Cinta itu indah jika bersama orang yang tepat
Tapi yakin, dia adalah orang yang tepat?
Hari-hari Aksara indah dan cerah setiap harinya. Apa karena sekarang sudah memasuki musim kemarau atau memang karena Aksara sekarang sedang kasmaran? Entahlah. Mungkin hampir setiap hari dalam seminggu mereka menghabiskan waktu bersama, entah terkadang belajar bersama, menemani Aksara berbelanja, menemani Adimas latihan dan tanding basket, atau hanya sekedar melepaskan penat dengan menonton bioskop, bermain timezone, mengunjungi tempat baru, atau hanya sekedar memesan secangkir es kopi disebuah cafe.
Aksara saat ini sedang dipuncak kebahagiaan. Bagi Aksara yang belum sedikit pun memiliki pengalaman dekat dengan lawan jenis apalagi berpacaran, saat ini terasa mimpi baginya. Namun jika ini benar mimpi, dia ingin bisa tidur selama mungkin. Dia tidak ingin kebahagiaan ini berakhir.
Hari ini juga hari bahagia itu, dimana hari ini Aksara memiliki janji untuk belajar bersama dengan Adimas pacarnya. Pelajaran matematika yang sudah terkenal dengan julukan mata pelajaran paling susah dan kebanyakan gurunya killer ternyata memang benar adanya, hal itu juga terjadi disekolah Aksara saat ini. Kelas Aksara lebih tepatnya. Terakhir kali mereka melakukan ulangan harian, tertanda nilai 20 dengan tinta berwarna merah pada kertas yang penuh dengan soal-soal berisi angka yang tidak Aksara mengerti. Itu nilai yang Aksara dapatkan. Walaupun banyak teman lainnya yang mendapatkan nilai yang tak jauh beda, namun tetap saja, Aksara ingin hasil yang lebih baik.
Adimas sendiri selalu meluangkan waktu untuk Aksara, seperti hari ini. Besar sekali usaha Adimas untuk memprioritaskan Aksara. Padahal walau nyatanya Adimas sudah purnabakti dalam masa jabatan menjadi ketua basket dan telah digantikan oleh adik kelas 1 tingkatnya yaitu Saka Laurendra, namun tetap saja Adimas sendiri memiliki kesibukan yaitu harus menyiapkan dirinya untuk mengikuti Ujian Nasional dan Ujian masuk perguruan tinggi. Ditengah kesibukan itu, selalu ada waktu untuk Aksara.
Keduanya pun kini telah sampai di sebuah cafe sebagai tempat janji temu. Dengan menggunakan pakaian yang tergolong santai yaitu Aksara menggunakan celana loose pants berwarna hitam dengan baju kaos crop berwarna biru muda dan Adimas yang menggunakan pakaian senada yaitu celana jeans berwarna hitam, baju kaos berwarna putih, dan kemaja tartar yang didominasi warna biru tua. Mereka tampak sangat serasi. Sesampainya, mereka langsung mencari tempat duduk yang kosong, mereka memilih duduk dilesehan dan dekat dengan colokan. Dengan ditemani segelas ice coffee, segelas mango smoothies, dan kentang goreng mix sosis untuk berdua, mereka langsung mulai membuka materi yang akan dibahas.
"Raa, bisa kerjain dulu? Baru 10 menit loh(?)" ucap Adimas dengan nada selembut mungkin. Bagaimana tidak, pasalnya Aksara hanya menyentuh soal selama 3 menit, selebihnya hanya makan dan membolak balik buku tanpa arti. Kapan Aksara akan mengusai materi yang akan dipelajari jika ia tidak berniat bahkan untuk menelaah soal.
"Kak, kalo laper ga bisa fokus. Ini mendingan kakak cobain deh." Bantah Aksara sambil menyuapi mulut Adimas dengan kentang goreng. Tujuannya hanya satu, agar pacarnya itu berhenti mengomelinya. Mau tak mau Adimas pun diam karena mengunyah, walaupun cuma beberapa detik.
"Bisa aja, pacar siapa si ini. Pokoknya sekarang coba kerjain soal yang gue kasih ini dulu." Sambil mengambil saos dan mengoleskan sedikit ke puncak hidung Aksara menggunakan jarinya. Jahil memang, tak ingat umur.
Detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam, akhirnya Aksara sudah menunjukkan kemahiran dalam mengerjakan soal demi soal. Setelah dirasa cukup, mereka pun mengakhiri dan segera menuju ke tempat selanjutnya.
"Kakak kenapa ajak aku ke toko boneka?"
"Mau jemput adek lo Ra."
"Hah, sejak kapan aku punya adek?"
"bentar ya sayang, tunggu disini dulu."
Setelah kurang lebih 7 menit, Adimas akhirnya keluar dari toko boneka itu dengan membawa sebuah boneka panda dengan ukuran hampir sebesar setengah badan dari Aksara.
"Nih buat pacar kakak yang paling cantik."
"Hah? Dalam rangka apa?"
"Loh? Gaperlu pencapaian atau hari besar buat kasih gift ke lo Ra. Lo tadi udah berusaha buat bisa dapet nilai yang lebih baik buat ulangan besok dan juga itu udah pencapaian yang patut diapresiasiin. Lo pantes dapet treat kayak gini atau bahkan lebih."
Aksara tertegun. Adimas memang luar biasa. Adimas berhasil membuat Aksara jatuh cinta, lagi, lagi dan lagi untuk kesekian kalinya lewat tindakan dan sikapnya. Adimas berhasil membuat Aksara merasa manusia yang paling beruntung karena bisa mendapatkan hati seseorang sebaik Adimas.
"Lo suka? Atau mau tuker sama bentuk lain? Tadi banyak kok ada hiu, paus, babi, beruang..."
"Aku suka kak, terimakasih." Ucap Aksara yang langsung memotong kalimat penjelasan dari Adimas.
Selama perjalanan pulang, sepi, namun terasa hangat. Jalan yang ramai namun tak memberi sedikitpun gangguan pada keduanya. Terkadang ada beberapa candaan kecil terkesan receh namun mereka berdua bahagia.
Saat ini tibalah hari dimana Pak Hakim, guru killer matematika membagikan lembar soal di kelas. Benar saja, soalnya hampir mirip dengan yang kemarin diajarkan Adimas kepada Aksara, bahkan ada yang persis sama. Dengan kepercayaan diri yang tinggi, dengan lancar gadis itu menjawab semua soal yang selama ini ia takutkan. Ia pun berhasil menjadi pengumpul kertas ulangan yang pertama.
"Ra, lo kok bisa si bisa cepet banget ngumpulinnya? Dapet bocoran dari mana? Kok ga bagi bagi? Gue aja bel udah bunyi masih 10 soal yang gue mau ga mau harus jawab asal." Cibir Indy.
"Makanya cari pacar biar bisa diajarin. Kamu nya aja halu mulu, mana bisa. Noh, Kak Saka nganggur noh."
"Lah emang die mau ama guweh?" Tukas Indy sambil memayunkan bibirnya.
"Minimal usaha bambang." Balas cepat Aksara sambil mendorong kening sahabatnya. Bagaimana ia tidak kesal, sahabatnya selalu saja merengek untuk bisa punya pacar, tapi pas ada yang nyatain cinta, dia langsung cut off. Andai saja Kak Saka tertarik pada Indy, Aksara pasti akan jadi mak comblang pertama untuk mereka. Semua demi ketenangan hidup Aksara sendiri.
Segera setelah mendapat kertas milik Aksara yang sudah tertanda angka yang Aksara raih, tersungging senyum lebar dari gadis itu. Dia segera ingin bertemu Adimas. Tidak bisa ditunda lagi, tidak bisa lebih lama dari ini.
"Kakkk"
"Aku dapet 86. Nilai nya naik loh. Bayangin aja awalnya cuma 20. Makasih kak" ucapnya langsung segera setelah bertemu dengan pujaan hatinya itu. Mereka bertemu di taman kecil yang berada di area sekolah. Tempat itu tidak populer, hanya segelintir orang yang mengunjungi tempat hingga bisa dikatakan sangat sepi.
"Keren. Sama-sama Ra. Kan apa gue bilang, lo itu bisa. Yang penting mau berusaha aja. Gue bangga ama lo."
"Makasih ya kak. makasih udah selalu ada buat aku, makasih udah apresiasi semua pencapaian aku sekecil apapun itu, makasih juga udah milih aku diantara ratusan juta orang dibumi, makasih kak."
"Gue yang makasih, dan gue minta maaf ya." Balas Adimas lirih setelah diam beberapa saat.
"Minta maaf buat apa kak? Perasaan kakak gaada bikin salah dan aku selalu bahagia kalo sama kakak?"
"Engga, gue minta maaf aja. Udah ga usah dipikirin, ayo sekarang kantin aja. Laper nih."
"Dih bisa aja, ya udah ayok."
'Lo seharusnya ga jatuh cinta sama orang sebangsat gue Ra. Lo bakal sakit. Kalo lo tau semuanya, pasti lo bakal benci sama gue. Dan gue sekarang ga tau harus gimana. Dilanjutin sakit, pisah dari lo jauh lebih sakit.' Batin Adimas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara Jayantaka.
Teen Fiction(UPDATE SETIAP RABU DAN MINGGU) "Aku lelah. Ini bukan salahku. Àku hanya terlalu bodoh karena cinta, mencintai orang yang tidak pantas untuk dicintai. Aku sudah cukup hancur karena mereka, namun kenapa kamu juga ikut membantu semesta untuk lebih men...