Bab 36. Berpisah dengan Arina

19 10 6
                                    

Ketika mereka mengantarkan Arina pulang ke rumah, gadis itu menahan Shad dan Merius untuk singgah sebentar dan menikmati secangkir kopi hangat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketika mereka mengantarkan Arina pulang ke rumah, gadis itu menahan Shad dan Merius untuk singgah sebentar dan menikmati secangkir kopi hangat.

"Kak Shad, Pak Merius, ayo mampir sebentar! Arina tahu kalian kelelahan," ujar Arina mempersilahkan untuk memasuki istana kecilnya.

Shad dan Merius mengangguk, menyetujui ajakan Arina untuk bersilaturahmi, karena mungkin ini akan menjadi hari terakhir bagi mereka untuk bersama.

"Ayo duduk, Kak, Pak!" seru Arina.

"Iya, Arina. Terima kasih."

Saat mereka duduk di atas sofa, ibu Arina keluar dari dalam kamar dan mendapati kedua pemuda itu sedang bertamu dan segera menghampirinya. "Eh, Nak Shad dan Nak Merius. Bagaimana perkembangan pencarian kalian hari ini?" Seraya duduk di dekat Arina.

Shad menggeleng. "Seperti biasa, Tante. Kami tidak menemukan apapun."

"Itu sangat disayangkan, padahal kalian sudah berusaha sejauh ini," sahut ibu Aya ikut merasakan kesedihan yang di alami oleh Shad.

"Oh iya, Arina akan pergi dan membuat kopi. Buat diri kalian nyaman." Lekas dia pergi ke dalam dapur untuk membuat dua cangkir minuman berwarna cokelat kehitaman. Sedang ibunya memiliki banyak pertanyaan lain untuk di ajukan.

"Ee, apa kalian merasa ada yang aneh dengan Arina? Dia tidak seperti biasanya belakangan ini." Setelah melihat beberapa perubahan dari gadis berusia dua puluh tahun itu.

"Aneh bagaimana, Tante?" tanya balik Shad merasa tak paham.

"Belakangan ini dia sering mengunci dirinya di dalam kamar. Jarang makan dan tidak banyak bicara," jawab ibu Arina mengkhawatirkan anaknya. "Tante merasa khawatir dengan dia."

"Arina melakukan itu?" Shad terlihat tak yakin bahwa Arina melakukannya, meski dia memang melihat sedikit perubahan dari gadis itu.

"Iya, Nak. Bahkan, dia sering mengigau ketika malam. Menyebut namamu 'Kak Shad jahat' dengan tak sekali menangis." Ibu Arina mengatakan semuanya.

"Maksud, Tante? Mengigau menyebut nama saya? Saya benar-benar tidak paham sekarang ini. Tolong jelaskan pada saya apa yang sedang terjadi? Kenapa Arina menangisi saya dan mengatakan saya jahat?" Pemuda itu keheranan. "Pak Merius, apa saya pernah menyakiti Arina?" lanjutnya memastikan. Karena seingat Shad, dia tidak pernah melakukan kesalahan apapun kepada gadis itu selain memberikan timbal balik kebaikan atas jasanya selama ini.

Merius menggeleng. "Kamu tidak melakukannya, Shad. Kamu berlaku baik pada Arina. Dan saya bisa menjaminkan itu pada Tante," jawab Merius memberinya jawaban.

"Saya tahu kalian pria baik-baik. Arina sendiri yang mengatakannya," tanggap ibu Arina.

"Tetapi, kenapa Arina melakukan itu? Mengigau menyebutkan nama saya dan mengatakan saya jahat? Bahkan, dia menangis karena saya?" tanya Shad dengan perasaan bersalah.

BLACK UMBRELLA 2 [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang