27

2.5K 64 42
                                    

Tiga bulan kemudian, suasana di pesantren mengalami perubahan, salah satunya adalah perubahan terhadap kebersamaan Gus Gafi dan juga Zoya yang kian hari kian renggang membuat Dela tersenyum puas karena bisa menghancurkan hubungan pasutri yang selalu solid itu. Itupun jika dilihat oleh semua orang terkecuali Dela.

"Gus Gafi, tungguin saya" panggil Dela saat melihat Gus Gafi ingin pergi meninggalkan kelas. Mendengar hal itu membuat para santriwati tercengang dengan keberanian Dela

"Anak itu lagi, aku tidak suka dengan anak itu yang selalu saja mencari perhatian ku" batin Gus Gafi sesuai dengan faktanya.

"Kami duluan yah Gus Gafi, permisi" ucap mereka yang segera pergi inggin istirahat untuk membeli cemilan. Dan kini, tinggal Gus Gafi dengan Dela saja di dalam kelas tersebut

"Gus, boleh ngga saya mau tanya sesuatu" ucap Dela sambil mendekati Gus Gafi yang tengah berdiri dan ingin pergi keluar

"Tanyakan saja secepatnya karena aku paling tidak suka melihat waktuku terbuang sia-sia" ucap Gus Gafi yang sudah muak melihat wajah Dela, ya ... meskipun cantik. Tapi, Gus Gafi bisa menilai karakter Dela lebih juah dengan hal itu, membuatnya tidak tertarik sama sekali. Di tambah ustadzah Nurul tidak kunjung datang untuk mengajar lagi dikarenakan ada urusan penting bersama keluarga ustadz Huda atau suaminya ustazah Nurul.

"Gus Gafi ada niatan untuk menikah lagi ngga" ucap Dela dengan entengnya membuat Gus Gafi beristighfar dalam hati

"Sayangnya mataku hanya cocok melihat kecantikan istriku saja tidak ada yang lain" ucap Gus Gafi dengan tegas membuat Dela kesal. Namun, ia tahan di dalam hatinya

"Meski tidak di karuniai seorang anak" tanya Dela dengan nada santai namun mampu membuat wajah Gus Gafi memerah dan mengepalkan tangannya lalu pergi. Akan tetapi,

"Gus "
"Kya!" tangan Dela yang tidak memiliki sopan santun itu tiba-tiba menarik tangan Gus Gafi agar tidak meninggalkannya.  Dan tentu saja dengan perlakuan Dela seperti itu membuat Dela terjatuh karena dorongan Gus Gafi yang begitu kasar akibat ulahnya sendiri.

"Awssh" ringis Dela kesakitan membuat Gus Gafi melihat kearahnya dan mendekati Dela lalu berjongkok menghadap kearah Dela dengan tatapan tajam

"Sekali lagi kau berbicara yang tidak pantas seperti mana yang kau ucapkan untuk istriku. Maka, akan ku pastikan saat yang lain pulangan sekolah, hanya kau seorang diri yang pulang ke rumahmu dan tidak kembali lagi kesini. Paham!" ancam Gus Gafi kepada Dela. Namun, Dela justru tersenyum dan mendekati wajah Gus Gafi yang tengah berjongkok dihadapannya itu.

"Astaghfirullah, Abi!!!" tiba-tiba seseorang memanggil dari arah pintu masuk membuat Gus Gafi langsung memalingkan wajahnya  kearah sumber suara tersebut

"Bunda" ucap Gus Gafi dengan panik saat melihat Zoya sudah mengeluarkan air mata

"Zoya benci Abi!" kesal Zoya dan langsung pergi

"Zoya, sayang! Bunda!!!" teriak Gus Gafi dan segera terbangun dari hadapan Dela.

"Tikus kecil sepertimu tidak sebanding dengan istriku. Ingat, perbuatan keji mu akan ku ingat" ucap Gus Gafi dengan geram kearah Dela lalu segera pergi mengejar Zoya.

Sebenarnya Zoya mencari keberadaan Gus Gafi untuk meminta maaf akibat kebiasannya yang selalu tertidur mendahului Gus Gafi ketika malam dan melupakan jatah untuk seoarang suami.

Kalian tau bukan, putusnya hubungan pasutri yang paling pertama adalah masalah ranjang. Suami mana yang tidak uring-uringan setelah kelelahan seharian, saat malam tiba, justru jatah untuk meng-charcger hangus akibat sang istri sudah tertidur pulas?

Begitupun yang di rasakan Gus Gafi. Namun, Gus Gafi tetap menahan diri karena memahami Zoya dan mencintai Zoya dengan tulus bukan karena nafsu belaka. Hanya saja, jika hampir 1 bulan menjadi kebiasaan yang di lakukan Zoya membuat Gus Gafi dingin dan cuek akibat ada amarah yang ia pendam.

Dan sekarang, Zoya yang merasa dikhianati karena suaminya masih ingin mencoba celap celup sana sini bersama wanita lain terlebih kejadian tadi seolah-olah Gus Gafi akan mencium Dela saat di kelas yang sepi.

••••••

Di ruang tamu rumah sederhana itu, suasana tegang terasa ketika anak dan ayah duduk di sekitar meja kecil. Lampu remang-remang menerangi wajah mereka yang penuh penantian bukan ke horor-an. Mereka berbicara dengan serius, ekspresi wajah penuh perhatian, mencoba menyelesaikan permasalahan yang mungkin telah lama menghantui keduanya.

Ya, sosok itu adalah Rumi yang sedang duduk bersama ayahnya dengan hati yang begitu bimbang akibat pertanyaan dari sang Ayah.

"Jadi gimana kabarnya si Fahmi itu, Rumi. Jadi atau tidaknya lamar kamu, ini sudah tiga bulan kenapa dia belum datang juga. Makanya, kamu itu jangan terlalu percaya sama laki-laki zaman sekarang apalagi orang kota" ucap sang ayah

"Ayah, Rumi mohon kasih waktu dulu yah untuk Fahmi. Rumi yakin fahmi orangnya tidak seperti itu" ucap Rumi menatap ayahnya dengan memohon

"Tapi ayah udah ngga enak sama Abinya si Izzudin, Rumi. Mereka nungguin kabar kamu terus. Pamali juga kalau cewe nolak cowo tapi kalo ngga di tolak kamunya masih  bingung kaya gini. Kamu yang nikah ayah  yang pusing" ucap sang ayah yang jauh lebih bingung

"Kalau gitu Rumi minta izin sama ayah untuk kembali ke kota sekalian shoan ke Abah Yai dan Ning Zoya. Satu minggu aja kok. Karena Rumi yakin, cuma Ning Zoya yang bisa memecahkan masalah Rumi" ucap Rumi agar sang ayah mengizinkannya

Ayah Rumi berpikir sejenak dan menatap Rumi dengan tatapan dalam lalu menghela panjang

"Baiklah ayah izinkan. Tapi ingat, satu minggu yah" ucap sang ayah membuat Rumi mengangguk dan tersenyum

"Ayah, Rumi sayaaaaaang ayah banyak-banyak" ucap Rumi sambil memeluk ayahnya dengan terharu.

My Soulmate is a Unique Gus [TERBIT]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang