Chapter 18 - Extra Chapter

1.6K 212 149
                                    

Setelah kelas berakhir selesai di pukul empat sore, Aalisha bergegas mengganti seragamnya menjadi seragam latihan karena dia ada latihan Oulixeus pada hari ini. Jadi bersama dengan anggota timnya yang terdiri dari Easton, Noah, Damien, ada juga Evanora meskipun dia takkan lama karena harus bertemu profesor Rosemary, lalu beberapa kakak tingkat yang sudah Aalisha lumayan kenal yakni Priscilla, Aguero, Fabian, dan Bellezac. Sebenarnya ada anggota lain lagi, tetapi mereka tak bisa hadir karena ada kegiatan dan urusan penting.

Warna raisin purple terlihat oleh manik mata para murid ketika gerombolan anggota tim tersebut menuju lapangan Eidothea di sebelah barat akademi. Aalisha tak ada di antara mereka karena gadis itu sengaja terlambat agar tidak menjadi sorotan para murid, lagi pula dia masih menyembunyikan identitasnya sebagai anggota termuda di tim Oulixeus Arevalous. Meskipun beberapa tim asrama lain, sudah ada yang tahu, tetapi mereka diancam untuk tidak menyebarkan hal ini terutama pada para murid di Akademi.

"Akhirnya kau datang, kupikir kau akan tersesat," ujar Easton tersenyum sumringah ketika melihat Aalisha dengan seragam latihan melekat di tubuhnya, pedang Aeternitas di sampingnya, serta rambut Aalisha dikepang.

Aguero bersedekap. "Woah, kau sudah sangat siap Nona De Lune."

"Tidak juga sebenarnya aku lelah, tetapi aku yakin Damien akan menyeretku jika aku tak datang latihan," ujar Aalisha seraya menatap Damien yang menaikkan sebelah alisnya.

"Maaf ya, Nona De Lune," balas Damien, "tapi sudah kewajibanmu sebagai anggota untuk latihan karena jika kaubebal tak mau mengikuti latihan, kau akan mendapatkan konsekuensinya dari profesor Madeleine."

Aalisha berdecak dan wajahnya sangat angkuh. "Katakan saja jika kalian memerlukanku karena tidak bisa mengalahkan tim lain."

Para kakak tingkat itu langsung mematung karena perkataan menusuk Aalisha. Gadis kecil itu jauh lebih sombong dibandingkan Damien---terkadang Damien bersikap sombong layaknya para keturunan Majestic Families meskipun dia keturunan cabang---sebenarnya perkataan Aalisha tidak sepenuhnya benar, tidak sepenuhnya salah karena alasan Arevalous selalu kalah adalah tiga Majestic Families keturunan utama yang harus mereka lawan lalu Athreus dan Nicaise selalu bersaing jadi susah bagi murid lain mencari celah mengalahkan mereka.

"Karenanya harus ada sosok yang bisa membuat keduanya lepas dari persaingan dan memperhatikan musuh lain agar tim lain juga punya kesempatan," ujar Evanora.

Aalisha memutar bola matanya, malas. "Maksudmu keduanya selalu bersaing dan tak mau kalah di pertandingan Oulixeus, begitu? Karenanya jika ada aku, mereka akan memperhatikanku dan berniat mengalahkanku jadi ada kesempatan tim kita menang."

"Benar," sahut Bellezac, "mudahnya seperti ini, Athreus dan Nicaise adalah rival, mereka rela menghancurkan arena agar hanya mereka berdua yang beradu kekuatan supaya menang jadi seberusaha apa pun tim lain jika kedua Majestic Families itu sudah memutuskan untuk saling mengalahkan, yang lain akan binasa."

"Asal kau tahu," timpal Noah, "Nicaise dan Athreus pernah bekerja sama untuk mengalahkan tim lain di awal pertandingan agar hanya tim Faelyn melawan Gwenaelle saja yang bertarung di arena. Mereka bahkan takkan segan menggunakan kemampuan mistis demi menyingkirkan tim lain agar keduanya bisa beradu kekuatan setelahnya."

Kini Aalisha paham, pantas saja tim lain sulit menembus Faelyn dan Gwenaelle karena isinya adalah orang-orang gila. Bayangkan para Majestic Families itu bekerja sama hanya untuk menyingkirkan tim lain supaya di arena hanya tersisa mereka lalu bertarung agar menentukan Majestic Families mana yang paling kuat. "Kalian tetap kesusahan meskipun ada keluarga cabang Majestic Families? Oh ayolah, keturunan cabang itu tidak selemah yang kutahu."

Book II: The Arcanum of AalishaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang