Saras menatap uluran tangan Araldi, saat pria membantunya turun dari kereta kuda. Saat ini, Saras akan pergi ke toko kue mencari buah tangan untuk di bawa menghadiri undangan pesta dari istana.
"Katanya kau membenciku," kata Saras dengan tatapan menyipit.
"Memang," sahut lelaki itu. Saras merenggut melihat laki-laki berparas tampan itu. Ya, harus Saras akui, Araldi memang tampan. Tapi mengingat apa yang sudah lelaki itu lakukan padanya membuat Saras kesal.
Araldi itu benar-benar pandai memanipulasi.
"Dengar, aku tidak tahu apa motifmu menjadi pengawal pribadiku. Mengingat kau pernah menolongku dari para bandit, aku akan berusaha memaafkanmu soal teror itu." Saras berhasil turun dari atas kereta kuda dengan bantuan pengawal pribadinya itu.
"Lagi-lagi, kau menuduhku, Nona."
"Siapa yang menuduh. Bukankah yang bilang sendiri kalau kau yang membunuh wanita di dalam kamarku."
"Nah, itu." Araldi menjentikkan jari tangannya. "Aku membunuh wanita penyusup yang masuk ke dalam kamarmu. Jadi, seharusnya kau menyebutku sebagai pahlawan alih-alih penjahat."
"Mana ada pahlawan yang masuk ke dalam kamar seolah wanita yang telah bersuami... Akh!" Saras terkejut saat Araldi tiba-tiba memutar tubuhnya hingga berakhir di pelukan lelaki itu saat tiba-tiba sebuah benda terjatuh dari atas langit. Araldi mendongak ke atas dan menemukan siluet seseorang yang tadinya berdiri di atas balkon sebuah toko.
Sementara Saras masih tampak syok melihat pot bunga yang telah hancur tepat di depan matanya itu.
"Sepertinya keputusan Duke Juan benar dengan menempatkanku sebagai pengawal pribadimu."
Saras jatuh terduduk karena masih syok. Kedua matanya tampak berkaca-kaca membuat Araldi memutuskan untuk menggendongnya dan mendudukkannya dikursi yang terletak tepat di depan pintu toko yang tutup itu.
"Minumlah."
Saras menerima uluran air minum yang sudah dibuka tutupnya dan langsung menenggak isinya lumayan rakus.
"Kau benar-benar berbeda. Aku masih tidak percaya sebenarnya," gumam Araldi yang masih mampu di dengar oleh sepasang telinga Saras.
"Sudah berapa lama kau mengintai ku, sebenarnya?" Tanya Saras—usai merasa sedikit lebih baik.
"Biasanya aku tidak senang berbagi cerita."
"Aku akan meminta Juan memecatmu," kata Saras, beranjak berdiri dari duduknya meninggalkan Araldi yang langsung menyusul. Keduanya kembali melanjutkan kedua langkah kaki mereka menuju toko kue terkenal. Tadinya mereka menaiki kereta kuda namun Saras meminta kusir memarkir agak sedikit jauh dari pertokoan. Selain karena tidak mau menimbulkan kehebohan karena kedatangannya, Saras juga masih trauma akan adanya kawanan bandit yang akan mencegat keretanya lagi.
"Serius? Begitu caramu berterima kasih setelah barusan aku menyelamatkanmu?"
"Kalau niatmu mendekatiku ingin membunuhku, lebih baik kau tidak perlu pura-pura baik dan terus menempel padaku. Aku hanya ingin hidup tenang."
Saras tiba-tiba tidak bisa menahan pelupuk di kedua matanya dan berakhir menangis. Araldi yang melihat wanita itu menangis pun tertegun, langsung menarik dan menahan tangan wanita itu.
"Bagaimana kalau kau jadi aku? Hidup selalu dibayangi oleh kematian. Padahal aku sudah bertekad ingin menjadi orang baik, tapi selalu saja ada yang meragukan lku dan mendorong ku semakin dekat dengan kematian. Aku takut." Saras menangis tersedu-sedu.Tidak tahan meluapkan emosi dalam dadanya. Bahkan dihadapan orang asing yang jelas-jelas membencinya. Sejujurnya, Saras masih tidak tahu motif apa atau kenapa Araldi membenci Helena. Atau ada hubungan apa antara Araldi dan Helena sebelumnya sampai Araldi menaruh dendam.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Became a bad Duchess (Tamat)
FantasyPercayalah, hukum karma itu ada. Seperti Ayura Saraswati, seorang penulis novel yang sangat membenci karakter Antagonis bahkan dikenal tanpa belas kasih dalam menyiksa tokoh antagonis karangannya. Alih-alih terbangun di rumah sakit, Saras yang men...