TC | 05 - Kehilangan

1.3K 58 0
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

•••

"Saat aku kehilangan harapan dan rencana, tolong ingatkan aku bahwa cinta-Mu jauh lebih besar daripada kekecewaanku, dan rencana yang Engkau siapkan untuk hidupku jauh lebih baik daripada impianku."

—Ali bin Abi Thalib—


“Lo jangan seneng dulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Lo jangan seneng dulu. Setelah ini hidup lo enggak akan tenang. Satu hal lagi, lo ingat baik-baik, gue gak cinta sama lo dan nggak akan pernah cinta sama lo.” Ucap Rangga tegas dengan wajah yang tetap lurus ke depan.

Deg!

Apa lagi ini?

Rania tertegun mendengar itu. Rania pikir Rangga sudah mencair setelah menikah dengannya, ternyata ia salah. Lelaki itu tetap saja seperti kemarin-kemarin, dingin dan ketus.

“Ya Allah bantu aku menjalani semua ini.”

•••

Di malam harinya…

Rania, Rangga dan Keluarganya baru saja melaksanakan shalat berjamaah. Kini keduanya sudah masuk ke dalam kamar Rania. Lebih tepatnya sekarang sudah menjadi kamar mereka berdua. Kamar yang cukup luas itu sangat terlihat rapi dan indah dengan dekorasinya.

Rangga menatap sekeliling ruangan itu.

“Bagus juga seleranya.” Batin Rangga secara tak langsung memuji Rania.

Rangga menjelajahi seluruh sisi ruangan tersebut. Rania yang melihatnya tersenyum tipis dan memutuskan duduk di atas kasur sambil membaca buku.

Setelah puas melihat-lihat, Rangga duduk di atas kasur tepat di samping Rania. Meskipun jarak yang tersisa cukup jauh, tetapi hal itu berhasil membuat jantung keduanya berdetak lebih kencang.

Deg Deg

Keduanya mengalihkan pandanganya ke depan. Rania sangat gugup, ia belum pernah sekalipun sedekat ini dengan lelaki. Apalagi sampai satu kamar. Bayangan akan hal-hal apa saja yang akan terjadi di antara mereka terlintas begitu saja di pikiran Rania.

“Astaghfirullah.” Batin Rania.

Karena sudah tak tahan dengan situasi itu, ia memilih pergi dari sana tanpa sepatah katapun. Rangga yang melihat itu mengernyitkan dahinya.

“Kenapa lagi tuh anak?” Batinnya.

Diluar Rania berjalan mencari ketenangan. Ia pun memutuskan duduk-duduk sebentar di teras belakang rumahnya. Suasana di sana cukup sejuk, hal itu mampu memberikan Rania ketenangan.

Takdir Cinta [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang