15. Kanaya Resah

14 13 2
                                    

Pertemuan dengan Raga di perpustakaan adalah hari terakhir Kanaya melihat lelaki tersebut. Sudah dua minggu dia tak bertegur sapa. Kanaya jadi menyesal mengungkapkan hal yang tak seharusnya.

Kanaya kini sudah pulang kuliah. Dia hanya merebahkan dirinya di ranjang dan merutuki diri.

"Aduh ... Kak Raga benci gak ya ke gue. Takut banget lagi kalo dia jadi menjauh." Kanaya resah.

Dia ingin menghubungi Raga, tapi ragu. Akan tetapi, daripada membiarkan hal tersebut berlarut dan mengganjal hatinya, Kanaya akhirnya memberanikan diri untuk mengirim pesan.

Kak Raga

                   Kak, aku minta maaf

?

Maaf?

Iya, terkait ajakan
aku ke kakak waktu itu.
Aku tau itu gak sopan
dan buat Kak Raga jadi gak nyaman

Santai aja
Aku jg udh lupa

Thx kak
Aku harap kakak masih
mau berteman sama aku

👍

Kanaya hanya menghela napas. Dia agak lega, tapi tetap saja hatinya risau karena belum bertemu Raga dengan tatap muka.

Kamar kos Kanaya terbuka, Sinta yang pulang dari kafe menatap heran adiknya yang terlihat aneh.

"Woy, lo ngapain liatin hp mulu sambil gigit bibir gitu?" tanyanya sembari meletakkan ponselnya di nakas.

"Eh, gue mau tanya, beberapa hari ini lo ada kegiatan banyak gak?"

"Gak begitu banyak. Napa emang?"

Kanaya berpikir sejenak, takut kakaknya itu curiga jika dia menanyakan Raga.

"Emm ... lo sering bareng Raga gak, Kak?"

"Seringlah, orang kita temenan. Apalagi setelah kita pas itu main ke rumahnya, gue serasa masuk geng dia tau," ungkap Sinta.

Kanaya bertanya lagi demi menggali informasi. "Dia gak cerita tentang gue, kan, ke lo?"

Sinta memicingkan matanya. "Ngapain dia cerita tentang lo?" tanyanya balik. Akan tetapi, setelah berkata seperti itu, dia malah langsung teringat seseuatu.

Sint menepuk dahinya. "Aya, gue lupa. Adik Raga sore ini ngadain syukuran ulang tahun. Mana gue belum nyari kado lagi."

Sekarang giliran Kanaya yang heran. "Lo diundang, Kak? Gue malah baru tau adiknya ultah."

Sinta mengangguk. "Iya, gue kira lo diundang juga sama dia."

Kanaya menggeleng

"Kalo gitu gue mau pergi nyari kado sekalian langsung ke rumah Raga. Lo mau ikut gak?"

Kanaya menolaknya dengan senyuman. "Gak. Lo aja, gue kan gak diundang."

🍁🍁🍁

Kanaya sendirian lagi. Ketika Sinta pergi, otak Kanaya mulai berpikiran buruk. Mempertanyakan mengapa Raga hanya mengundang Sinta, padahal Kanaya, kan, juga teman Raga. Apa Kanaya yang terlalu berharap diundang, ya?

Akan tetapi, keinginan Kanaya untuk bertemu Raga semakin tak terbendung. Dia ingin mengetahui apakah Raga sengaja menghindarinya atau memang itu hanya perasaan Kanaya semata.

Kanaya berencana menyusul kakaknya. Niatan dia sebenarnya adalah menemui Raga. Sepertinya Kanaya harus berbicara empat mata dengan Raga agar hatinya tenang.

Sejuta Cara Untuk Melupa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang