Promesse: 52

375 75 32
                                    

PROMESSE: 52

"Kamu juga tau aku gimana kan?"
- Sharaya Bianca Adonnica

{Promesse🥀}

"Serius Ayah sama Bunda udah tau?"

"Iya"

"Gimana bisa jadi kayak gini sih? Gue kenal mereka Sel, mereka pasti gak akan biarin lo sakit"

"Karna Sam yang maksa, dia ngancem waktu itu. Aku juga gak mau pisah sama Sam"

Bara, Nivan dan Rakha mendengarkan cerita Misela dengan seksama. Sedangkan Kaleno yang sudah tau hanya memperhatikan saja.

"Gue udah bilang kan kalau lo mau pisah gue bakal bantu" Bara meyakinkan

Misela menggeleng. "Enggak Kak. Aku gak mau pisah" Misela memainkan jemari nya. "Sam butuh aku"

Bara terkekeh miris, "Dia itu egois Sel"

"Kenapa lo mau seatap sama Raya? Okey kalau lo nerima Anak itu tapi seenggaknya gak usah seatap gitu lah" Rakha mengatakan nya dengan sungguh-sungguh dengan nada yang meninggi

Nivan menghela pelan. "Emang nya lo nyaman tinggal bertiga gitu Sel? Lo nyaman perhatian Sam kebagi jadi dua?"

"Denger tuh" sahut Kaleno

Misela merasa terpojokkan, walau seperti itu Misela tau ke empat laki-laki di hadapan nya ini sangat peduli padanya. Misela melihat ke arah pintu ruang inap, Samudera sedang berada di dalam mendengarkan penjelasan Dokter mengenai apa yang harus dijaga dalam kehamilan Sharaya. Tadi kata Dokter, perutnya Sharaya mengalami kontraksi, selebihnya tidak ada masalah lain.

"Maaf" Misela merasakan usapan lembut di kepala nya, Bara menatap nya iba

"Mewakili Sam, gue yang minta maaf ya Sel? Maaf kalau lo sakit terus di hubungan ini. Gue harap nanti lo bahagia dan gak akan sakit lagi"

Misela tersenyum tipis dan mengangguk. "Sam udah jauh lebih baik. Dia mau berubah demi aku. Kalian tenang aja, dia gak seperti dulu kok"

Nivan mengusap punggung tangan Misela. "Kalau perlu apa-apa, ada gue sama yang lain. Jangan merasa sendiri ya? Kita udah lama kenal, karna lo kesayangan Benua, lo kesayangan kami juga"

Misela jadi terharu. Apalagi Nivan yang mengatakan, laki-laki yang sering tersenyum itu mengatakan hal yang menyentuh hati nya. Tapi, mengingatkan nya lagi kepada Benua.

"Kangen Kak Nua" tutur Misela jujur

Rakha tersenyum lebar. "Nua pasti selalu ada di deket lo Misel. Pokoknya selalu bahagia ya?"

Berbicara tentang Benua, Misela jadi teringat mengenai orang yang mengunjungi makam Benua. Dia sudah meminta tolong pada Kaleno tapi Kaleno tak pernah membahas nya sama sekali. Jika ada waktu yang tepat, misela akan menanyakan nya.

Suara pintu terbuka menampakkan sosok Samudera yang muram. Beberapa lebam di wajah nya bekas pukulan Bara sangat terlihat. Samudera berjalan mendekat, melihat itu Kaleno mengajak yang lainnya untuk pergi meninggalkan Suami-Istri itu walau Bara mengamuk masih ingin bersama Misela.

Misela berusaha acuh, karna masih terganggu akan ucapan Samudera mengenai Benua tadi. Namun Samudera duduk di sebelah nya dan menarik tubuh nya untuk ia rengkuh. Samudera memeluk nya dengan begitu erat lalu menyusuri surai panjang Misela dengan jemari nya.

"Maaf"

Misela tak membalas.

"Aku---sayang Benua"

Misela menggigit bibir nya. "Tapi...kenapa kamu bilang itu tadi? Seolah kamu benci sama Kak Nua?"

Promesse || Jaemin-Ningning-Jeno [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang