22 | Bella semakin berani

4.4K 172 159
                                    

Jangan lupa vote dan komen yah, semakin banyak votmen, semakin aku semangat up tiap hari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa vote dan komen yah, semakin banyak votmen, semakin aku semangat up tiap hari.
✧────────────────✧

"Mengapa dressku diangkat hingga ke lutut?" paniknya. Bella merasa perutnya berdesir. Ia memegang ujung dressnya dengan gemetar, mencoba menutupi bagian yang terlalu terbuka.

"Aku akan melihat pergelangan kakimu, apalagi memangnya?" Joan berkata dengan nada sinis. Tatapan tajamnya membuat Bella merasa seperti sedang diselidiki.

"T-tapi -" Bella tergagap-gagap mencoba menjelaskan, namun suaranya terputus.

"Jangan berpikiran cabul. Bukankah aku sudah pernah bilang, sekalipun kau telanjang di depan mataku, itu tidak akan mempengaruhi apa pun. Di mataku, kau hanya anak kecil." Joan menghela napas panjang.

Bella merasa terpukul oleh kata-kata Joan. Rasa tak nyaman melingkupi hatinya saat Joan menyebutnya "anak kecil". Ia terdiam, membiarkan Joan memeriksa pergelangan kakinya. Meskipun Joan seringkali menyebutnya sebagai anak kecil, kali ini terasa berbeda.

"Apa di mata Paman, aku sekecil itu?" Bella berpikir dalam hati, kecewa dengan cara Joan memandangnya.

"Paman," panggilnya dengan suara lembut.

"Hm?" Joan menoleh ke arah Bella.

"Apa di mata Paman aku ini sekecil itu?" Bella bertanya dengan perasaan campur aduk.

Joan mengangkat alisnya, memikirkan jawaban yang tepat. "Aku menganggapmu tidak lebih seperti adik-adikku, Naomi dan Edmun."

Bella merasa kesal dengan jawaban Joan. "Tapi, Paman, sepertinya umurku dengan mereka lebih tua aku."

"Memangnya berapa umurmu?"

Bella menggaruk kepalanya, mencoba mengingat. "Aku tidak ingat."

"Bisa saja kau itu seusia Naomi. Aku sudah hampir menyentuh angka 30 tahun, jadi di mataku kau tidak lebih seperti anak kecil yang merepotkan."

Bella merasa kesal dengan penjelasan Joan. Ia memilih untuk diam, tidak ingin melanjutkan perdebatan. Tiba-tiba, Bella merasakan sakit yang menusuk saat Joan memijat pergelangan kakinya.

"Aaaaaaaaa! Sakit!" Bella menjerit kesakitan, merasakan sensasi pedih menyengat kakinya.

Joan menghentikan pijatannya, melihat Bella dengan tatapan khawatir. "Tahan sedikit, Bella."

"Sshh, Paman!" Bella meremas pundak Joan dengan kuat, bahkan hampir membuat luka dengan cakarannya.

"Hah, hah, hah!" Bella terengah-engah setelah rasa sakit mereda.

ISABELLA (Gadis Nakal Milik Penggembala Domba)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang