergaul dengan tiga babi kesayangannya, perbedaan postur mereka tidak terlalu jauh.

Setelah Nera selesai menggunakan hand warp, Alejandro mulai berujar.

BITTER AND SALTY [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang